Mohon tunggu...
Danar Daniswara
Danar Daniswara Mohon Tunggu... Mahasiswa - Halo juga

Halo semuamya

Selanjutnya

Tutup

Politik

"Multilateral" Sebuah Solusi Atau Sumber Permasalahan Kedamaian Dunia?

19 Juli 2022   14:30 Diperbarui: 19 Juli 2022   14:32 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

A. Latar Belakang

Belum pulih dari pandemi, dunia sudah dihadapkan dengan krisis lain, yakni perang di

Ukraina. Situasi dan tantangan dunia saat ini menyebabkan berbagai krisis, seperti pangan,

energi dan ruang fiskal. Pertumbuhan global yang melambat menjadi 2,9 persen pada 2022,

sedangkan inflasi di negara berkembang mencapai 8,7 persen. Masalah global seperti ini tidak

bisa diselesaikan dengan solusi sederhana, tetapi memerlukan solusi yang bersifat global.

Seperti yang kita ketahui pula, ketika terjadi perang yang melibatkan banyak negara maka

akan tercipta pula kubu-kubu dari masing-masing pihak. Seperti yang terjadi pada perang dunia

ke-1 dan ke-2. Oleh karena itu, saat ini banyak negara yang memang terpecah akibat perang

yang terjadi antara Russia-Ukraina.

B. Permasalahan

Seperti yang terjadi pada Perang Dunia I pada tahun 1914 berpengaruh pada hubungan

Internasional antar negara-negara di dunia. Lahirnya Ilmu Hubungan Internasional merupakan

salah satu bukti pengaruh Perang Dunia I tersebut.

Pengaruh lainnya pada hubungan Internasional adalah perang ini melibatkan kekuatan

besar di dunia, membuktikan bahwa hubungan internasional konfliktual, dan mempengaruhi

ekonomi dunia. Namun dari tiga faktor tersebut, yang paling menonjol adalah pengaruhnya

dalam ekonomi dunia.

Perang Dunia I merupakan perang dahsyat yang melibatkan banyak negara di dunia,

terutama eropa, dan berpengaruh dalam banyak aspek kehidupan manusia. Perang ini

melibatkan lebih dari 70 juta tentara dan memakan korban tewas lebih dari 10 juta orang dan

sekitar 20 juta orang terluka.

Tidak hanya itu, Perang Dunia 1 juga menjadi cikal bakal lahirnya pandangan politik

baru seperti Nazi yang dimana pada awalnya merupakan organisasi yang bertujuan untuk

membawa perdamaian kepada dunia tetapi berakhir sebagai salah satu penyebab terjadinya

Perang Dunia 2.

Perang antara Russia dan Ukraina pun salah satunya penyebabnya adalah "usikan" dari

NATO yang sudah mulai ekspansi menuju Eropa Timur dan ingin menjadikan Ukraina sebagai

anggota. Para pemimpin negara Rusia merasa bahwa ekspansi dari NATO tersebut dapat

mengganggu keamanan nasional negara Russia.

Pemerintah Russia yang dipimpin oleh Vladimir Putin sebagai presiden beranggapan

bahwa jika Ukraina bergabung dengan NATO yang dimana menyebabkan Ukraina akan

mendapat pasokan senjata dari NATO akan menjadikan kota-kota besar yang ada di Russia

dapat terancam keamanannya. Pasalnya, Russia sendiri memiliki sejarah kelam ketika kita

berbicara mengenai hubungan kemiliteran Russia dengan negara-negara barat yang mayoritas

adalah anggota dari NATO.

Seperti yang dikutip dari Situs The Yudhoyono Institute. Membahas peperangan yang

sedang terjadi di bumi Eropa saat ini, dengan segala implikasi dan ikutannya, cakupannya amat

luas. Apalagi jika kita ingin bicara tentang Eropa dan dunia di masa depan pasca perang di

Ukraina ini, termasuk kemungkinan terbangunnya tatanan dunia yang baru. Tentu saya tidak

bermaksud untuk mengupas setiap aspek dan dimensi dari peperangan itu. Saya ingin

membatasi pada enam hal besar yang menurut saya cukup relevan.

Enam isu besar tersebut adalah (1) Prospek perang di Ukraina, (2) Gencatan senjata untuk

aksi kemanusiaan, (3) Penyelesaian konflik secara politik, (4) Kelanjutan dari perang ekonomi,

(5) Masa depan hubungan Barat dan Rusia, (6) Tatanan dunia baru pasca perang RusiaUkraina.

1. Prospek Perang di Ukraina

Sebagian kalangan memperkirakan bahwa pada akhirnya, dalam hitungan minggu, Ukraina

akan jatuh ke tangan Rusia. Setelah itu, diperkirakan pula Rusia akan mengganti rezim saat ini

dengan pemimpin dan pemerintahan yang didukungnya. Sudah barang tentu pemerintahan

yang pro Rusia.

