Mohon tunggu...
Petrus Danggalimu Pemula
Petrus Danggalimu Pemula Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Lahir di Gollu Manila, Kabupaten Sumba Barat Daya, Kecamatan Wewewa Timur, Desa Wee Limbu pada tanggal, 07-02-1983. Pernah tinggal di pedalaman Kabupaten Rote Ndao, Kecamatan Lobalain Desa Kuli, Dusun Talilipa. Sebagai pelayan anak-anak usia dini melalui dunia pendidikan dengan Visi: pendidikan berkualitas dan karakter mulia dalam diri siswa, sebagai kepala TK-SD. Kemudian pindah ke Kupang dan melayani anak remaja di Rumah Belajar Tefila - Oebufu - Kupang. Sekarang tinggal di Kota Kupang-Oebufu dan pekerjaan terakhir sebagai petani sayur organik-Oebufu-Kupang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tujuan Pernikahan dan Pernikahan sebagai Perjanjian (Covenant)

11 Mei 2019   14:00 Diperbarui: 11 Mei 2019   14:06 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bahan Konseling Pra Nikah 

Tujuan Tuhan dalam Pernikahan, Pernikahan sebagai Perjanjian (Covenant)
By : 

Petrus & Debby

TUJUAN TUHAN DALAM PERNIKAHAN

Pernikahan merupakan ide Tuhan

TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya,  yang sepadan dengan dia. Kejadian 2 : 18

Ide ini muncul bukan karena Adam sendiri atau kesepian. Hal ini semata-mata untuk menolong Adam menjadi lebih efektif dalam memainkan peranannya sebagai gambar Allah.

Lembaga pernikahan dibangun bukan berdasarkan perasaan cinta yang ada dalam diri manusia, melainkan apa yang dirasakan oleh Allah.  Waktu Adam diciptakan, tentu Hawa belum ada, sehingga tidaklah mungkin bagi Adam untuk memiliki getaran cinta atau gelora asmara terhadap Hawa. Lalu bagaimana kita mengenali bahwa rasa yang kita miliki adalah rasa yang berasal dari Tuhan? (Kita akan sama-sama diskusi pada pertemuan selanjutnya.)

Pernikahan juga tidak dibangun berdasarkan standar atau kriteria dari Adam. Mengapa? Sebab IA yang menciptakan Adam, IA pula yang memiliki standar dan kriteria. IA jauh lebih paham tentang wanita seperti yang akan disiapkan bagi Adam. Benar, bukan?

Percaya atau tidak, bahwa pernikahan yang dibangun atas dasar rasa, standar atau kriteria yang dimiliki manusia hanya akan membawa petaka. Bukan penolong yang akan didapatkan kaum Adam melainkan penodong.

Bagaimana kita memaknai kata sepadan?

Kata sepadan tidak  mengarah pada hal yang lahiriah, melainkan pada hal yang tidak kelihatan. Sepadan berarti adanya saling menunjang satu sama lainnya berdasarkan nilai dan prinsip yang telah diterima oleh Adam dari Tuhan.

Ingat selalu bahwa yang sepadan dari sudut pandang kita belum tentu sepadan menurut Tuhan. Yang cantik menurut kita, belum tentu cantik menurut Tuhan. Yang terbaik bagi kita, belum tentu yang terbaik bagi Tuhan.

Jadi hal pertama yang perlu diketahui setiap orang yang mau menikah adalah mengetahui bahwa dia yang bakal menjadi pendampingnya (istri/suami) adalah yang sepadan dari Tuhan dan yang sesuai dengan standar/kriteria Tuhan. Apa yang datangnya dari Tuhan, tentu jauh lebih jelas dan sempurna adanya.

Jadi salah satu tujuan pernikahan adalah untuk melahirkan atau mendatangkan kerajaan Allah di bumi dan merefleksikan hubungan kasih pernikahan dengan Tuhan.

Sharing dari masing-masing calon pasangan, apakah keduanya pernah punya standar atau kriteria sendiri mengenai pasangan?

PERNIKAHAN SEBAGAI PERJANJIAN (COVENANT)

Menikah berarti mengikat sebuah perjanjian yang disertai komitmen seumur hidup

Perjanjian yang dimaksud meliputi dua hal

Pertama, perjanjian yang bersifat vertikal. Masing-masing calon pasangan secara pribadi mengikat hubungan (menikah) dengan Tuhan sebagai pemilik kehidupan.

Kedua, perjanjian yang bersifat horisontal. Adalah suatu keputusan dimana seorang pria berjanji kepada seorang wanita atau dimana kedua saling berjanji untuk hidup bersama dalam kasih seumur hidup mereka di hadapan Tuhan dan saudara seiman.

Hubungan pernikahan dengan Tuhan bukan sekedar syarat untuk  menikah dengan pasangan. Hubungan ini adalah hal yang wajar dan normal untuk dihidupi. Setiap orang percaya semestinya telah jatuh cinta dan menikah dengan Tuhan. Ada gelora api asmara yang dirasakan dalam berhubungan dengan Tuhan dan sungguh memuaskan hati-Nya. Tuhan disenangkan dalam hubungan dengan-Nya.  

Hubungan pernikahan dengan Tuhan secara gamlang telah dinyatakan dalam hukum kasih. Bahwa cinta/kasih terhadap Tuhan adalah yang pertama dan utama.  

Matius 22:37-39 Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu , dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia  seperti dirimu sendiri.

Sharing : masing-masing calon pasangan menceritakan hubungan cintanya dengan Tuhan. Seberapa dalam, kuat, dan intim?

Tanpa mengikat perjanjian atau menikah dengan Tuhan maka setiap calon pasangan yang hendak menikah, secara tidak sadar sedang membangun sebuah pernikahan atau lembaga keluarga yang rapuh dan gagal.

Orang yang memiliki covenant, tidak akan dipegaruhi oleh situasi dan kondisi. Mereka tidak akan pudar dan layu oleh sengatan mentari. Cinta mereka tidak akan lekang oleh waktu. Mereka tidak akan lari dari masalah dan akan menari di padang gurun.

Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging. Kejadian 2 : 24

Prinsip Kemandirian dalam pernikahan.

Memutuskan untuk menikah tidak terlepas dari prinsip kemandirian, bukan prinsip kebergantungan. Dikatakan bahwa mereka yang mau menikah akan meninggalkan (tidak bergantung pada) ayah dan ibu. Orang yang mau menikah adalah orang yang dapat bertanggung jawab terhadap diri sendiri.

Prinsip satu Daging

Pernikahan, ibarat 1 + 1 = 1. Dua kekuatan yang bersatu tentu dengan kekuatan yang super dasyat. Bila satu orang dapat dapat membuat lari 1000 orang, maka dikatakan bahwa dua orang dapat membuat lari 10.000 orang.

Catatan : seekor kodok bahkan dapat membuat lari dua orang yang menjalankan hubungan pernikahan dengan memakai standar atau kriteria mereka sendiri.

Bersambung...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun