Takdir Manusia
Delapan bulan setelah menjelajah Flores, saya dan Herlina melakukan perjalanan ke Nepal. Impian kami mengintip  atap dunia Everest. Herlina sadar fisiknya tak seperti saat muda ketika ia menjelajah hampir semua gunung di Indonesia. Kami untuk mengikuti tour pesawat melihat  gunung Everest dan melakukan perjalanan budaya.
Saat di Pokhara, saya menemaninya singgah di sebuah panti asuhan. Saat pulang ia berkisah bahwa mungkin ini takdirnya. Setelah bertahun-tahun menikah dan tidak diberikan keturunan, Herlina dan suami berkomitmen untuk memberikan lebih banyak waktu, tenaga dan materi kepada anak-anak yang kurang beruntung.
"Cobaan (hidup) Â itu ada hikmahnya. Dan mungkin takdir saya buat mengurus anak-anak ini".
"Kira-kira takdir saya apa?"
"Mungkin untuk jalan-jalan terus." Bu Herlina tersenyum.
"Wah uangku belum cukup kalau jalan-jalan saja, harus kerja."
Sesungguhnya saya tidak pernah menyangka akan memiliki hobi traveling. Sebagai anak bungsu terlahir prematur  membuat orangtua super protektif. Sejak lahir hingga kuliah, saya tidak pernah keluar kota kelahiran Bandar Lampung. Tapi setelah masuk dunia kerja semuanya berubah.Â
Sebagai laki-laki dan calon imam keluarga, ibu mengiklaskan saya merantau. Bekerja  di tengah hutan Jambi memberikan kesempatan untuk mengenal dunia. Setelah dua minggu bekerja saya mendapat libur satu minggu penuh. Saat off duty saya memilih untuk berkelana ketimbang pulang ke rumah. Karena kesepian di hutan, lahirlah blog dananwahyu.com yang menjadi tempat curhat dan catatan perjalanan.
Hikmah Peristiwa
Surat mutasi ke Batam mengubah takdir dari backpacker paruh waktu menjadi traveler kantoran. Perubahan posisi dan pola kerja membuat saya harus menggantung ransel. Awalnya agak sedih meninggalkan hobi backpacking. Saya tidak akan sering melihat  kebaikan orang-orang di pedalaman nusantara.
Sesekali saya masih menyempatkan traveling dengan menjinjing koper. Herlina beberapa kali mengajak traveling ke destinasi impian Ladakh dan Tibet tapi tapi saya selalu menolak dengan alasan waktu. Kesannya memang sibuk tapi, inilah saya  sekarang, pekerja yang hanya mengandalkan cuti dan libur akhir pekan untuk jalan-jalan.
relawan edukasi di Batam. Secara berkala kami berkelilng di pulau sekitar Batam untuk mengajar di akhir pekan sekaligus traveling tipis.
Sisi positifnya, saya mendapat kesempatan menjelajah laut di sekitar Batam. Saya jadi lebih mengenal kehidupan orang pulau. Pekerjaan saya di  bidang teknikal tapi sesekali membantu departemen CSR menjalankan program sosial  di pulau. Rasa empati pun tumbuh, hingga akhirnya saya bergabung denganSaya mendapat kabar yang mengejutkan dari Herlina. Ia akan menjalani pengobatan di Singapura padahal dua bulan lagi akan melakukan perjalanan keliling Amerika. Mike, suami Herlina berkisah bahwa cairan di lutut Herlina  berkurang sehingga menyebabkan rasa sakit. Solusinya dengan menyuntikan gel di lutut tapi  tidak permanen.  Teknik pengobatan terbaru dengan memasukan sejenis busa yang nantinya kan menjadi bantalan permanen di lutut.