Puasa ramadhan tahun 2022 telah tiba, meski awal ramadhan tidak bisa serentak tapi dari hal itu kita bisa belajar tentang toleransi dan tenggang rasa satu sama lain. Â
Ramadhan dijuluki juga dengan sayyidul asyhar atau pemimpin para bulan, karena memang sebegitu sakral dan spesialnya bulan ramadhan bagi ummat Islam. Setidaknya ada dua momentum penting yang hadirnya hanya pada saat ramadhan, yaitu malam nuzulul qur'an dan malam laiatul qodar.
Jika pada bulan-bulan diluar ramadhan kita bisa melakukan apa saja yang kita mau, sewajarnya pada bulan ramadhan harus difiler atau disaring dari kegiatan-kegiatan yang malah merugikan. Contoh masih sering su'udzon kepada sesama, bertengkar dengan tetangga hingga mencaci-maki dengan saudara.
Jadikan momen bulan ramadhan adalah isolasi jiwa-raga, dhohir-bathin, luar-dalam dari setiap kita yang menjalankannya. Bukan karena hal lain, ramadhan menyimpan banyak sekali keutamaan yang pahalanya luar biasa.
Menurut Al-Qur'an dan Hadist diterangkan bahwa puasa memberikan hikmah dan keutamaan puasa diantaranya menghapus dosa, meningkatkan taqwa, mengendalikan hawa nafsu, mencegah kemaksiatan, belajar kesederhaan, meningkatkan rasa syukur dan masih banyak lagi keutamaan lainnya
1. Puasa Organ Pencernaan
Bukan hanya ummat Islam saja, melainkan agama-agama lain pun menjalankan puasa dengan ketentuan dan syarat masing-masing. Artinya menahan lapar dan dahaga dalam beberapa jam itu merupakan terapi untuk menyehatkan dan menetralisir organ dari berbagai penyakit.
Prespektif sains telah melakukan berbagai penelitian tentang puasa yang ternyata memberikan efek dan dampak luar biasa. Mulai dari mengontrol gula darah, berat badan, kesehatan otak, jantung hingga sanggup mencegah kanker.
Bahkan Profesor Yoshinori Ohsumi dari Jepang, dia mengungkap bahwa puasa ada kaitannya dengan autophagy. Ringkasnya autophagy menurut istilahnya berarti kemampuan beberapa sel dalam tubuh yang mampu memakan atau menghancurkan beberapa sel lainnya. Atau dalam bahasa yunani bermakna "teknik memakan diri sendiri"
Menurut Islam melalui ilmu Fiqih diterangkan bahwa puasa adalah menahan makan dan minum serta hal-hal lainnya yang dapat membatalkan puasa mulai dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari.
Dari jangka waktu itu kita dilarang memasukkan sesuatu apapun kedalam tubuh kita termasuk mulut. Akbat dari menahan segala sesuatu tadi, organ pencernaan akan tetap bekerja meski bahannya terhenti sementara. Tapi efek dari menahan tadi yang kemudian diteliti oleh Ohsumi di Jepang menyimpulkan bahwa tubuh mempunyai cara sendiri dalam menetralisir racun-racun yang ada ditubuh salah satunya lewat puasa.
Secara geografi, kita harus banyak bersyukur karena pada daerah katulistiwa waktu terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari mencapai 13-14 jam. Sedangkan dikawasan Eropa dan daerah lainnya, mereka yang muslim dan tinggal disana melaksanakan puasa hingga 18-22 jam.
2. Puasa Mata dan Telinga
Mungkin yang diperhatikan dan diutamakan pada saat puasa adalah gimana caranya menahan lapar dan dahaga atau minimal tidak melanggar aturan Islam lewat Fiqih.Â
Karena memang anjuran dan ketentuannya adalah gimana caranya agar tubuh tidak kemasukan hal-hal yang bisa membatalkan puasa. Tapi untuk tingkatan selanjutnya, beberapa orang akan melakukan puasa tidak makan dan minum disertai juga puasa mata dan telinga
Puasa Mata adalah cara seseorang menahan penglihatannya yang dapat mengurangi kesucian ibadah puasa seperti melihat aurat lawan jenis dan kegiatan sejenisnya. Ketika ramadhan tiba, orang yang melakukan ini bukan hanya menjaga mulut dari makanan tapi juga menjaga mata dari sesuatu yang negatif.
Semua berawal dari mata. Mulai dari kesukaan kita, hobbi, bisnis, hingga kejahatan pun berawal dari mata yang kemudian otak merspon dan diaplikasikan oleh organ-organ tubuh mulai dari lisan, tangan, kaki hingga kemaluan. Karena dari mata kita bisa melihat, menganalisa, memilih hingga menentukan keputusan yang semuanya bisa dikontrol dan dilatih. Termasuk hawa nafsu yang semuanya berawal dari penglihatan mata.
Puasa Telinga adalah aktivitas dimana seseorang menahan perkataan-perkataan yang bisa mengarah ke su'udzon, hasud, riya', dan penyakit hati lainnya. Menghindar dari perkataan-perkataan negatif itu adalah cara dia demi menjaga kesucian puasa lewat menjaga telinganya dari hal-hal itu.
Coba saja sehari, dua hari, selama ramadhan dan jika berhasil insya Allah akan menjadi pribadi yang jauh lebih baik setelah ramadhan.
3. Puasa Bicara
Mungkin yang dimaksud lebih mengarah ke menahan pembicaraan yang kurang bermanfaat. Orang-orang yang memahami esensi agama khususnya puasa akan terlihat bicara yang seperlunya saja. Ajaran Islam pun mengajarkan ketika ada orang yang meminta nasehat satu kepadamu, maka berilah nasehat satu juga.
Poinnya adalah perkataan adalah sesuatu yang sangat rawan dan jika tidak berhati-hati dengan itu maka bagaikan pisau bermata dua, bisa melukai orang lain dan diri sendiri. Hampir semua orang bijak memperintahkan agar menjaga mulut dari perkataan yang negatif atau bahkan menyakiti sesama.
Makanya beberapa orang yang secara sengaja meminimalkan bicaranya dalam rangka berhati-hati dari apa yang keluar dari lisannya. Mereka tidak akan bicara jika dipaksa bicara atau memang waktu yang diharuskan untuk bicara.
Banyak sekali bahaya dari akibat tidak menjaga lisan mulai dari permusuhan, dendam kesumat, kutukan, bullying, caci-maki, iri-dengki, hingga ucapan porno yang dapat membangkitkan hawa nafsu negatif.Â
Makanya, Ramadhan adalah waktu yang pas untuk merubah itu semua secara perlahan. Mulai berfikir sebelum berbicara. Banyak hal yang akan berdampak jika berbicara seenaknya dan terlalu bebas.
Alihkan dengan dzikir atau sholawat, sibukkan lisan dengan menyebut Nama-nama Allah atau memuji Rasul-Nya.
Semoga Bermanfaat. Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H