Pandemi berakhir, semua orang gembira. Tak terkecuali komunitas jejepangan (begitulah umumnya komunitas wibu disebut) Semarang yang langsung diwarnai perkumpulan cosplayer dan budaya populer Jepang lainnya. Satu yang khas, banyak acara yang boleh didatangi secara cuma-cuma. Berlokasi di mal-mal, acara ini kemudian mendatangkan keramaian.
Saya masih ingat acara yang diadakan beberapa event organizer di masa transisi ini mendatangkan keramaian yang luar biasa. Satu kali saya menghadiri acara pertemuan cosplayer di Mal Tentrem. Saya datang terutama karena biaya masuknya gratis.
Acara bertajuk Infinifest yang diadakan Mal Tentrem pada 20-21 Agustus 2022 sukses menarik animo masyarakat umum. Mungkin di antaranya ada yang tidak sengaja lewat. Acara diadakan di koridor lantai 2 sebuah mal. Saking ramainya memutar sebuah koridor membutuhkan waktu 3 kali lebih lama.
Beberapa kali saya temui secara tidak sengaja acara cosplay sekitar 2018-19, namun tidak seramai di pasca 2022. Mal nampaknya sudah menaruh kepercayaan terhadap acara seperti ini. Sangat mudah menjumpai jadwal acara seperti ini di media sosial bahkan yang diadakan di sekolah-sekolah.
Melihat Lebih Luas
Penelitian sosiologis berbasis wawancara Anastasia Seregina dan Henri Weijo bertajuk Play at Any Cost: How Cosplayers Produce and Sustain Their Ludic Communal Consumption Experiences membahas tentang pencarian kesenangan dari pegiat cosplay, terutama Finlandia dari 2011-2013.
Seperti judulnya yang menceritakan bagaimana komunitas ini mencari kesenangan, umumnya mereka mengedepankan kepuasan pribadi dalam bermain kostum.
Kebanyakan narasumber membuat sendiri kostumnya, namun juga ada yang membeli. Pada akhirnya mereka akan beraksi mengikuti sang tokoh fiktif, membuktikan siapa yang terbaik.
Di Indonesia sendiri, ada sebuah fenomena cosplayer berhijab. Mereka adalah muslimah yang ingin memerankan tokoh idolanya tanpa melepaskan kewajibannya untuk menutup aurat.Â
Jika kita mencari tulisan ilmiah tentang cosplay di Indonesia melalui GoogleScholar, artikel mengenai potensi bisnis cosplay di Indonesialah yang dapat mengalahkan jumlahnya. Fenomena di komunitas ini sangat berbeda satu sama lainnya.
Semarang sendiri masih berkembang pesat. Di satu kesempatan, penulis bertemu dengan seorang pegiat cosplay dari Suarabaya yang tidak bisa disebutkan namanya.Â