Mohon tunggu...
Dandung Nurhono
Dandung Nurhono Mohon Tunggu... Petani - Petani kopi dan literasi

Menulis prosa dan artikel lainnya. Terakhir menyusun buku Nyukcruk Galur BATAN Bandung.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Anak: Bukan Hanya Permata Hati Orangtua, tapi Juga Aset Bangsa

23 Juli 2023   07:00 Diperbarui: 28 Juli 2023   07:33 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak | Sumber: Dok. pribadi

Kemudian John Amos Comenius (1592-1670), tokoh ilmuwan pendidikan, guru, dan seorang Bapak Pendidikan Modern, mengatakan bahwa, “anak merupakan karunia Tuhan kepada manusia yang karenanya, harus dirawat, dipelihara, dididik dengan baik, tidak dengan kekerasan dan pukulan”. 

Begitu konsennya terhadap pendidikan, pada jamannya, ia bahkan sudah memetakan fase perkembangan anak yaitu: fase sekolah ibu (scola maternal), usia 0 – 6 tahun; fase sekolah bahasa ibu (scola vernacula), usia 6 - 12 tahun; fase sekolah bahasa (latin) (scola latina), usia 12 - 18 tahun; dan fase sekolah tinggi (scola academia), usia 18 - 24 tahun. Itu semua dipetakan agar efektif dalam mendidik anak sejak dini.

Baca Juga: Anak Di Tengah Gunung Sampah

Lalu Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Nasional Indonesia, semboyannya yang masih tetap populer hingga saat ini dan menjadi ciri khas pendidikan nasional adalah ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso, tut wuri handayani, yang memiliki makna di depan memberi contoh, di tengah memberi semangat, dan di belakang memberi dorongan.

Ki Hajar Dewantara sangat fokus dan perhatian terhadap pentingnya pendidikan anak. Karena pendidikan merupakan wadah bertumbuhnya nilai-nilai moral kemanusiaan yang dapat diwariskan sampai kapan pun. Dasar pendidikan anak harus disesuaikan dengan kodrat dimana anak tumbuh dan berkembang, yaitu kodrat alam dan kodrat zaman.

Kodrat alam akan memberi warna bagi anak dengan nilai-nilai sosial budaya lokal Indonesia serta kondisi alam geografisnya. Sedangkan kodrat zaman akan mendidik anak mengikuti perkembangan global terbaru di zamannya. Seperti konsep dasar pendidikan pada saat ini dengan 4Cnya: Creativity and Innovation, Collaboration, Communication, Critical Thinking and Problem Solving. Dengan konsep tersebut anak-anak diberi kesempatan yang luas untuk berpikir deduktif dan induktif agar mampu melahirkan karya-karya inovatif.

Dalam perspektif Islam, membentuk anak agar sesuai dengan harapan orang tuanya, dimulai sejak proses paling awal. Calon anak, terjadi karena adanya sebab hubungan badan suami-istri. Pada saat itu, sudah diawali dengan do’a agar proses yang berlangsung tidak disusupi oleh setan. 

Lalu pada masa kehamilan, suami-istri juga dituntut untuk selalu mendekatkan diri kepada Yang Maha Pencipta, Allah SWT dengan cara hari-harinya diisi dengan dzikir, baca Al-Qur’an, mengucapkan kalimah-kalimah thayibah. Terutama pada saat usia kandungan memasuki usia 120 hari, saat ruh ditiupkan ke dalam janin. Harapannya, agar anak yang lahir nantinya sehat lahir-batinnya serta diberi ketentuan yag baik.

Dalam hal makanan, juga sangat dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan janin dengan makanan yang halalan-thayiban. 
Halal menyangkut cara memperoleh rizkinya dan cara mengolahnya. Thayiban menyangkut kandungan makanan yang bergizi dan sehat.

Ketika anak lahir, langsung diperdengarkan kalimah thayibah sebelum mendengar suara-suara yang lain. Diperdengarkan suara adzan di telinga kanannya dan iqamat pada telinga kirinya,.

Pada proses tumbuh-kembangnya, dari sejak lahir anak diberi ASI hingga 3 tahun. Ketika mulai besar, usia 7 tahun diajarkan shalat dan mulai diperkenalkan dengan jati dirinya dengan cara memisahkan tempat tidur anak laki-laki dengan anak perempuan. Ketika usia 10 tahun, boleh ditegur agak keras ketika ia melalaikan shalatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun