Mohon tunggu...
Dandung Nurhono
Dandung Nurhono Mohon Tunggu... Petani - Petani kopi dan literasi

Menulis prosa dan artikel lainnya. Terakhir menyusun buku Nyukcruk Galur BATAN Bandung.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Dunia Oh Dunia

7 April 2023   15:01 Diperbarui: 7 April 2023   15:02 935
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Allah SWT berfirman, "Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syaitan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah." (QS. Fatir ayat 5).

Dalam Tafsir Ibnu Katsir, ayat tersebut diuraikan bahwa kehidupan dunia yang rendah bila dibandingkan dengan pahala yang telah disediakan oleh Allah bagi kekasih-kekasih-Nya dan para pengikut rasul-rasul-Nya, berupa kebaikan yang sangat besar. Karena itu, janganlah kalian melupakan kebahagiaan yang abadi itu karena adanya perhiasan duniawi yang fana ini.

Berkaitan dengan kehidupan dunia, ada sebuah riwayat dari Jabir bin Abdullah, waktu itu Rasulullah SAW berada di sebuah pasar yang ramai dikunjungi orang. 

Lalu beliau melihat ada seekor anak kambing yang kurus dengan telinga cacat, dan sudah menjadi bangkai. Tidak seorang pun yang memperhatikan bangkai anak kambing itu. 

Maka beliau menghampirinya. Lalu beliau menjewer telinga bangkai anak kambing yang cacat itu, seraya berseru, “Saudara-saudara, siapa yang mau membeli anak kambing ini dengan harga satu dirham?”

Pandangan para pengunjung pasar kontan tertuju kepada Rasulullah SAW, dan jawab mereka, "Ah, sama sekali kami tidak menginginkannya!"

Rasulullah SAW mencoba berdamai, "Bagaimana kalau anak kambing ini aku berikan saja kepada kalian ?"

Sambil bergidik pengunjung pasar tersebut menjawab, "Demi Allah, anak kambing itu sudah menjadi bangkai. Meskipun anak kambing itu masih hidup, kami tidak mau menerimanya karena kurus dan cacat."

Mendengar jawaban itu, maka Rasulullah SAW mengangkat agak lebih tinggi lagi bangkai anak kambing tersebut. Lalu beliau bersabda, "Demi Allah, sesungguhnya dunia itu lebih hina dari bangkai kambing ini dalam pandangan Allah."

Masya Allah. Rupanya begitulah keadaan dunia ini. Lebih hina dari seekor bangkai anak kambing yang cacat lagi kurus. Betapa bodohnya kita kalau merasa senang hidup di dunia. Pantas Rasulullah SAW pernah bersabda, "Dunia ini bagaikan penjara bagi orang-orang mukmin, dan bagaikan surga bagi orang-orang kafir." (HR. Muslim)

Memang, Allah SWT menciptakan manusia dengan fitrah yang cenderung menyenangi kenikmatan dunia, "Dijadikan indah dalam pandangan manusia kecintaan pada segala apa yang diingini, ialah wanita-wanita, anak-anak, harta benda yang banyak dari jenis emas, perak, kuda-kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia. Di sisi Allahlah tempat kembali yang baik, berupa surga." (Q.S. Ali Imran: 14).

Begitulah Allah membekali manusia dengan fitrah yang harus dikendalikan oleh manusia.  Tetapi jika tidak dikendalikan, maka muncullah sifat tamak, rakus, dan lebih mementingkan diri sendiri.

Seperti apa yang diisyaratkan Rasulullah SAW, "Apabila diberikan dua bukit penuh berisi emas, pasti kamu akan menghendaki lagi bukit ketiga yang penuh berisi emas". (HR. Bukhari)

Tetapi sebenarnya Allah SWT. tidak melarang manusia untuk menikmati dunia. Hanya saja ada aturan mainnya.
Lalu bagaimana aturan mainnya ? Ada empat aturan yang harus dipenuhi, yaitu:

1. Mensyukuri nikmat Allah. Sebab Allah sudah mensinyalir kemalasan manusia untuk bersyukur. "Dan sesungguhnya Kami yang menempatkan kamu di atas bumi ini, dan Kami jadikan untuk kamu di atas bumi itu penghidupan, tetapi amat sedikit di antara kamu yang mau bersyukur." (QS. Al-A'raaf: 10).

2. Mencukupkan kebutuhan. Maksudnya tidak berlebih-lebihan dalam segala urusan dunia. "Makanlah diantara kamu rizki yang baik yang telah Kami berikan kepadamu, dan janganlah melampaui batas kepadanya, yang menyebabkan kemurkaan menimpamu." (QS. Thaha: 81).

Rasulullah SAW memberikan contoh demikian, "Kami adalah kaum yang tidak makan sebelum merasa lapar, dan kami berhenti makan sebelum merasa kenyang". Pada hadits yang lain disebutkan, “Barangsiapa zuhud di dunia maka ringan baginya segala musibah.” (HR. Asysyihaab)“Kekayaan (yang sejati) bukanlah banyaknya harta-benda yang dimiliki, akan tetapi kekayaan jiwa.” (HR. Bukhari)

Dalam suatu riwayat, seorang sahabat datang kepada Nabi SAW dan bertanya, "Yaa Rasulullah, tunjukkan kepadaku suatu amalan yang bila aku amalkan niscaya aku akan dicintai Allah dan manusia." 
Rasulullah SAW menjawab, "Hiduplah di dunia dengan berzuhud (bersahaja) maka kamu akan dicintai Allah, dan jangan tamak terhadap apa yang ada di tangan manusia, niscaya kamu akan disenangi manusia." (HR. Ibnu Majah).

3. Membuang sifat bakhil. Allah SWT berfirman, "Dan orang-orang yang apabila membelanjakan harta, mereka tidak berlebih-lebihan dan tidak pula kikir. Dan pembelanjaan itu di tengah-tengah yang demikian." (Q.S. Al Furqon: 67).

4. Menerapkan sikap hidup sederhana (Qona'ah). Rasulullah SAW pernah bersabda, "Perhatikan orang yang di bawahmu, dan jangan melihat orang-orang yang di atasmu. Karena yang demikian itu lebih baik agar kamu tidak mengingkari nikmat yang dikaruniakan Allah kepadamu." (HR. Bukhari dan Muslim)

Begitulah aturan mainnya. Mudah-mudahan kita tidak tertipu oleh kesenangan dunia, sebab dunia seperti halte Bis yang hanya diperlukan untuk menurunkan dan menaikkan penumpang saja.

Dunia, oh dunia. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun