Saya sempat menengok Herlina  yang ditemani Mike. Herlina optimis dalam dua bulan kakinya sembuh dan siap  melakukan perjalanan. Namun manusia hanya bisa berencana ternyata pemulihan butuh 4 bulan lebih. Herlina harus mengiklaskan rencana perjalanan yang impikan.
Saya jadi ingat kata Mike. "Sepertinya kakinya nggak akan sembuh dua bulan, tapi dia tetap bersemangat." Dari sini saya belajar, kita harus optimis dengan kehidupan walau kadang  kenyataan tidak  sejalan dengan rencana. Yakinlah Tuhan akan memberikan yang terbaik.
Pandemi dan Kebaikan
Meski aktivitas traveling saya tidak sesering dulu tapi kegiatan menulis dan turunannnya semakin banyak. Status travel blogger membuka kesempatan untuk menulis di majalah, surat kabar dan kontributor televisi. Tak hanya tempa wisata yang saya ulik tapi juga hotel dan tempat kuliner yang tersebar di Batam, Malaysia dan Singapura.
Tahun 2020, tepat sepuluh tahun menjalani hobi menulis. Proses menjadi seorang penulis sangat panjang. Saya disleksia, selama sekolah tidak pernah mendapat nilai Bahasa Indonesia di atas 6. Tiba-tiba ingin bisa menulis baik, caranya dengan berlatih melalui blog dan membaca tulisan orang lain di Kompasiana. Meski bukan pekerjaan utama, travel blogger menjadi bagian identitas tak terpisahkan.
Lalu apa yang terjadi saat pandemi datang. Travel blogger tak bisa traveling, tak ada tulisan baru dan satu per satu pengunjung setia blog menghilang. Saat pandemi orang tak butuh kisah perjalanan  apalagi informasi traveling. Orang hanya butuh sehat jiwa, raga dan dompet.
Industri pariwisata yang selalu mendukung hobi dan pekerjaan sampingan mati suri. Pekerjaan utama saya memang tidak di industri ini tapi turut merasakan teman-teman terdampak pandemi. Banyak hotel di Batam tak mampu membiayai ongkos operasional. Tahun pertama beberapa hotel masih bertahan tapi tahun ke dua satu  per satu tumbang, bangkrut.
Apa yang bisa saya lakukan?
Saat pandemi mulai reda saya kembali membuat ulasan hotel dengan biaya sendiri tanpa endorse. Saya membuat video promosi hotel dan  membantu mendesain materi  cetak promo iven wisata tanpa dibayar. Saya ingin industri pariwisata di Batam seperti  dulu. Seperti kata Herlina, setiap manusia punya takdirnya untuk menebar kebaikan.
Pandemi masih belum berlalu dan sejujurnya saya merindukan momen traveling keliling Indonesia. Tapi kondisi belum pulih, saya yang komorbit memang harus menahan diri karena siapa yang akan menjamin tidak ada gelombang ke empat.Â
Herlina kini juga lebih sering di rumah. Laman media sosialnya yang dulu dipenuhi foto perjalanan, kini dipenuhi foto kuliner yang ia masak sendiri. Padahal saya tahu pasti, Herlina tidak pandai memasak. Tapi postingan masakan sederhananya memberikan inspirasi saat orang stay at home dan WFH (working from home).