2. Genjatan Senjata Untuk Aksi Kemanusiaan

Mungkin ada pihak yang berpendapat mengapa sulit sekali dilakukan gencatan senjata, baik

yang sifatnya sementara (ditentukan waktunya) maupun yang lebih permanen (biasanya

disertai dengan perundingan dan negosiasi). Kerap terjadi, proses politik yang dilakukan oleh

para pihak yang berperang ini menghasilkan solusi politik ("peaceful" political solution) yang

baik.

3. Penyelesaian Melalui Jalur Politik

Diplomasi yang dilakukan oleh Presiden Perancis Macron, Kanselir Jerman Olaf Scholz,

Presiden Tiongkok Xi Jinping, Presiden Turki Erdogan dan tentu masih ada pemimpin dunia

yang lain, wajib kita berikan apresiasi. Saat ini sungguh sangat diperlukan tampilnya pemimpin

dari great powers atau major powers untuk mendinginkan suasana, agar konflik di Ukraina ini

tidak meluas menjadi konflik di Eropa. Apalagi meluas ke seluruh dunia. Ingat, Perang Dunia

Pertama dan Perang Dunia Kedua juga bermula dari bumi Eropa.

4. Kelanjutan Dari Perang Ekonomi

Dengan perang ekonomi yang sudah lama ada antara Russia dan negara barat

mengakibatkan hal tersebut juga disebut sebagai salah satu penyebab banyaknya negara barat

yang "ikut campur" dalam perang antara Russia-Ukraina

5. Masa Depan Hubungan Barat dan Russia

C. Dampak Perang Terhadap Kerjasama Multilateral

Menurut Retno Warsudi, semakin sulit bagi dunia untuk duduk bersama. Menurutnya,

situasi dunia saat ini membuat orang kehilangan kepercayaan pada multilateralisme.

Seperti yang sudah dijelaskan, bahwa perang dunia membuat perpecahan bagi dunia akibat

timbulnya sekutu-sekutu. Oleh karena itu Perang Dunia akan berdampak besar pada kegiatan

multilateral. Hilangnya kepercayaan dan juga timbulnya pihak-pihak yang bertentangan

menjadikan kegiatan multilateral justru terlihat menjadi penyebab dari adanya perpecahan

dunia, terlebih salah satu penyebab terjadinya perang Russia-Ukraina yaitu isu NATO yang

ingin menjadikan Ukraina sebagai Anggota.

D. Kemitraan Global Dalam Penyelesaian Perang Russia-Ukraina

Upaya Diplomasi Internasional

Sejarah mencatat bahwa perang dingin berakhir di akhir Desember 1991 ditandai dengan

runtuhnya Uni Soviet, runtuhnya Tembok Berlin, dan mulai berkembangnya paham politik

demokrasi ke belahan dunia termasuk ke sebagian bekas negara Uni Soviet hingga kini.

Runtuhnya Uni Soviet menandai dimulai doktrin bahwa diplomasi menjadi upaya dalam

hubungan internasional untuk menyelesaikan konflik maupun memengaruhi negara lainnya

yang digagas oleh presiden AS Richard Nixon ketika itu. Era di mana perang konvensional dan

perang dingin berakhir, diganti ke perang ekonomi dan perdagangan (perubahan paradigma

geopolitik ke geoekonomi).

Konflik Rusia-Ukraina sedianya telah diupayakan jalur diplomasi oleh beberapa negara

seperti Israel hingga dibawa ke sidang umum PBB. Namun beberapa langkah diplomasi

menemui jalan buntu. Pembahasan upaya gencatan senjata di Belarus pada akhir Februari 2022

pun belum menemui kesepakatan. Perundingan di Belarus digelar di kota Gomel, wilayah

Belarus yang terdekat dengan Chernobyl Ukraina ini diinisiasi oleh Presiden Belarusia

Alexander Lukashenko. Awalnya Zelensky tidak bersedia karena menganggap Belarusia

adalah sekutu Rusia dan lebih memilih Polandia sebagai zona netral melakukan perundingan.

Sayangnya perundingan Rusia dan Ukraina tidak membuahkan hasil maksimal, yaitu gencatan

senjata. Kedua belah pihak hanya menyepakati persoalan mengevakuasi warga sipil dari

wilayah yang menjadi zona pertempuran di Ukraina. Pihak Rusia menyetujui adanya koridor

organisasi kemanusiaan untuk menyelamatkan warga sipil.

Teranyar, Turki melalui Presiden Erdogan mengupayakan adanya perdamaian dan

rekonsiliasi antara pihak Rusia dan Ukraina. Akhir Maret 2022, Erdogan memfasilitasi kedua

negara untuk bertemu dan mengupayakan perdamaian di Istanbul. Bahkan Erdogan aktif

mengirim delegasi diplomatnya ke Kyiv maupun Moskow. Permintaan pihak Rusia tetap sama,

yaitu jika ingin gencatan senjata berakhir, agar Ukraina menjadi negara netral dan tidak masuk

ke EU atau bahkan bergabung ke pakta pertahanan NATO. Ukraina sendiri dalam perundingan

menginginkan jaminan keamanan kepada internasional terhadap negaranya seperti pada pasal

lima NATO, yakni apabila salah satu negara maka negara lain menganggap sebagai serangan

seluruh anggota. Selain itu, Ukraina juga terus mempermasalahkan Crimea dan Sevastopol

(dua wilayah yang saat ini dikuasai penuh pasukan Kremlin)

E. Peran Instrumen Organisasi Internasional Pada Perang Russia-Ukraina

Wakil Ketua DPR RI Abdul Muhaimin Iskandar menyatakan Indonesia memiliki peranan

penting dalam upaya perdamaian agresi yang kini sedang terjadi antara Rusia dan Ukraina

jelang helatan G20 pada November 2022 mendatang. Gus Muhaimin menegaskan, Indonesia

yang ditetapkan memegang keketuaan Presidensi G20 sekaligus menjadi tuan rumah berada di

posisi penting dalam upaya perdamaian, pemulihan ekonomi, dan kesehatan global di tengah

agresi serangan militer yang kerap dilancarkan Rusia kepada Ukraina akhir-akhir ini.

Akhir-akhir ini Presiden Jokowi selaku pemimpin G20 yang tahun ini digelar di Indonesia

melakukan kunjungan ke beberapa negara dunia yang salah satunya adalah Russia dan Ukraina.

Banyak negara yang memuji dan menilai bahwa kedatangan Presiden Jokowi yang membawa

nama G20 ini merupakan salah satu langkah konkrit untuk menyudahi perang yang terjadi

antara Russia dan Ukraina saat ini.

F. Analisis

Agresi militer yang saat ini terjadi di Ukraina yang dilakukan oleh tentara Russia dan

Ukraina merupakan salah satu kegiatan agresi militer yang menyita pandangan dunia.

Termasuk negara-negara barat seperti Amerika Serikat, Inggris, dll. Ikut campurnya pihak

barat tentu menimbulkan pertanyaan bagi publik "Perang seperti apa yang sebenarnya sedang

terjadi?"

Hal tersebut lantaran kisah dan juga sejarah yang ada perihal "perlombaan" yang memang

kerap dilakukan oleh Russia dan banyak negara barat. Mulai dari perlombaan dalam hal

perekonomian hingga perlombaan dalam "menguasai" ruang angkasa.

Selain itu memang terjadinya perang yang berawal oleh Russia dan Ukraina saat ini sudah

mulai berdampak pada perekonomian, hingga kondisi politik dunia. Mulai dari kelangkaan gas

di daratan Eropa lantaran pasokan gas alam yang biasa Russia jual sekarang sudah tidak ada

lantaran pihak Russia yang memang sudah tidak mau memasok ke wilayah daratan Eropa,

hingga krisis bahan makanan seperti gandum, dll. Yang juga merupakan sumber daya alam

yang dihasilkan dan diekspor Russia ke banyak negara Eropa.

Seperti yang sudah dijelaskan, bahwa kondisi politik dunia saat ini sedang tidak baik-baik

saja imbas dari kegiatan perang yang ada saat ini. Kepercayaan antar negara pun mulai

memudar dan itu merupakan hambatan bagi organisasi internasional yang berskala dunia

seperti PBB, WHO, dll.

Menurut isu yang banyak beredar mulai dari sebelum hingga awal masa peperangan, Russia

justru merasa bahwa keamanan negaranya akan terancam jika NATO pada akhirnya

menjadikan Ukraina sebagai anggota. Lantaran perbedaan pandangan politik yang dimiliki

baik antara Russia-Ukraina dan Russia-NATO maka terjadilah agresi militer yang diawali oleh

Russia dengan menginvasi beberapa kota besar di Ukraina.

Pihak Russia pun menilai NATO memiliki tujuan "terselubung" dengan mencoba

menjadikan Ukraina sebagai anggota. Pasalnya, Russia saat ini memang tengah berupaya untuk

menyatukan kembali negara-negara pecahan Uni Soviet sehingga dapat membentuk kembali organisasi yang beranggotakan negara pecahan dari Uni Soviet yang mana akan terganggu jika

Ukraina menjadi anggota NATO.

