Baglog yang biasanya terbuat dari plastik tahan panas, digunakan untuk menanam jamur tiram. Baglog jamur ini dibuat dengan bahan utama seperti serbuk gergaji, dedak, tepung jagung, pupuk TSP, kapur pertanian, dan air yang berfungsi sebagai nutrisi jamur. Pelaku usaha telah banyak dibudidayakan jamur tiram dalam skala kecil, sedang, hingga besar. Selain karena memiliki prospek yang menjanjikan dan sangat diminati karena masyarakat mulai menyadari nilai gizi jamur tiram.Â
Salah satu masalah budidaya jamur tiram ini adalah limbah baglog jamur tiram. Baglog jamur yang tidak lagi digunakan sebagai media jamur disebut limbah baglog jamur. Baglog tua dan kontaminasi adalah dua jenis baglog yang dapat menjadi limbah lingkungan. Baglog tua dan kontaminasi adalah dua jenis baglog yang dapat menjadi limbah lingkungan. Baglog tua tidak produktif lagi atau tidak menghasilkan jamur, sedangkan baglog kontaminasi terkontaminasi oleh jamur lain sehingga harus segera dikeluarkan dari kumbung jamur agar tidak mengkontaminasi baglog lainnya. Â limbah baglog yang tidak dikelola dengan baik dapat menjadi sumber pencemar lingkungan dan menimbulkan masalah sosial.Â
 limbah media tanam jamur yang dibiarkan tertimbun disekitar kumbung dapat menimbulkan bau yang tidak sedap dan berpotensi mencemari lingkungan. Jamur liar tinggal di timbunan baglog jamur, yang dapat membahayakan jamur tiram dan beberapa jenis tanaman di sekitarnya. Miliaran spora yang dihasilkan oleh jamur liar dapat dibawa oleh angin kemanapun. Karena itu, spora tidak dapat masuk ke kumbung atau ruang pembibitan jamur, sehingga pertumbuhan jamur terhambat atau gagal berkembang.
   Sehubungan dengan komposisi media baglog jamur, limbah baglog dapat digunakan sebagai bahan baku pupuk organik, limbah baglog jamur tiram mengandung unsur hara seperti P 0,7%, K 0,02%, N total 0,6% dan C-Organik 49,00%. Namun, karena rasio C/N baglog masih tinggi (lebih dari 80), limbah ini tidak dapat digunakan secara langsung sebagai pupuk. Menurut Permen Pertanian Nomor 261 tahun 2019, syarat teknis minimal untuk pupuk organik adalah C/N rasio tidak lebih dari 20. Oleh karena itu proses pengomposan diperlukan untuk mengubah limbah baglog jamur tiram menjadi pupuk organik. Menurut Hasbiah et al, (2018), tujuan pengomposan adalah untuk menurunkan rasio C/N.Â
Untuk membuat pupuk organik, bahan yang diperlukan adalah limbah baglog jamur tiram, daun kelor, EM4, dan molase. Alat yang diperlukan juga termasuk gembor dan cangkul. Membuat pupuk kompos ini dilakukan dalam langkah-langkah berikut:Â
Menyediakan alat dan bahan.Â
Menghaluskan limbah baglog jamur tiram putih.Â
Potong daun kelor menjadi potongan kecil.Â
Campurkan potongan kecil daun kelor dengan limbah baglog jamur tiram putih.Â
Tambahkan EM4 (10 ml) dan molase (20 ml) ke dalam satu liter air.Â
Tambahkan EM4 dan molase ke bahan-bahan yang telah tercampur.Â
Gunakan cangkul untuk meratakan bahan-bahan agar terkena air secara merata.
Fermentasi bahan-bahan tersebut selama 3 minggu.Â
Pupuk organik ditambahkan ke lahan pertanian untuk mengurangi kerusakan tanah yang disebabkan oleh pupuk kimia yang berlebihan. Kesuburan fisik kimia, dan biologi tanah akan ditingkatkan dengan menambahkan bahan organik ke dalamnya. Proses mineralisasi, yang merupakan langkah terakhir dalam proses perombakan bahan organik, tidak mengurangi dampak pemberian bahan organik terhadap ketersediaan hara dalam tanah. Hara N, P, dan S adalah jenis hara yang relatif lebih banyak untuk dilepas dan dapat digunakan tanaman selama proses mineralisasi. Mineral hara tanaman akan dilepas secara keseluruhan dalam jumlah tidak tentu dan relatif kecil. Pertama, bahan organik yang mengandung nitrogen (protein) akan diuraikan menjadi asam amino dalam proses yang disebut aminisasi. Kemudian sejumlah besar mikroba heterotrofik mengurai asam amino menjadi amonium , yang dikenal sebagai proses amonifikasiÂ
Penggunaan pupuk organik seperti kompos limbah jamur tiram putih pada media tanam dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman. Menurut Sugiarti et al. (2007), bahan baglog jamur tiram terdiri dari campuran dedak dan serbuk gergaji yang mengandung nitrogen, posfor, dan kalium, sehinga memungkinakan untuk digunakan sebagai media untuk pertumbuhan tanaman.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H