ASEAN sebagai asosiasi negara-negara di Asia Tenggara mulai berdiri sejak 8 Agustus 1967 tidak lama setelah sistem politik di Indonesia bertukar dari Orde Lama ke Orde Baru. Tak dapat dipungkiri, sebelumnya kawasan ini lumayan tegang ketika Indonesia di bawah dominasi Presiden Sukarno yang berbeda haluan dengan pemimpin negara tetangga terutama Malaysia dan Singapura. Pemerintahan baru Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Suharto telah membantu mengubah suasana kawasan ini menjadi lebih sejuk dan nyaman. Maka ASEAN didirikan sebagai wujud persatuan baru negara-negara di kawasan. Tujuannya adalah menggalang perdamaian dan kerjasama di berbagai bidang untuk mensejahterakan negara-negara anggotanya.
Awalnya ASEAN diiniasi oleh lima negara pendiri, yaitu Indonesia, Malaysia, Thailand, Singapura dan Filipina. Kelima negara ini secara politik sudah memiliki visi yang seragam sehingga lebih mudah melakukan konsolidasi. Sedangkan negara-negara lainnya ketika itu masih disibuki dengan konflik perseteruan blok Barat-Timur yang masih bergelora. Lihat saja Burma, Vietnam, Kamboja, Laos yang masih terjebak dalam konflik internal. Dan Brunei Darussalam belum sepenuhnya merdeka, dan secara kelembagaan negara masih berada dalam sistem pemerintahan Inggris Raya. Sedangkan Timor Leste masih berada dalam administrasi pemerintahan Portugal.
Kini di tahun 2023, 56 tahun setelah berdirinya, anggota ASEAN telah bertumbuh menjadi 11 negara. Artinya semua negara yang secara geografis berada di kawasan Asia Tenggara telah sepenuhnya bergabung mengikatkan diri dalam persatuan ASEAN. Sungguh perkembangan yang menggembirakan dalam hal menjalin persahabatan negara-negara kawasan atau serantau.
Visi dan misi pun sudah mulai menyatu walau tidak sepenuhnya. Banyak keuntungan yang diperoleh jika kawasan ini dapat dibina dengan positif. Pengkondisian kawasan yang stabil secara ekonomi, keamanan, dan politik tentu akan mendukung pengembangan wilayah ini menjadi lebih baik dan mensejahterakan seluruh penduduknya. Yang paling dominan adalah bagaimana menciptakan kondisi kawasan ini dengan pertumbuhan ekonomi yang tangguh. Dengan pertumbuhan ekonomi yang kuat akan mampu membawa kesejahteraan hakiki bagi seluruh penduduk di negara-negara ASEAN.
KEKETUAAN ASEAN
Peran Indonesia menjadi sangat penting dalam mendorong pertumbuhan positif di bidang ekonomi dan keuangan. Apalagi sekarang di tahun 2023 ini Indonesia bertugas sebagai keketuaan ASEAN. Sebuah jabatan yang digilir kepada setiap negara anggota. Keketuaan Indonesia di ASEAN sangat dinanti akan memberi kontribusi yang signifikan kepada pertumbuhan ekonomi kawasan ASEAN.
Apa saja peran penting yang dapat dimainkan oleh Indonesia? Tentu cukup banyak. Di antaranya, peran di bidang ekonomi. Indonesia bisa menggagas sistem terpadu keuangan yang menjangkau seluruh kawasan negara anggota ASEAN dengan berinisiatif membangun jaringan koneksi yang kuat di antara negara anggota. Konektifitas yang dibangkitkan ini meliputi banyak hal. Mulai dari koneksi fisik, koneksi maya, koneksi sumber daya manusia, koneksi ilmu pengetahuan, dan koneksi penting lainnya.
Penguatan konektifitas keuangan ini perlu didukung oleh penguatan-penguatan di berbagai sektor untuk menjamin keberlangsungan integrasi ekonomi ASEAN. Infrastruktur jaringan lunak dan keras perlu dibangun di semua negara ASEAN. Penyatuan visi di antara semua sumber daya manusia kawasan perlu diperteguh. Kemudian, akomodasi antar negara perlu dibangun, mulai transportasi, jaringan telekomunikasi, informasi, pendidikan, kebudayaan, pariwisata. Intinya, perlu dipersiapkan semua lini agar konektifitas dapat terjadi dan berlangsung konsisten dan kontinu. Lalulintas ulang-alik antar negara ASEAN perlu dipermudah dan diperlancar. Sehingga perjalanan lintas negara dan pertukaran perjalanan antara sesama penduduk negara anggota ASEAN dapat berlangsung dengan mulus dan tanpa hambatan.
Jika lalulintas perjalanan antara sesama negara ASEAN sudah terjamin kelangsungannya maka sistem konektifitas keuangan tentu menjadi hal yang layak untuk diperkuat keberadaannya. Karena sudah jelas ada konsumennya, ada pasarnya. Pasar yang tumbuh kuat akan mengakibatkan pembangunan konektifitas menjadi hal yang mempunyai alasan kuat untuk diperjuangkan dengan segala cara dan kemampuan.
MEMBANGUN SISTEM PEMBAYARAN TERPADU ASEAN
Kebutuhan akan koneksi sistem pembayaran yang mumpuni akan terbangun dengan sendirinya ketika suasana pertumbuhan kegiatan ekonomi meningkat pesat. Untuk itu perlu dipicu dengan rangsangan akan tumbuhnya kegiatan ekonomi di setiap negara anggota ASEAN. Pusat-pusat pertumbuhan ekonomi perlu digalakkan, sehingga pembenahan kepada sistem pembayaran yang menjadi nadi ekonomi kawasan akan diperlukan pula.
Artinya semua lini perlu dipersiapkan dan diperkuat. Sistem pergerakan ekonomi perlu diperluas dan diperbanyak jenis kegiatan ekonominya, selanjutnya barulah dibangun sistem pembayaran terpadu yang mendukung kegiatan ekonomi yang tumbuh pesat tadi.
Sistem pembayaran antara negara anggota perlu dibuat efisien dan efektif agar dapat menyumbang kepada margin keuntungan dan kemudahan bagi para pelaku ekonomi. Negara Indonesia dalam hal ini Bank Indonesia berperan besar menjadi inisiator bagi bank sentral negara ASEAN lainnya untuk berkolaborasi membangun sistem keuangan integratif yang kuat di antara sesama ASEAN. Berbagai kemudahan perlu terus dibina dan dikembangkan untuk menunjang pergerakan pelaku ekonomi dalam kawasan ini.
Hal nyata yang telah dirintis Indonesia adalah dalam bentuk perjanjian kerjasama dengan Malaysia dan juga Thailand berupa implementasi QRIS dalam transaksi pelaku ekonomi di antara kedua-dua negara. Dengan aplikasi QRIS transaksi perdagangan menjadi lebih mudah. Warga Indonesia yang tengah berada di negara Malaysia atau Thailand dapat dengan mudah berbelanja atau bertransaksi dengan bantuan QRIS. Kemudahan yang diberikan oleh QRIS sangat nyata adanya. Seseorang tanpa perlu memakai uang cash/tunai dapat terus berbelanja di outlet luar negeri yang telah bergabung dalam sistem QRIS ini. Dengan menggunakan uang yang ada di dalam saldo debitnya di Indonesia ia dapat terus berbelanja produk di luar negeri dengan harga sesuai kurs yang berlaku saat itu. Jadi tanpa perlu lagi menukar uang di money changer. Sistem ini banyak memberi kemudahan bertransaksi. Hemat, waktu, hemat biaya dan hemat tenaga.
Kerjasama sistem QRIS antar semua negara ASEAN perlu digalakkan dan dilanjutkan secara meluas. Ini diperlukan kolaborasi yang intens antara semua bank sentral di negara-negara anggota ASEAN. Kerjasama membangun sistem QRIS ini dapat dipercepat dengan adanya kondisi keketuaan Indonesia di ASEAN. Indonesia dalam hal ini Bank Indonesia dapat segera berinisiatif merangkul semua bank sentral di ASEAN ini untuk bergabung dengan sukarela dalam sistem QRIS ini.
Dalam pengalaman implementasi yang sudah dilakukan selama ini adalah dengan Malaysia dan Thailand secara teknis telah menunjukkan keberhasilannya. Setidaknya terlihat dari data nilai transaksi yang terjadi di tahun 2022 adalah sebanyak 8,54 milyar Rupiah dari orang Indonesia yang belanja di Thailand. Sedangkan nilai transaksi orang Thailand yang berbelanja di Indonesia masih sekitar 114 juta Rupiah saja.
Apa yang dapat diambil pelajaran dari hasil implementasi uji coba ini bahwa sistem ini telah nyata memberi kemudahan kepada kegiatan transaksi keuangan antara warga ASEAN yang berbelanja di negara anggota lainnya. Jadi layaknya kita berbelanja di negara sendiri. Cukup menggunakan saldo debit di rekening sendiri, kita sudah bisa bertransasksi di mana saja.
Tantangan yang masih harus diselesaikan untuk ke depan adalah merangkul semua bank sentral ASEAN untuk mengembangkan sistem QR di masing-masing negara anggota ASEAN, kemudian mengintegrasikannya dengan sistem QRIS yang sudah dibangun oleh Indonesia. Dengan demikian semua negara anggota dapat memetik manfaatnya dari kemudahan bertransaksi di antara penduduk negara ASEAN ketika bepergian di negara sesama ASEAN. Ini tentunya akan menggalakkan juga sektor pariwisata ASEAN. Juga selain itu sektor perdagangan lainnya, seperti ekspor impor komoditi, bidang kesehatan, bidang pendidikan dan banyak bidang lainnya.
PENUTUP
Jaringan yang kuat dalam membangun konektifitas sistem pembayaran di antara negara anggota ASEAN tentunya akan mendukung pengembangan dan pertumbuhan sektor ekonomi kawasan. Sistem ekonomi yang integratif ini akan mendukung pula visi ekonomi kawasan yang lebih futurisik dan menantang kepada kekuatan ekonomi kawasan ASEAN seperti upaya penyatuan mata uang tunggal ASEAN. Memang visi itu masih belum bisa segera dicapai untuk saat ini dikarenakan oleh berbagai faktor. Namun, cita-cita menggapai penyatuan mata uang tunggal ASEAN tentunya perlu terus digaungkan untuk menjadikan kawasan ini sebagai pusat pertumbuhan ekonomi yang kuat dan menjadi magnet kepada pertumbuhan ekonomi dunia. Penguatan konektifitas sistem pembayaran ASEAN yang integratif tentunya baru bisa dicapai dengan kerjasama yang kuat dan konstruktif antar bank sentral negara-negara ASEAN. Dan ini akan menjadi modal penting dalam membangun strategi transisi menuju kepada visi futuristik mata uang tunggal ASEAN di masa depan.
Potensi besar cukup kita miliki, yaitu jumlah penduduk ASEAN yang mencapai 600 juta jiwa. Suatu potensi nilai ekonomi yang sangat berarti untuk menjadi pusat kekuatan baru ekonomi dunia. Dengan konektifitas sistem pembayaran yang mumpuni tentunya akan sangat mendukung efisiensi dan efektifitas transaksi ekonomi di kawasan ini. Sehingga ketika semuanya semakin tumbuh berkembang dengan kuat dapat menjadi kontribusi utama kepada upaya pencapaian kesejahteraan masyarakat ASEAN secara bersama-sama.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H