Karenanya kalau kita perhatikan, banyak sekali buku-buku dan seminar yang beredar di Indonesia membicarakan soal 'mendapatkan si dia' 'meraih restu orang tua' 'menjaga hubungan' dan sejenisnya. Anda mungkin lebih paham semua tehnikalitas tersebut dari saya. Sedangkan kata cinta, diletakkan hanya di sampul novel dan film beserta dengan cerita fiksinya.
Sampai sini sejenak kita bisa merenung, bahwa apakah cinta sejati itu hanya sekedar fiksi? Apakah cinta pada dunia nyata berbeda dengan dunia khayalan?
Oh iya, jelas anda akan menjawab 'Iya'. Dengan berbagai macam alasan.Â
Pertanyaan saya hanya satu:
"Apa yang sebenarnya anda inginkan dalam hidup anda? Jodoh atau Cinta?"
Kita tidak bisa pungkiri bahwa kita butuh surplus cinta dalam hidup. Sebuah penelitian mengatakan bahwa seorang anak yang tumbuh dengan berbagai kelakuan menyimpang adalah karena kurangnya surplus cinta dari orang tuanya. Dan ternyata hal ini juga berlaku bagi remaja sampai orang dewasa.Â
Iya, kita butuh diakui dengan cinta. Karenanya kita ingin mencari pasangan hidup, bukan begitu?
Tetapi, mengapa kita jarang sekali mendengarkan kalimat "ingin mendapatkan cinta" akhir-akhir ini? 10 tahun yang lalu mungkin kalimat itu masih bisa ditemukan. Tapi saya jarang menemuinya sekarang.
Mengapa?
Jawabannya karena mungkin kita ingin segera mengalami pengalaman romantisme dengan orang lain. Kita ingin agar keluar dari status 'jomblo'. Kita ingin segera menjadi manusia dewasa yang bisa berumah tangga dengan baik. Kita ingin mengekspresikan cinta kita dengan calon pasangan kita yang kita cintai
Tapi kita, tidak siap untuk melajang seumur hidup, sekalipun kita sudah 'menemukan' cinta kita. Karena boleh jadi, kita tidak atau belum benar-benar mencintai orang yang kita ingin jadikan pasangan hidup. Yang terus ada di pikiran kita adalah mendapatkan benefits dari cinta. Tanpa pernah sedikitpun memberi benefits untuk cinta.