Mohon tunggu...
Burdani Dani
Burdani Dani Mohon Tunggu... Insinyur - Sastra Mengubah Dunia

Saya senang membaca, saya juga berusaha menuliskan sesuatu yang berguna bagi orang. Boleh jadi menjadikannya hiburan atau penggugah inspirasi bagi orang.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Dracula Penghisab Kepercayaan Rakyat

22 November 2011   09:18 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:21 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wajahmu seperti malaikat kesiangan dengan janji madu beralas racun

Senyummu terkulum munafik berdesir pantun

Kepalsuan gagah berbicara bohong setiap tahun

Meski protes keras sudah kau dengar hingga menjalar ke ubun-ubun

Tetap saja kau teriakkan kemewahan di depan kemiskinan dengan tak santun

----------------------------------------

Gigimu gemeretak kehausan darah rakyat yang merayap

Kau injak harga diri rakyat tanpa belas iba dalam pengap

Kau kuliti kepercayaan yang pernah memilihmu yang berkata siap

Naluri kau kesampingkan dan makan mewah hingga kalap

Telingamu tuli hingga semua terdengar senyap

----------------------------------------

Kini kau sedang berkuasa dan gembira hatimu

Bebas mempunyai apa saja untuk kesenangan keluargamu

Hatimu hitam dengan darah rakyat yang mengering karena gigitanmu

Tetesan darah hanyir tak tercium dalam rongga hidungmu

Hingga tidur terlelap pada malam kegelapanmu

----------------------------------------

Lihat tangis rakyat di ekor panjangmu yang terjuntai

Keringat lelah rakyat sudah berombak laksana drama pantai

Tak ada hembusan otot rakyat jelata untuk rehat santai

Mata mereka berdarah melihatmu dalam hujai rinai

Kecemburuan rakyat miskin meneteskan air liur hingga membasahi lantai

----------------------------------------

Rakyat terluka dengan pesona mewahmu pejabat durjana

Mereka memegang perut lapar melihatmu dengan terpana

Tak ada nasi dan laut pauk lagi dalam satu-satunya bejana

Kegundahan gulana berkitab-kitab merana

Hingga mereka berdoa datangkan kepadamu bencana

Gbr.dr: http://thementalrealm.blogspot.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun