Mohon tunggu...
Amakusa Shiro
Amakusa Shiro Mohon Tunggu... Engineer -

A masterless Samurai

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Mengenal Sistem Peringatan Dini J-Alert

30 Agustus 2017   18:54 Diperbarui: 31 Agustus 2017   11:43 5382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sistem J-Alert (www.fdma.go.jp)

Kebingungan/kekhawatiran masyarakat ada dua.

Pertama, Jepang belum mempunyai shelter yang bisa menangkal serangan rudal. Jadi mereka tidak tahu kemana harus berlindung jika ada serangan rudal. Kalau untuk tempat menyelamatkan diri dari gempa bumi besar atau tsunami, biasanya sudah ada disediakan tempat-tempat khusus dan sudah diberi tanda sehingga masyarakat sekitar sudah faham atau tahu jika sewaktu-waktu bencana alam terjadi.

Kedua, sistem warning ini biasanya hanya mempunyai tenggang waktu 3 menit. Jadi jika J-alert tentang rudal mereka terima, masyarakat masih bingung, apa yang sebenarnya sempat mereka lalukan dengan waktu hanya 3 menit itu. Beberapa daerah memang sudah memberikan informasi baik berupa panduan di internet maupun leaflet (juga video) tentang cara-cara berlindung dari serangan rudal. Namun informasi ini sepertinya belum banyak yang mengetahuinya.

Lalu ada juga beberapa area yang dekat atau dilalui rudal gagal memberikan informasi melalui J-alert ini kemarin. Ini disebabkan karena di beberapa daerah, sistem J-alert memang jarang digunakan (karena berbagai alasan, misalnya tidak pernah ada bencana alam dll). Biaya perawatan atau pengoperasian alatnya memang termasuk mahal, sekitar 100-200 juta yen.

Bagaimana dengan Indonesia ?

Yang saya tahu, Indonesia memang belum mempunyai early warning system yang bisa memberikan informasi kepada masyarakat dengan 25 kategori bencana/serangan yang membahayakan seperti J-alert. Walaupun sistem warning bencana Tsunami memang sudah ada dan sekarang sudah berjalan, sejak peristiwa bencana tsunami di Aceh yang lalu. Saya tidak tahu apakah warning Tsunami ini juga bisa dikirim ke masyarakat langsung, misalnya melalui telefon genggam atau hanya ke departemen/badan terkait saja.

Jika dana untuk menyediakan sistemnya (yang tentunya "mahal") tidak/belum ada, untuk sementara mungkin bisa dimulai dengan penyediaan tempat mengungsi atau menghindar bilamana ada bencana alam misalnya gempa bumi atau banjir/tsunami. Dan menyediakan juga informasi tentang keberadaan lokasi tersebut agar masyarakat atau orang yang kebetulan sedang ada di daerah itu dapat dengan mudah menemukannya.

Saya lihat Badan Nasional Penanggulangan Bencana sudah mempunyai informasi yang bagus tentang bencana alam. Tinggal menyebarluaskan saja leaflet ini, misalnya menaruh cetakan/print-nya di sekolah-sekolah, fasilitas umum (stasiun kereta api, bis, bandara dll), maupun di tiap kelurahan/kecamatan. 

Atau kalau tidak ada biaya untuk mencetak/print-nya, bisa mengumumkan tautannya agar masyarakat yang memerlukan bisa mengunduh informasinya langsung untuk kemudian bisa disimpan di gawai agar bisa dibawa kemanapun dia berada sekaligus menyebarluaskan kepada teman atau masyarakat luas.

Informasi tautan ini bisa ditaruh misalnya di laman yang menyediakan koneksi wifi/internet gratis, atau bisa juga memanfaatkan fasilitas push-message/notification untuk info tautannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun