Mohon tunggu...
Danan Wahyu Sumirat
Danan Wahyu Sumirat Mohon Tunggu... Buruh - Travel Blogger, Content Creator and Youtuber

blogger gemoy

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jamban Cantik

16 Mei 2024   21:48 Diperbarui: 20 Mei 2024   21:50 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
mengantri demi menikmati jamban cantik. (Dok. Pribadi/AI)

Ibu Kades sebagai ketua PICSI mengambil keputusan, ada keistimewaan bagi anggota PICSI. Mereka dan keluarganya bisa menikmati jalur antrean cepat atau VIP. Tentu saja ini menimbulkan kegaduhan di antara warga karena banyak warga yang ingin menjadi anggota PICSI tapi ditolak.

"Maaf, bapak dan ibu sekalian. Jamban Cantik diinisiasi oleh PICSI, jadi wajar jika kami mengutamakan anggota. Kalau tak hapal nama artis sinetron belum bisa bergabung", jelas bu Kades berwibawa.

Meski antrean mengular tapi warga tetap berhasrat tinggi menggunakan Jamban Cantik. Apalagi menyebar kabar bisa karokean sambil berendam air sabun ataun menonton sinetron sambil BAB. Ibu Kades makin sewot karena mayoritas pengguna Jamban Cantik  bapak - bapak. Banyak anggota PICSI suaminya jarang pulang lebih memilih antre menggunaka kartu PICSI istrinya.

"Sebagai mahasiswa produk reformasi yang peka dengan isu masyarakat. Saya mengakhawtirkan masalah jamban akan membuat stabilitas keamanan dan politik desa terganggu." Saya memberi masukan ke Pak Kades.

"Nah itu lah. Tadinya Jamban Cantik ini jadi alat penarik masa untuk pemilihan Kades 8 bulan mendatang", curhat Pak Kades.

"Tambah satu dua lagi bilik Jamban Cantik, pasti warga suka dan suara bapak meroket", usul saya.

"Luar biasa. Anda mahasiswa cerdas, calon pemimpin masa depan", teriak Pak Kades girang, kumisnya ikut naik turun.

Barulah dua jam memberikan ide brilian, bu Kades datang bersama beberapa anggota PICSI."

"Hei Mahasiswa kamu ngomong apa sama bapak. Usulan kamu sungguh tak peka sosial. Lihat akibat Jamban Cantik kampung ini jadi chaos. Bapak-bapak jadi lebih sering antre daripada ke kebun atau sawah. Kami inisiator seperti tidak dihargai. Saya ingin jamban ditutup", cerocos Bu Kades.

"Setuju", teriak anggota PICSI lainnya.

"Maaf Bu tapi kan... Ini ide ibu", protes saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun