Ada peribahasa mengatakan "Dunia tidak selebar daun kelor". Karena daun kelor itu kecil, makna harfiahnya dari peribahasa ini adalah dunia itu tidak sempit.
Setiap orang suka mengabadikan momen2 dalam hidupnya dengan foto. Mulai dari momen yang remeh-temeh, seperti hari ini masak/makan apa, pergi kemana, pakai baju apa, kencan dimana, dst dst (yang bisa kita saksikan sendiri di medsos), sampai dengan momen penting seperti wisuda-an, pernikahan, ulang tahun dst.
Dalam mengabadikan setiap momen tersebut, tentunya orang lebih suka menggunakan kamera/handphone yang kameranya mempunyai kemampuan untuk mengambil sudut gambar yang lebar/luas. Bahkan, karena orang suka selfie/welfie, ada beberapa produsen kamera dan handphone yang memang sengaja memasarkan produknya khusus untuk itu dengan kemampuan pengambilan sudut gambar yang lebih luas dibanding produk sejenis dari vendor lain. Karena kemampuan pengambilan sudut gambar yang lebih luas, maka tidak perlu lagi pakai tongsis (tongkat narsis, atau tongkat yang ujungnya bisa dipasang kamera) pun, orang sekampung bisa masuk dalam frame foto ketika ber-welfie-ria.
Perkembangan foto dengan sudut gambar yang lebar/luas
Jika dilihat dari cara penggabungan gambar untuk mencapai hasil akhir foto lebar, kita bisa mengelompokkannya menjadi 3 macam :
- Foto Cylindrical
Foto panorama (dari Bahasa Yunani panhorama yang berarti semua/seluruh sudut pandang) sudah populer di abad 19 setelah dipasarkannya kamera daguerreotype di Perancis.
Di zaman kamera analog (film), perkembangan foto panorama mulai marak dengan diluncurkannya kamera yang punya kemampuan untuk mengambil gambar panoramik (disebut dengan panorama kamera) dengan sistem lensa yang berputar. Contohnya adalah Widelux keluaran Panon Camera, Horizon keluaran KMZ, Widepan, dan Noblex.
Di era digital, beberapa produsen juga memasarkan produk unggulan untuk foto lebar ini. Saya akan mengambil 2 contoh saja, dari produsen kamera yang besar yaitu Kodak dan Sony, dengan masing2 teknik pengambilan foto yang berbeda.
Kodak dengan produknya V570/V705, menggunakan teknik menyambung 2 gambar yang diambil secara berurutan. Setelah pengambilan gambar pertama, maka di view finder akan ada tampilan transparan dari gambar yang diambil sebelumnya. Kita kemudian bisa menggeser sudut pengambilan kamera secara horizontal (ke kiri atau kanan) dan mencocokkan bagian2 yang ada di gambar transparan tersebut supaya bagian sisi pinggirnya pas/bertumpuk dengan tampilan yang ada di view finder saat itu dengan sempurna. Setelah pas, maka maka kita bisa menekan tombol kamera untuk mengambil gambar kedua. Kemudian 2 gambar tersebut akan disambung di dalam kamera, dan setelah selesai hasil akhir akan ditampilkan di layar. Sudut pandang foto yang bisa dihasilkan dengan cara ini adalah sekitar 180 derajat.
- Foto Cubical
- Foto Spherical
Foto spherical (sphere) adalah foto dengan sudut pengambilan gambar 360 derajat. Foto jenis ini sedang menjadi tren. Dengan foto sphere, maka tidak ada lagi sudut yang tidak bisa direkam dengan satu kali bidikan foto. Semua objek baik di depan/belakang maupun kiri/kanan dan atas/bawah akan bisa direkam dengan baik.
Dulu, jika kita ingin mengambil foto 360 derajat, maka orang harus membangun sistem dengan beberapa kamera yang lensanya mengarah ke berbagai sudut, lalu hasilnya disatukan dengan menggunakan komputer.
Namun sekarang, hanya dengan satu kamera dan satu kali jepretan saja, maka kita sudah bisa mendapatkan hasi foto 360 derajat. Ricoh Theta adalah pionir dalam kamera 360 (kamera yang mampu mengambil foto dengan sudut pandang 360 derajat). Setelah itu, banyak produk kamera 360 dari vendor lain, misalnya Samsung, Kodak, LG, Xiaomi dan Nikon.
