Mohon tunggu...
DANA NURIL IBAD
DANA NURIL IBAD Mohon Tunggu... Penulis - Suka Menulis

Manusia itu punya 4 jenis sifat yaitu : Api, Angin, Air, Tanah. Tinggal kita mau tingkatkan yang mana dari keempat sifat itu. Semua pilihan dan setiap orang punya pilihan masing-masing. Hargai saja pilihannya

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Pecinta Alam atau Pencinta Alam?

11 Februari 2024   08:21 Diperbarui: 11 Februari 2024   08:37 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pixlr.com/image-generator

Tahukah kamu bahwa tugas manusia dibumi adalah sebagai pemimpin ? karena Tuhan memberikan keistimewaan yang HANYA diberikan kepada manusia yaitu berupa akal dan nafsu. Harapannya manusia bisa menjaga keseimbangan dunia. Karena ketika kita diberikan nikmat berupa pemberian Akal, maka itu suatu amanah yang harus dijaga. Bahkan bisa jadi itu sebagai ujian untuk manusia. Kira kira digunakan untuk kebaikan atau malah sebaliknya. 

Menjaga Alam adalah kewajiban manusia, karena manusia-lah yang mempunyai kemampuan untuk menjaga alam, juga kemampuan untuk menghancurkan alam. Mulai dari Laut, Gunung, Sungai, Sawah, Danau, Hutan dan Sebagainya.  

Kira-kira 1 Dekade terakhir ini, pertumbuhan kelompok pelancong, petualang, hingga penjelajah mengalami peningkatan yang signifikan. Apalagi dibantu media sosial yang begitu masif memperluas informasi. Kelompok ini kebanyakan membangun citra dalam rangka mendedikasikan diri untuk terus merawat alam agar tetap lestari. Nah, Faktanya mungkin belum sesuai dengan tujuan mereka. 

Meskipun tidak bisa dipungkiri bahwa kelompok Pecinta Alam telah ada sekitar Tahun 1950an. Saat itu bernama PPA (Perkumpulan Pecinta Alam). Sedangkan sekarang telah menjamur dari Sabang hingga Merauke telah tersebar kelompok Pecinta Alam. Sejauh yang saya fahami, Pecinta Alam itu bukan hanya fokus tentang Gunung saja. Tapi seluruh ciptaan Tuhan di Bumi ini juga termasuk Alam. 

1. Gunung 

Termasuk Gunung. Kira-kira 12 Tahun terakhir ini semakin tergugahnya semangat anak-anak muda khususnya dalam hal Naik Gunung. Kebanyakan dari mereka adalah berkelompok atau beregu. Tapi ada juga yang sendirian atau Bahasa gaulnya "Solo Hiking". 

Apalagi peningkatan yang drastis setelah tayangnya Film 5 CM yang di adaptasi dari novel yang pada saat itu menumbuhkan semangat kelompok-kelompok Pecinta Alam ini berdatangan ke Gunung-Gunung khususnya di Indonesia. Yaa meskipun produksi Film itu ada negatifnya karena pasca-produksi peningkatan sampah di Gunung Semeru meningkat drastis. 

Sejauh ini, gunung-gunung di Indonesia khususnya yang populer seperti Kerinci, Rinjai, Semeru, Argopuro, Welirang, hingga Jayawijaya telah menjadi tempat tujuan para pendaki untuk berkunjung. Kelompok-kelompok pendaki bukan hanya diisi oleh MAPALA yang mungkin materi ke-gunung-an telah diajarkan, melainkan kelompok-kelompok masyarakat sipil lainnya yang punya keinginan mendaki gunung. Soal materi, yaa semoga saja mereka telah mempelajarinya. 

Bisa jadi masalah ketika materi tentang pendakian ini belum sampai secara utuh kepada para pendaki. Karena mendaki gunung itu bukan hanya soal Puncak, Sunrise, Sunset, hingga media sosial. Tapi juga berkaitan dengan terjaganya ekosistem gunung, mulai Pohon hingga satwa liar yang hidup bebas disana. Keadaan air dan alirannya. Karena jangan sampai tingkat ke"asri"an gunung ini menurun akibat seringnya dikunjungi manusia.

Khususnya perihal sampah. Karena jika kesadaran kebersihan semakin menurun, yaa bisa diprediksi akan ada gunungan-gunungan sampah di Gunung. Faktanya, menurut Penjelajah.com, masih banyak sekali seseorang atau kelompok yang memutuskan mendaki gunung, kurang memiliki pengetahuan tentang konservasi dan etika lingkungan hidup. 

2. Laut

Menurut Kompas.com, Hampir 80% sampah di Laut berasal dari daratan. khususnya di Indonesia. Yang termasuk didalamnya hampir semuanya berasal dari sampah rumah tangga. Menurut lautsehat.id, sebuah organisasi yang bernama Earth Policy Institute memberikan data bahwa ada sekitar 2 Juta kantong plastik per menit yang digunakan seluruh manusia di Bumi. Sedangkan pada Tahun 2016 ada penelitian mengatakan ada sekitar 311 Juta Ton sampah yang terbuang ke lautan. 

Imbasnya apa? Ekosistem laut terancam tercemar. Hewan laut banyak yang memakan plastik sehingga sakit dan mati. Perkembangan rumput laut juga menurun akibat tercemarnya air laut. Faktanya, sering kali tayang di media ikan paus mati karena kebanyakan makan sampah dilaut, miris sekali. 

Selain itu, kunjungan manusia ke laut jika rentan waktu dan jumlahnya tidak terkontrol dengan baik, maka bisa dipastikan airnya tidak jernih lagi, terumbu karang yang seharusnya bisa berkembang cantik, akhirnya pertumbuhannya melambat karena terjamahnya manusia. Beberapa perbuatan manusia yang bisa menyebabkan tercemarnya air laut dan ekosistemnya antara lain : pembuangan limbah batu bara dan pabrik di sekitar pantai, sampah yang dibuang di sekitar pantai, hingga pembuangan minyak mentah disekitar pantai. 

Mungkin ini bersifat kritik subjektif, tapi peran dari Pecinta Alam sepertinya belum begitu maksimal dalam menangani masalah pencemaran laut dan terlalu fokus pada Gunung. Agenda yang dilakukan rata-rata pendakian dan hal-hal yang berkaitan dengan gunung dan hutan. Sedangkan perhatian kepada Laut perlu ditingkatkan. 

Apalagi oksigen yang kita hirup selama ini, berasal dari fotosintesis Daun sebesar 20%. Sedangkan 80% sisanya berasal dari fotosintesis hewan kecil dari Laut yaitu FITOPLANKTON. Hewan inilah penyumbang oksigen terbesar di Bumi. Nah, jika laut terus menerus di cemari ekosistemnya, maka proses fotosintesis hewan tersebut dapat terganggu. 

Prediksi dari sebuah penelitian bahwa pada tahun 2050, laut akan di dominasi oleh sampah plastik. dominasi itu mengalahkan dominasi ikan dilaut. Maka laut akan penuh sampah plastik bukan hewan laut. Belum lagi sampah jaring akibat dari nelayan ikan yang ternyata prosentasinya juga menakutkan. 

Maka dari itu, dalam rangka menanggulangi hal tersebut, silahkan disebarluaskan Film Dokumenter yang bertemakan tentang Laut, seperti : Seaspiracy (2021), A Plastic Ocean (2016), Sea Of Shadows (2019), dan beberapa judul lainnya yang bertema sama. 

3. Hutan

Data dari Global Forest Watch melalui University Of Maryland mengatakan bahwa daerah tropis kehilangan 11,1 juta hektar tutupan pohon pada tahun 2021. Semakin lama, penggundulan hutan atau Deforestasi Hutan semakin masif terjadi dan jika tetap tinggi maka akan berdampak pada kenaikan suhu bumi. 

Belum lagi aktivitas Illegal Logging yang belum menurun hingga saat ini. semakin maraknya penebangan liar yang berdampak bukan hanya kenaikan suhu, tapi imbasnya habitat asli hewan yang hidup dihutan juga terancam. 

Maka kita sering melihat di berita ketika beberapa hewan hutan yang keluar dari habitatnya yang justru malah diserang balik oleh manusia karena dianggap mengganggu dan membahayakan. Padahal mereka sedang mencari tempat aman setelah rumah atau habitatnya dirusak oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Lagi-lagi adalah perbuatan manusia. 

Tiga tempat itulah yang menurut subjektif kami sangat perlu ditingkatkan peran kelompok-kelompok yang secara nama dan visi-misi menjaga alam agar lebih lestari. 

Berharap kedepannya peran dari kelompok-kelompok Pecinta Alam yang tersebar di pelosok nusantara bisa lebih aktif dengan menggandeng pihak-pihak terkait untuk terus berupaya mengatasi masalah-masalah yang ternyata telah merata. Tanpa mengurangi rasa hormat kepada seluruh Pecinta Alam atau kelompok sepadan, kami sangat apresiasi atas kinerja yang telah dilakukan, namun perlu ditingkatkan. 

Fakta menarik, melihat dari definisi kata "pecinta" menurut KBBI adalah orang yang bercinta/bersetubuh. Sedangkan kata "pencinta" menurut KBBI adalah orang yang mencintai atau orang yang sangat suka sesuatu. Mungkin ini cuma masalah istilah, tapi menjadi menarik ketika ternyata pemilihan kata yang mempunyai arti dan tafsir berbeda. 

Makanya sampai ada Jokes: mereka ini mencintai atau bercinta dengan alam? hehe

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun