Mohon tunggu...
Danan Wahyu Sumirat
Danan Wahyu Sumirat Mohon Tunggu... Buruh - Travel Blogger, Content Creator and Youtuber

blogger gemoy

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Orang Tua Butuh Bersosialisasi

7 Juni 2024   10:20 Diperbarui: 7 Juni 2024   11:04 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Saya bukan pakar lansia tapi ketika beberapa tahun lalu mengembangkan aplikasi permainan untuk mencegah demensia lansia melakukan banyak riset dan pengamatan. Faktor penting agar lansia bahagia adalah ekonomi, sosial dan kesehatan. Sebagai anak kadang kita lupa bahwa orang tua punya kebutuhan sosial untuk berinteraksi dengan teman senasib atau sejawat di masa tua. Meski kebutuhan ekonomi dan kesehatan sudah diberikan maksimal jika kebutuhan sosial tidak diberikan akan mempengaruhi kondisi psikologis dan kesehatan lansia. 

Di satu kesempatan saya menyambangi sebuah klub lansia di Batam yang anggotanya bukan penghuni tetap graha ini. Mereka datang sesekali untuk melakukan aktivitas bersama, mulai dari olahraga, pengajian, membuat kerajinan hingga piknik bersama. Sebagian besar dari mereka tinggal bersama anak dan dipenuhi segala kebutuhan di dalam rumah tapi tetap kegiatan interaski bersama di graha lansia dibutuhkan.

Konsep Panti Jampo

Dari pengalaman di atas saya banyak mendapatkan referensi perihal panti jompo. Dulu saya membayangkan panti jompo merupakan rumah suram tempat manula dibuang dari keluarganya dan dikumpulkan. Tapi nyatanya saat ini panti jompo mirip  klub orang tua tempat mereka bersosialisasi. Beberapa memiliki fasilitas stay atau hanya fasilitas saja  bahkan sekelas hotel berbintang.

Beberapa tahun lalu orang tua saya pernah berpesan jika kamu benar-benar sibuk dan tak memiliki waktu . Mereka tidak keberatan untuk tinggal di panti jompo dengan alasan efisiensi. Bayangkan dua orang lansia harus tinggal dan mengurus rumah besar. Mengapa tidak tinggal di graha werdha dengan fasilitas lengkap dan tiap akhir pekan anak atau cucu bisa datang serta bermain. 

Sebagai keluarga kecil yang hanya memiliki dua anak, orang tua sangat paham dengan kerepotan rumah tangga di masa depan. Keluarga tidak akan mudah mencari asisten rumah tangga dan orang yang mampu mengurus lansia. Belum juga masalah keterbatasan lahan tempat tinggal, bayangkan jika orang tua dan anak anak tinggal di perumahan atau apartemen. Tidak semua area tempat tinggal cocok dengan kondisi lansia. Bayangkan jika seoarang lansia waktu hariannya hanya dihabiskan di apartemen dengan ruang sempit terbatas.

Kebutuhan Bersosialisasi

Dengan bertambahnya usia manuisa kondisi fisik dan mental akan terdegradasi, hal ini sangat alamiah. Kita tidak dapat menghindarinya tapi satu-satunya yang bisa dilakukan adalah memperlambat semua kondisi ini salah satunya dengan membuat lansia tetap bahagia dan tidak stres. Nyatanya tidak mudah membuat lansia tidak stres, kebutuhan ekonomi, sosial dan kesehatan terpenuhi berimbang. 

Bagi beberapa lansia aktif dan tiba-tiba harus berdiam diri di rumah terbatas atau apartemen adalah hal yang tidak menyenangkan meski semua kebutuhan terpenuhi. Lansia butuh teman bicara berinteraksi dengan sesama lansia, sebagai bentuk pelepasan emosi. Anak dan cucu tidak bisa setiap saat menjadi "teman" mengobrol bagi lansia karena kesibukan. Kesempatan  berkumpul dan bersosialisasi sesama lansia sangat dibutuhkan.

Tidak mengherankan beberapa negara maju tetap memberikan kesempatan lansia untuk bekerja sesuai kemampuan. Dalam budaya Indonesia kondisi ini sesuatu yang tabu karena mengekploitasi lansia dan kurang ajar. Padahal bekerja bagi lansia membangun mental mereka agar merasa tetap berharga dan bermanfaat serta berinteraksi sosial. Aktivitas fisik yang tidak berlebihan dipercaya mempertahankan fungsi fisik lansia. Pekerjaan yang berkaitan dengan aktivitas berpikir, membaca dan berhitung juga dipercaya mampu mengurangi demensia. Jadi jangan heran beberapa oranga tua berkumpul dan bermain kartu atau mahyong.

Penghuni Masa Depan

Saya pernah berujar kepada beberapa rekan bahwa kita calon penghuni panti jompo masa depan, ya bahasa kerennya elderly club. Terutama bagi mereka nomaden digital, mereka yang biasa bekerja dari mana saja dan tak memiliki rumah. Bukannya tak mampu tapi fleksibilitas dan gaya hidup berpindah menjadi pilih. Memiliki rumah bukanlah prioritas utama, jika menyewa lebih memudahkan hidup mengapa harus menjadi hak milik. Bagi beberapa orang menyewa rumah adalah pilihan karena harganya yang semakin di luar logika.Mereka sangat paham menabung untuk masa tua agar bisa tinggal di graha lansia dengan fasiltas mumpuni. Tak mengapa seumur hidup menyewa tempat tinggal karena rumah bukan instrumen investasi yang fleksibel. 

Pasangan lansia free child mempersiapkan kemungkinan tinggal di panti werdha karena mereka tidak dapat mengandalkan siapapun untuk mengurus di masa tua. 

Semakin paham akan kebutuhan lansia, kita akan makin yakin bahwa tinggal di panti jompo bukan pilihan yang buruk

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun