Mohon tunggu...
Dandung Nurhono
Dandung Nurhono Mohon Tunggu... Petani - Petani kopi dan literasi

Menulis prosa dan artikel lainnya. Terakhir menyusun buku Nyukcruk Galur BATAN Bandung.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dirgahayu Republik Indonesia: Momentum Instrospeksi

17 Agustus 2023   09:30 Diperbarui: 17 Agustus 2023   09:51 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jalan Sehat | Foto: Wahidi Setiadi (Dok. pribadi)

Agustus merupakan bulan yang cukup sakral bagi bangsa Indonesia, sebab di dalamnya terdapat satu hari yang dalam sejarah tercatat tentang kemerdekaan negara Republik Indonesia, dan diakui oleh negara-negara lain di seluruh dunia. Hari itu adalah 17 Agustus.

Kemerdekaan Negara Republik Indonesia diperoleh dari perjuangan panjang para pahlawan bangsa, yang rela berkorban jiwa dan raga demi mempertahankan bumi pertiwi dari cengkeraman penjajah, dan juga karena ridha Allah SWT.

Hingga pada akhirnya lahirlah konsensus kehidupan berbangsa dan bernegara seperti sekarang ini. Terbentuknya suatu Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai bentuk negara, Pancasila sebagai landasan dasar dan ideologi Negara, Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai Konstitusi Negara serta Ketetapan MPR, serta Bhineka Tunggal Ika sebagai semboyan dan identitas negara.

Kini 17 Agustus 2023, Indonesia memperingati kemerdekaannya yang ke 78 dengan mengusung tema "Terus Melaju Untuk Indonesia Maju",  yang mencerminkan semangat untuk terus melanjutkan perjuangan dan upaya pembangunan, serta bekerja sama dalam memanfaatkan kesempatan demi kemajuan Indonesia. Usia yang sangat matang dalam merasakan pahit-getirnya menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara.

Baca juga: Anak Bukan Hanya Permata Hati Orang Tua, Tapi Juga Aset Bangsa

Dalam memperingati hari ulang tahunnya saat ini, layak dijadikan sebagai momentum introspeksi terhadap segala sesuatu yang telah dilakukan untuk bangsa ini. Tidak sebaliknya malah melakukan perdebatan dan membuat gaduh situasi negara, dengan melakukan hal-hal yang tidak jelas manfaatnya bagi negara dan bangsa.

Berbagai kegiatan untuk memeriahkan suasana, biasa dilakukan setiap tahun dengan memasang bendera merah putih diselingi dengan umbul-umbul berwarna-warni yang sangat meriah, di sepanjang jalan. Lantas di setiap ujung jalan dibangun gapura, biasanya dihiasi dengan bambu runcing buatan dengan bendera merah putih di bagian yang runcingnya. Terkesan sangat heroik.

Kemeriahan yang lain ditunjukkan dengan melakukan berbagai kegiatan seperti tasyakur bin ni’mah, karnaval, bazar, pentas musik, dan sebagainya. Tidak ketinggalan diadakan perlombaan-perlombaan yang diikuti oleh berbagai kalangan masyarakat: balap karung, panjat pinang, makan kerupuk digantung, jalan sehat, tarik tambang, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Puncak acara pada tanggal 17 Agustus, secara serempak dari berbagai elemen masyarakat, instansi pemerintah, dan swasta, mengadakan upacara bendera dengan penuh khidmat.

Semua kegiatan itu seolah sudah menjadi kegiatan wajib di setiap perayaan HUT-RI, dan itu baik-baik saja, walaupun hanya bersifat seremonial. Perlu juga kiranya melihat aspek lain yang lebih memberi makna dan penghayatan terhadap makna kemerdekaan itu sendiri.

Baca juga: Catatan Sejarah: Reaktor TRIGA Mark II Menjadi TRIGA 2000

Sebagaimana dipahami oleh semua kalangan masyarakat, bahwa kemerdekaan itu diperoleh dengan susah payah, penuh pengorbanan harta, jiwa dan raga. Generasi sekarang yang mewarisi kemerdekaan itu, hendaknya melanjutkan cita-cita para pejuang kemerdekaan dengan kerja yang positip dalam rangka mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil dan makmur. Sehingga tumbuh rasa empati serta dapat menghargai dan menghormati pengorbanan yang telah dilakukan oleh para pahlawan kemerdekaan.

Tentunya hal itu dapat dilakukan dengan mengisi peringatan hari kemerdekaan dengan langkah yang lebih konkret dan progresif, menunjukkan prestasi yang nyata, serta mengadakan kegiatan yang lebih bersifat produktif, untuk membangun negara Republik Indonesia yang lebih baik, termasuk memperkuat rasa nasionalisme setiap warga negara dalam menjaga keutuhan negara kesatuan Republik Indonesia yang kita cintai.


Menggaungkan kembali nilai-nilai Pancasila sebagai pemersatu bangsa

Akhir-akhir ini banyak ditampilkan di media, baik dari kalangan pejabat publik, pelajar, mahasiswa, juga dari anggota masyarakat, yang kesulitan menghafal butir-butir Pancasila. Ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia semakin hari semakin menjauh dalam memaknai Pancasila secara utuh. Berbagai gejala yang terjadi di lingkungan masyarakat itu, terutama yang bersifat negatif harus diantisipasi, demi merealisasikan NKRI Harga Mati.

Jika Pancasila selama ini hanya dibacakan pada saat upacara bendera atau acara seremonial belaka, maka dapat dimaklumi hanya sebatas itu pula Pancasila dipahami oleh masyarakat Indonesia. Tanpa ruh dan kosong makna, apalagi diaktualisasikan.

Karena itu sangat diperlukan energi yang besar untuk menggaungkan kembali nilai-nilai Pancasila yang telah terbukti menjadi perekat keutuhan bangsa, dalam masyarakat yang terdiri dari berbagai ragam budaya dan adat istiadat. Semua perlu dilakukan untuk mengantisipasi jangan sampai NKRI Harga Mati hanya menjadi kata-kata semboyan yang hampa, tapi harus menjadi sikap nasionalisme yang mutlak bagi seluruh anak bangsa.


Membangun kembali karakter bangsa 

Karakter merupakan tata nilai kebaikan akhlak dan moral dalam diri manusia. Karakter ini menjadi landasan seseorang dalam berpikir, bersikap, dan berperilaku. Sedangkan karakter bangsa merupakan landasan kolektif dalam berpikir, bersikap, dan berperilaku warga negara, berlangsung secara terus menerus yang kemudian mengelompok.

Saat ini sangat banyak persoalan yang dihadapi negeri ini, terutama tantangan yang datang dari dalam, dengan dalih demokrasi dan kebebasan menyampaikan pendapat. Akibatnya beberapa karakter bangsa Indonesia akhir-akhir ini yang mulai berubah ke arah yang memprihatinkan.

Sikap religius, santun, sabar, saling menghormati, saling menghargai, dan mengutamakan musyawarah, saat ini cenderung bersifat destruktif. Umpatan, ancaman, intimidasi, menjadi perilaku utama dalam melakukan aktivitas bermasyarakat.

Namun apa pun tantangannya, tidak boleh pesimis dan kehilangan jati diri. Apalagi kehilangan semangat. Untuk itu diperlukan sikap selalu optimis dan berfikir positif. Sebab keberagaman budaya Indonesia merupakan modal besar dalam membangun karakter bangsa. Setiap daerah mempunyai keunikan tersendiri dan mengandung kearifan lokal.

Dengan mencontoh perjuangan yang dilakukan para pejuang terdahulu, semangat nasionalisme sebagai karakter bangsa harus tetap dibangun, untuk menghadapi semua tantangan yang timbul, terutama tantangan yang akan dihadapi di masa depan.

Karakter bangsa dapat dibangun dengan membentuk kebiasaan baik, dimulai dari lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, serta lingkungan yang lebih luas lagi yaitu bangsa dan negara. Untuk itu, hendaknya pembangunan karakter bangsa menjadi prioritas utama, agar bangsa Indonesia terhindar dari berbagai krisis.


Mengutamakan sikap toleransi dan saling menghargai perbedaan

Sebagai bangsa yang besar, Indonesia mempunyai identitas kebangsaan yang tidak dimiliki oleh bangsa lain, yaitu Bhineka Tunggal Ika, sebagai dasar persatuan bangsa.

Bung Karno, sebagai salah seorang Proklamator Kemerdekaan Indonesia, berpesan bahwa negara ini bukan milik satu golongan, kelompok, agama, atau suku tertentu. Negara Indonesia menjadi milik bersama yaitu Bangsa Indonesia.

Ini menunjukkan bahwa sejak awal, kemerdekaan negara Republik Indonesia ini betul-betul diperoleh dari perjuangan bersama-sama seluruh rakyat Indonesia, tanpa ada perbedaan. Sehingga menjaga dan membangunnya, juga harus dilakukan secara bersama-sama, dan itu harus ditanamkan dalam hati sanubari setiap rakyat serta dijadikan semboyan untuk memotivasi dalam rangka mewujudkan cita-cita bersama.

Tidak perlu memperdebatkan dan meributkan hal-hal yang tidak penting. Apalagi merasa paling pintar dan mau menang sendiri. Melalui semboyan Bhineka Tunggal Ika itu, masyarakat diingatkan untuk kembali bersama-sama bersatu mengedepankan toleransi dan saling menghargai dalam perbedaan, demi melanjutkan perjuangan menjadi bangsa yang terhormat. Sebab hampir dapat dipastikan, jika tanpa ada persatuan dan kesatuan yang dilandasi kebersamaan, maka tidak akan dapat membangun negeri ini.

 
Kemajemukan sebagai berkah dan potensi kekuatan 

Kemajemukan merupakan potensi yang besar, untuk dikelola dengan bijak sehingga memperoleh kesejahteraan bersama. Karena itu kemajemukan merupakan dasar penciptaan manusia yang berbeda-beda, baik jenis kelamin, warna kulit, suku, bangsa, bahasa, maupun agamanya, sebagai berkah dari Tuhan.

Bangsa Indonesia mempunyai ciri yang khas yaitu bersifat majemuk. Bukan saja karena agamanya yang beraneka, kemajemukan itu juga tampak pada keragaman suku, bahasa, ras, warna kulit, maupun corak budayanya. Kemajemukan sangat identik dengan keindonesiaan itu sendiri. Kemajemukan adalah suatu keniscayaan yang harus dipandang sebagai modal dan kekuatan, dan tidak dipandang sebagai penghambat yang berpotensi merusak.

Toleransi menjadi sikap yang diperlukan untuk menghadapi kemajemukan itu, agar masyarakat bisa saling menghormati dan menghargai perbedaan yang ada. Sehingga tidak terjadi saling merendahkan dan menghina yang satu dengan yang lain, serta bisa hidup secara berdampingan dalam tatanan masyarakat yang berbeda-beda suku, agama, dan ras.

Dengan toleransi itu pula kemajemukan masyarakat menjadi kunci dalam meningkatkan persatuan dan kesatuan bangsa, serta mencegah terjadinya perpecahan masyarakat, bangsa dan negara. Dari kemajemukan itu, Indonesia memiliki keanekaragaman budaya yang hidup berdampingan dan memiliki hubungan yang selaras dan harmonis sehingga terwujud rasa persatuan. (*)

Baca juga: BATAN Bandung, Riwayatmu Dulu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun