Baginya, komunitas Semarang masih perlu banyak belajar, terutama mengenai penilaian. Jika kostum dibuat sendiri, maka itu adalah penilaian utama. Jika dapat memaksimalkan aksi di atas panggung itu adalah penilaian lainnya.
Beberapa kota yang sudah sering mengadakan acara seperti Jakarta, Bandung, Samarinda, Surabaya, dan masih banyak lagi. Semarang bisa saja berkembang menjadi kota dengan komunitas cosplay besar selanjutnya.
Sebuah Peluang Bisnis
Tidak semua orang yang melakoni hobi ini mau membuat kostumnya sendiri. Peluang ini memang sudah ada sedari sebelum Pembatasan Kegiatan selama pandemi. Namun, kini peluang dari industri ini melembung besar. Dan layaknya gelembung sewaktu-waktu bisa pecah.
Penghobi yang mempunya kostum sendiri melalui jual beli atau membuatnya sendiri sering kali membuka penyewaan kostum. Umumnya mereka membuka paket beberapa hari. Dan kita dapat menjumpai pula dalam keterangan unggahan, dari mana kostum itu disewa.
Penyewa biasa membuka harga dari puluhan hingga ratusan ribu. Sering kali mengikuti kerumitan ornamen kostum yang disewakan. Umumnya masa sewa adalah 3 hari terhitung dari pagi/siang pertama.
Berbagai peluang baru bisa saja tercipta. Temuan Timothy dan Hidayat dalam tulisan Cosplay in Indonesia: It's Not Just Cosplay, It's a Business Opportunity menunjukan ada beberapa pekerjaan yang berhubungan dengan cosplay, pembuat dan pedagang kostum. Namun begitu, kepuasan itu bermacam-macam, ada yang mencari kesempurnaan ada yang mencari permainan.
Tak jarang, pelaku cosplay di Semarang menyematkan alamat akun dari toko sewa. Yang mengejutkan adalah toko banyak diantaranya berada jauh di Kabupaten Semarang, Surabaya, bahkan Jakarta. Dengan kata lain, pasar Kota Semarang masih terbuka lebar.
Menurut penulis, industri ini, terlepas dari kemungkinan gejolak sosial, politik, dan ekonomi, bisa dibilang aman. Dari bahan yang ditambah dengan kerumitan kostum, bisa dijadikan nilai jual. Kain pun memiliki pangsa pasar sebagai kebutuhan primer, sehingga mudah mendapatkan suplai.
Spekulasi harga selalu tercipta ketika karakter gim atau anime naik daun. Dan dengan cepat, spekulasi itu meletus. Pamor sang karakter perlahan hilang. Namun, tokoh baru tercipta dengan cepat.
Sederhananya, kalau ada tokoh yang sedang tren, sikat aja. Kalau sudah tidak diminati, buat dan sewakan yang baru lagi, dan begitu seterusnya.Â