PBB juga dinilai gagal dalam menjadi pihak penengah yang mana itu merupakan tugas dari

PBB sehingga peran pun tidak dapat dihindari yang sampai saat artikel ini dibuat masih

berlangsung.

Melihat latar belakang kondisi antara negara Russia dan negara barat yang mayoritas

anggota dari NATO menimbulkan anggapan bahwa perang ini bukan sekedar perang militer,

tetapi juga Russia memanfaatkan momen ini untuk mengupayakan perang perekonomian

dengan negara barat. Untuk itu memang perlu ada sebuah tindakan konkrit yang dapat

dilakukan PBB sebagai pihak yang seharusnya dapat menjadi pendamai bagi seluruh negara

yang menjadi Anggota.

Dikutip dari https://www.uii.ac.id/konflik-ukraina-rusia-bagian-dari-sisa-sisa-perangdingin/ \ Konflik yang saat ini terjadi di Eropa Timur antara Ukraina dan Rusia bukan

merupakan konflik baru dan menjadi bagian dari sisa-sisa perang dingin yang masih bertahan

hingga saat ini meskipun beberapa pihak menyatakan perang dingin sudah lama selesai sejak

runtuhnya tembok Berlin dan bubarnya Uni Soviet.

Hal tersebut disampaikan Dosen Studi Keamanan Internasional Program Studi Hubungan

Internasional (HI) UII, Irawan Jati, S.IP., M.Hum., MSS., Ph.D (Cand.) dalam International

Relations In Conversation dengan tema Russia-Ukraine Updates: What Happens Next, Kamis

(24/2) petang, melalui Zoom Metting.

Irawan Jati mengatakan bahwa apa yang saat ini dilakukan Rusia bukan merupakan hal

yang baru karena pernah terjadi di 2014 saat Rusia mencoba menganeksasi kembali dan

mengklaim Ukraina sebagai bagian sah dari Rusia.

Mohamad Rezky Utama, S.IP., M.Si., Dosen Studi Kawasan Eropa Program Studi HI UII

yang juga hadir sebagai menjadi narasumber menyampaikan bahwa situasi yang saat ini terjadi

di Ukraina tidak terlepas dari ekspansi NATO yang mulai melebarkan pengaruh di Eropa

Timur. Rezky Utama menambahkan bahwa ekspansi NATO ke Eropa Timur membahayakan

Rusia karena hal ini berpotensi memindahkan rudal balistik yang awalnya ditempatkan di

Rumania ke Ukraina dan berpotensi menjadi ancaman terbuka bagi Rusia.

Disampaikan Rezky Utama, sebelum 2014, Ukraina sangat dekat dengan Rusia dan

menjadi buffer zone antara Rusia dan Eropa. Namun setelah revolusi 2014, pemerintah Ukraina

berpindah haluan, dari sebelumnya dekat dengan Rusia beralih mendekati NATO. Hal ini

menyebabkan Belarusia menjadi satu-satunya buffer zone antara Rusia dan negara-negara

Eropa.

Menurut Rezky Utama, invasi yang dilakukan oleh Putin menjadi salah satu cara untuk

mengembalikan Ukraina sebagai salah satu sekutu Rusia dengan mengganti rezim pemerintah

Ukraina melalui dukungan kelompok sepratis di Donetsk, Luhan, dan Krimea.

G. Saran

PBB sesuai dengan tugas dan fungsi nya harusnya bisa mengantisipasi kegiatan perang ini

karena memang perang ini berdampak pada banyak aspek kehidupan berpolitik dan bernegara. Tetapi malah sampai sekarang belum ada langkah konkrit dan berhasil yang

dilakukan PBB untuk menciptakan perdamaian dan meredakan ketegangan.

Selain dari PBB, negara-negara netral yang tidak memihak kedua belah pihak harusnya

mau mengajak ataupun menjadi mediator bagi negara Russia-Ukraina. Seperti yang

dilakukan oleh Presiden RI, Joko Widodo yang mengunjungi kedua negara tersebut dengan

membawa pesan damai.

Kegiatan diskusi harus segera dibuat oleh kedua pihak negara untuk menemukan solusi dan

jalan keluar dari kondisi saat ini. Pasalnya hingga saat ini belum ada kegiatan negosiasi dan

mediasi yang menghasilkan hasil yang baik sehingga dapat menghentikan perang.

Selain itu, pihak yang memang tidak ikut dalam kegiatan perang ini jangan pernah mencoba

untuk masuk kedalam perang dengan deklarasi keberpihakan. Hal tersebut tentu akan

menyulut negara yang lain dan akhirnya menambah jumlah negara yang ikut berperang dan

perang akan terus membesar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun