(Catatan ibadah hajiku)
Kuakui ketika menerima surat pemberitahuan pelunasan Bipih 2024, terasa sangat emosional. Dapat dibayangkan setelah menunggu lebih dari sepuluh tahun tiba-tiba undangan itu datang. Masyaallah, berbagai perasaan semuanya muncul.
Seperti ada badai menghempas dada, badanku seketika bergetar, jantungku berdegup kencang. Ada rasa rindu yang membuncah, ada bahagia tiada tara. Ada haru biru juga gelisah.
Rinduku, ingin segera ke Baitullah. Bahagiaku, kini panggilanMu telah sampai. Haru biruku, masih diberi usia dan kesempatan memenuhi panggilanMu. Ada juga gelisah bergelantungan di hati, aku khawatir ibadah hajiku tidak sempurna, aku khawatir ibadah hajiku tidak mabrur.
Emosional itu sangat manusiawi, namun tidak boleh berlebihan harus tetap rasional. Dapat menunaikan ibadah haji secara sempurna tentu menjadi idaman setiap muslim, apalagi haji yang mabrur. Ibadah haji memerlukan proses yang tidak sederhana karena harus melibatkan banyak pihak dan memerlukan waktu lama serta tenaga yang tidak ringan. Ibadah haji merupakan ibadah ritual yang secara spesifik melibatkan aspek batiniah maupun lahiriah.
Secara batiniah seseorang yang akan berhaji dituntut untuk mempunyai niat yang ikhlas serta pasrah berserah diri terhadap segala ketentuan Allah SWT. Sedangkan secara lahiriah ia harus mempersiapkan fisik dan finansial untuk melakukan perjalanan haji ke Baitullah, antara lain harus mampu menyediakan perbekalan, tersedia transportasi yang akan digunakan, sehat secara jasmani dan rohani, aman dalam perjalanan, serta keluarga yang ditinggalkan selama berhaji terjamin kehidupannya.
Ada lagi faktor lahiriah lainnya yang tidak kalah pentingnya yaitu pemahaman tentang syarat, rukun dan wajib haji, serta do’a-do’a yang harus dimengerti oleh semua calon jemaah haji, terlebih bagi calon jemaah haji yang awam dan berusia lanjut.
Menyangkut hal itu aku teringat lagi satu pertanyaan petugas kemenag kota Bandung saat itu, “Bapak mau ikut bimbingan di KBIHU mana ? KBIHU di Bandung banyak, bapak bisa memilih sendiri yang paling sesuai. Atau mau mandiri saja ?”.
Pertanyaan itu masih terngiang di telinga, dan itu yang mendorong aku untuk lebih jauh mencari tahu tentang bimbingan ibadah haji/umrah.
Setelah bertanya kepada beberapa teman dan saudara yang pernah beribadah haji, lalu mengumpulkan informasi dari berbagai sumber, serta survei langsung mendatangi dan konsultasi ke beberapa KBIHU, akhirnya aku memutuskan untuk ikut bimbingan ibadah haji dengan bergabung ke sebuah KBIHU.
Menurutku dengan ikut bimbingan ibadah haji di sebuah KBIHU aku akan memperoleh pengetahuan tentang ibadah haji secara komprehensif. Bahkan meskipun aku terlambat bergabung, tidak jadi masalah, karena pihak KBIHU bersedia memberikan waktu tambahan bagi calon jemaah haji yang terlambat mengkuti bimbingan manasik haji.