Teknologi Foto Spherical
Bagaimana foto spherical ini bisa dibuat?
Saya akan menjelaskan berdasarkan keterangan dari laman Theta.
Kamera 360 umumnya mempunyai 2 lensa di dua sisinya (depan dan belakang), yang masing2 lensa mempunyai sudut pengambilan gambar 180 derajat. Dua gambar yang diambil dengan sudut pandang masing-masing 180 derajat akan disatukan (180+180=360), melalui proses yang secara garis besar adalah sebagai berikut :
(nomor yang sama digunakan untuk penjelasan pada dua gambar dibawahnya)
1. Dua gambar yang diambil dari masing2 lensa akan mengalami proses pengolahan di masing2 sensor
2. Kemudian dua gambar ini akan disambung (stitching)
3. Proses penyambungan dimulai dengan mendeteksi posisi yang akan disambung di masing2 gambar (misalnya dengan teknologi pattern matching)
4. Lalu masing2 gambar akan diperbaiki distorsinya (penyimpangan gambar berdasarkan lensa kamera) agar bisa disambung dengan rapi
5. Kemudian kedua gambar ini digabungkan sebagai proses akhir
6. Masing2 gambar memperhitungkan titik lintang dan bujur, sehingga gambar bisa diproyeksikan di benda bulat (sphere)
Selain dengan software khusus yang di-install di PC maupun gawai, Facebook dan Youtube sudah mempunyai fasilitas (interface) untuk menampilkan foto/video yang diambil dengan kamera 360. Beberapa web juga memberi layanan untuk tampilan foto 360 seperti Momento, Kuula, Theta, Wordpress dan Google Street Photo.
Omong2, kapan nih kompasiana bisa implementasi interface kamera 360 di webnya ?
Hal2 yang perlu diperhatikan jika ingin membeli kamera 360
Sedikit catatan bagi pembaca yang berminat dengan kamera 360.
- Memory Card
Besarnya memory card memang perlu diperhatikan untuk pembaca yang gemar fotografi maupun videografi. Jangan sampai nanti kejadian, belum puas jepret, tapi memory card sudah penuh.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah kecepatan read/write memory card, yang juga bisa berpengaruh pada hasil akhir. Hendaknya membeli memory card dengan speed class 10 dan kemampuan Ultra High Speed (UHS speed) class 3. Kalau tidak, maka kemungkinan hasil akhir tidak maksimal, seperti gerakan pada video seperti terputus-putus (patah2) atau bahkan menyebabkan kamera cepat panas sewaktu merekam gambar/video. Memang ini terkadang menjadi masalah, apalagi jika memory card yang kita pasang kurang kompatibel dengan kamera yang kita pakai.
Jika pembaca tidak mau membuang uang (tambahan) untuk membeli memory card, pembaca bisa mempertimbangkan untuk membeli kamera yang sudah mempunyai internal memory sendiri. Ini bisa menghilangkan rasa khawatir, misalnya kompatibilitas memory card. Lebih dari itu, dengan internal memory, paling tidak hasil yang didapat bisa maksimal karena memory card(atau memory) di dalamnya sudah melewati quality test/check dari perusahaan.Â
- Baterai
Baterai juga merupakan hal yang perlu diperhatikan karena kita butuh daya tahan baterai yang lama supaya kita bisa mengabadikan semua momen tanpa khawatir kehabisan baterai. Pembaca juga bisa memilih kamera yang bisa di-charge (misalnya dengan power bank) sambil mengambil gambar.
- Jarak lensa kamera
Karena kamera 360 umumnya mempunyai 2 lensa (depan/belakang), maka makin kecil jarak antara keduanya (semakin tipis kamera) maka hasil akhir juga bisa lebih maksimal (karena makin mudah untuk proses penggabungan gambar).
Contoh hasil jepretan saya dengan kamera 360
Foto 360 : Kitte Building Marunouchi
Jadi, tunggu apa lagi ??
Banyak selfie/welfie bertebaran sekarang hanya menonjolkan bagian depan (baca : wajah) saja.Â
Dengan kamera 360, maka selfie/welfie akan menjadi lebih menarik karena jika ada orang yang misalnya (sekali lagi, misalnya lhoo) bosan lihat wajah kita, dia bisa "membelokkan" pandangannya 360 derajat untuk melihat juga keadaan sekeliling.
Lagipula, sekarang kan saatnya untuk membuktikan bahwaÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H