Anak ini menangis keras dan saya berkata kepadanya: silakan menangis sekuat-kuatnya... di sini saya ada untuk menolongmu dan kamu tahu bahwa saya mengasihimu. Karena dia menangis kesakitan, saya melepaskan tangan saya dan memberi perintah untuk melakukannya sendiri. Dia pun melakukannya tetapi hanya sebentar saja dan terlihat asal-asalan. Untuk itu saya ulang lagi dan ulang lagi sampai dia melakukannya dengan lebih baik. Dari sini saya melihat bahwa sebetulnya dia bisa, dan bahwa butuh ketegasan yang dilandasi kasih yang besar. Ini butuh pembiasaan setiap hari sampai dia bisa melihat dan merasakan bahwa kita mengasihinya dan sangat menghendaki yang terbaik terjadi dalam dirinya.
Poinnya adalah seperti judul cerita ini. Kita butuh ketegasan yang dilandasi kasih. Mengasihi anak itu tidak berarti mengikuti kemauan mereka, apalagi membiarkan mereka mengendalikan kita. Mereka datang di arena kekuasaan kita dan bahwa kita memiliki otoritas atas mereka. Mereka perlu tahu dan sadar bahwa mereka mesti taat dan tunduk. Apapun kebiasaan mereka dari rumah, tidak boleh dibawa ke sekolah. Mereka perlu melihat dan merasakan suasana kerajaan Allah.
Itulah yang dilakukan Yesus. Yesus penuh kasih tetapi tidak kompromi untuk hal-hal yang tidak mendukung pertumbuhan para murid-Nya. Petrus pernah dikatai iblis. Yakobus dan Yohanes menghendaki agar menempati posisi di sebelah kanan dan kiri Yesus di surga kelak, tapi Yesus dengan tegas berkata, itu bukan urusan-Nya. Dan kita bisa melihat bagaimana Yesus dengan tegas berbicara kepada ahli Taurat dan orang Farisi, dan lain sebagainya.
Teman-teman, cerita Hellen Keller yang buta, tuli, dan bisu yang sangat menginspirasi dunia tidak terlepas dari peran penting seorang ibu Sullivan. Ibu Sullivan rela berkorban, bertengkar dengan orang tua Hellen Keller karena tidak setuju dengan caranya, dan berkata tegas bahwa mereka tidak paham kondisi anaknya dan bahwa ibu Sullivanlah yang paling tahu apa yang perlu ia lakukan terhadap Hellen Keller.
Kalau ada yang tertarik tentang cerita Hellen Keller, silakan nonton filmnya dan bila sudah pernah nonton, ambil waktu lagi untuk menonton sekali lagi agar lebih melihat bagaimana prinsip kasih itu dapat dikonkretkan kepada anak-anak tertentu yang berkebutuhan khusus. Tuhan mengasihi kita semua. Amin.
Fatululi, 11 Maret 2023
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI