Aku tahu, siswa SMA sedang libur sehabis ujian. Mungkin kekasihku tak mau habiskan waktu di rumah, makanya dia mengejarku ke kampus.
“Kita akan jalan kemana ?” Aku bertanya sembari memperhatikan pakaian yang dia kenakan saat itu.
Kaos oblong Beneton maroon, celana cream dan sepatu kets maroon Naff. Semakin cantik dia.
“Aku ingin ke kebun teh yang ada danaunya, ada kabut, dingin dan sepi.” Jawabnya.
Pukul 12.00 siang, benar saja…kabut masih belum beranjak pergi dari celah perbukitan. Hujan 30 menit yang lalu membasahi secara adil setiap pucuk-pucuk teh sekitar danau Situ Patenggang. Pepohonan Pinus bergoyang-goyang kompak tertiup angin seakan senang dengan kedatangan kami.
Kami duduk di tepi danau, hening dan mencerahkan pikiran.
Sejurus kemudian kekasihku berkata “Aku senang datang ke sini, percis yang aku mau.”
“Oh, ya ? alam memang tempat merenung yang baik karena manusia terbuat dan tergantung pada alam ini. Bohong jika manusia tak perlu alam dan merusaknya, manusia akan kesulitan bahkan kelaparan.”
“Seperti Cinta, cinta adalah kekuatan besar yang membuat alam ini tetap indah dan bisa kita manfaatkan. Tanpa cinta aku, kamu dan orang di muka bumi ini akan sedih dan sengsara hati !”
“Bukannya sedih dan sengsara hati itu sama ?” Mata indah kekasihnya agak melotot namun bibir ranumnya tersenyum padaku.
“Sengsara hati itu lebih luas maknanya, bisa galau, malu, rendah diri, kecewa dan sebagainya. Sedangkan sedih itu dampak dari sengsara hati.” Aku tersenyum sembari mengacak-acak rambut kekasihku.