[caption id="attachment_198217" align="alignnone" width="600" caption="Pulau Tanjung Putus (sumber: dok.pribadi)"][/caption]
Keindahan di pelupuk mata tidak tampak, tapi keindahan di seberang lautan tampak. Ironis , terjadi bertahun-tahun ,  mengejar dunia bawah laut dari Sabang sampai Sulawesi. Namun wisata bahari di Lampung, tanah kelahiran, satupun belum saya jelajahi. Sabtu (16/6/2012), bersama Lampung Cinta Snorkling - komunitas pecinta wisata bahari - menyambangi salah satu pulau di Teluk Lampung. Perjalanan dimulai dari Bandar Lampung , 35 km menuju Pelabuhan Ketapang, Teluk Ratai, Kabupaten Pasawaran. Kapal warna-warni bersandar di pelabuhan kecil, Ketapang. Dengan cekatan nakoda membantu memindahkan barang ke kapal kecil berbentuk persegi, mengerucut di bagian depannya. Hanya enam penumpang saja yang mampu diangkut kapal berkekuatan dua tenaga kuda. Ada pilihan kapal lain, masyarakat setempat menyebutnya ketinting, namun kecepatannya hanya setengahnya saja. Deru suara motor berpacu dengan angin laut. Kapal kayu yang kami tumpangi melesat cepet sesekali lambungnya menumbuk air, benturannya mirip turbulensi pesawat. Tapi tak ada rasa takut, semuanya terganti dengan pesona pulau-pulau kecil di lautan biru. Pemandu kami, Bang Jay menunjukan pulau kecil terdekat pantai bernama Kelagian, terkenal spot memancing. Pulau Kelagian Kecil di sisi selatan, memiliki spot snorkling indah dengan terumbu masih terjaga. Memasuki Teluk Punduh , terlihat pulau dengan bangunan pondok kayu. Arsitektur rumah Lampung tradisional dengan sentuhan modern. Seperti foto resort mewah yang ada di katalog wisata. "Nah itu pulau Pahawang punya orang Jerman, tapi jarang dihuni pondoknya", kembali Bang Jay menjelaskan. Membuat rasa kagum semakin dalam. Kami bergerak semakin mendekati daratan, ternyata hanya menyusuri tepinya. Daratan semakin menjorok ke lautan membentuk lengkungan tanjung di ujung Teluk Punduh. Sesampai di ujung sebuah pulau nampak menghijau. Tanjung Putus, konon pulau ini bagian dari tanjung di selatan Teluk Punduh. Karena air laut naik terpisah dari daratan. Keindahan Bawah Laut Kapal menurunkan kami di pantai berpasir putih di Tanjung Putus. Satu persatu kami berenang ke tengah menikmati dunia bawah laut. Kira-kira 50 meter dari garis pantai, segerombolan ikan napoleon berbaur dengan ikan kepe melintas. Berikutnya yellow clownfish bersembunyi di balik anemon berwarna  putih. Tak lama berselang kawanan ikan klatak ikut melintas. Arus bawah semakin dingin, rasanya belum puas menikmati keindahan bawah laut. Sayapun berenang ke utara, menuju sebuah dermaga tempat kapal kami ditambatkan. Tiba-tiba sebuah mahluk panjang bergerak di bawah kaki. Saya kira itu ular laut, tapi ternyata ikan terompet (Aulostomus maculatus Valenciennes ). Begitu lengkap ekosistem bawah laut di Tanjung Putus. Rekan saya sempat menyaksikan penyu hijau berenang , tapi sayang tidak sempat diabadikan. Ketika akan mengakhiri sesi snorkling pertama, tampak ikan buntal seukuran lengan. Ternyata ikan ini cukup lamban bergerak, tetap diam ketika saya dekati. Siripnya kecil tidak sebanding tubuh besarnya sehingga sulit berenang. Ikan Narsis di Dermaga Tanjung Putus merupakan pulau berpenghuni, bangunan permanen berdiri di pinggir pantai. Kami duduk di sebuah dermaga kayu, menikmati makan siang dan istirahat sejenak. Ikan-ikan berenang di bawah dermaga seolah akrab menyapa. Sesekali berkumpul dan menyembul ke permukaan, menanti makanan jatuh. Hampir tidak tampak terumbu karang di bawah dermaga. Tapi kami tergoda untuk menceburkan ke dalamnya. Ratusan ikan narsis siap berfoto . Tanpa rasa takut mengerumuni manusia menanti remah roti. Ternyata ikan di sini memang dipelihara oleh pemilik cottage di dekat pantai. Tiap bulannya ikan-ikan ini menghabiskan 3 ton remah roti kering. Pesona Kapal Karam Setelah bertahun-tahun kapal karam biasanya ditumbuhi terumbu karang dan menjadi ekosistem baru bagi biota laut. Tapi bagaimana dengan yang baru? Berikutnya kami menuju kapal kayu karam di seberang dermaga. Hanya sebagian lambungnya saja yang tenggelam. Berlahan kapal kecil kami bergerak mendekati kapal karam, kami berhati-hati naik ke atasnya. Ketika sampai di depan , bagian tertinggi kapal, memandang ke bawah. Terumbu menyembul di antara biru jernih air. Binggo!! Dapat satu spot snorkling lagi. Tanpa menunggu lama kami kembali masuk ke air. Ikan di sini tidak sebesar di spot pertama, tapi terumbunya lebih beragam. Ikan kecil warna-warni menari indah di antara soft coral. Beberapa biota laut seperti clownfish, ikan terompet dan ikan buntal juga terlihat. Ikan buntal di sini coraknya unik seperti batik dan lebih pemalu. Karang yang terlalu dangkal terkadang menyulitkan saya untuk berenang. Apalagi di beberapa bagian terlihat bulu babi. Pilihan yang susah antara menginjak karang atau terkena bulu babi. Matahari mulai turun, saatnya kami harus mengakhiri keindahan hari ini. Kembali menuju daratan andalas, mengenang setiap sisi Tanjung putus. Mengukirnya di hati sebagai kekayaan alam Indonesia yang sayang untuk dilupakan. Rasanya hari ini sengaja Tuhan mengutus saya ke  Pulau Tanjung Putus. Menyadarkan betapa indahnya tanah kelahiran saya. Lampung. [caption id="attachment_198218" align="alignnone" width="600" caption="Pelabuhan Ketapang (sumber: dok.pribadi)"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H