"Halo, jika saya diizinkan mentraktirmu secangkir kopi, apakah Anda akan mengizinkan saya pula untuk duduk dekat satu meja selama beberapa jam dan kita saling bicara? Lalu anggap ini adalah era 90-an di mana setiap orang tidak terkoneksi dengan internet dan sibuk dengan gadgetnya masing-masing, boleh?"
Apakah Nongkrong Itu Perlu?
Apa yang terlintas dalam pikiran Anda ketika telinga Anda mendengar kata nongkrong? Â Apakah selalu identik dengan kegiatan buang-buang waktu dan unfaedah? Atau dianggap sebuah kegiatan pelarian bagi orang-orang yang tak punya kesibukan.
Mungkin bisa benar tapi juga bisa salah karena dalam nongkrong ada sebuah diplomasi, apalagi jika nongkrongnya di kedai kopi maka aktivitas nongkrong akan berubah menjadi diplomasi kopi.
Nongkrong di kedai kopi tak semata hanya duduk-duduk untuk menikmati kopi, bahkan ketika kita datang sendiri sekalipun, selanjutnya kita akan menemukan kawan dan lawan bicara. Setidaknya itu yang sering sebagian orang alami.
Di lingkungan tongkrongan pun jarang kita temukan orang-orang yang mengedepankan ego dan menonjolkan status. Selanjutnya, aktivitas nongkrong pun membuka peluang kita berinteraksi yang lebih intens dengan siapa saja, menemukan teman dan sahabat baru bahkan kita bisa mengumpulkan inspirasi yang bertebaran di sana, mungkin juga menimba ilmu, bukankah masyarakat adalah juga sumber ilmu?
Namun bila kita tanyakan pada pegiat diplomasi di kedai kopi, apakah nongkrong itu perlu? Tentu jawabannya akan semakin beragam.
Beda halnya dengan Robby, Yaya Nurjaman (53), pengrajin handycraft dari bahan kayu di Kabupaten Tasikmalaya mengatakan bahwa Nongkrong diperlukan ketika ada project yang harus difollow-up atau ketika dirinya mengincar sebuah project.
"Saya kira orang perlu nongkrong, meskipun saya termasuk nu tara nongkrong. Kecuali kalau ada proyekan, tujuannya bisnis ya perlu banget," kata salah satu pengrajin yang pernah terkumpul di Jabar Juara ini.
Bicara nongkrong, menurutnya tergantung masing-masing individu dan memiliki tujuan berbeda pula, "Kan ada juga yang datang ke cafe atau kedai kopi cuma buat hura-hura, tapi banyak juga yang datang dengan tujuan bisnis," imbuhnya.
Hebatnya lagi, di lingkungan nongkrong ini pun mengalir bahasan-bahasan aktual, baik itu isu politik, ekonomi, budaya dan lain sebagainya yang pada akhirnya selalu menghasilkan sesuatu seperti peluang dan ilmu baru.
Walau demikian, terlalu banyak nongkrong pun bisa menguras budget bagi sebagian orang karena pengeluaran auto bertambah,
Namun, Teddy (32) Guru di salah satu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Cisayong, mengatakan bahwa nongkrong bukan soal budgeting karena nongkrong adalah mencari Fun untuk bertemu kolega dan teman-temannya,
"Kalau masalah bajet kan relatif! Tapi, buat saya nongkrong itu perlu banget untuk melepaskan diri dari rutinitas weekday. Untuk hiburan yang lebih bermanfaatlah bersosialisasi dengan teman-teman." Kata dia. Dari sendirian di sebuah sudut ruangan kedai menjadi lebih dari satu, nampaknya perkara nongkrong ini pun berubah menjadi kegiatan kolektif.
Kedai Kopi Ruang Diskusi dan Berbagi
Sepertinya isu yang dibahas cukup menawan sesuai dengan passion mereka, bicara dunia pendidikan, kesejahteraan, peluang, UMKM dan ide-ide cemerlang. Sesekali tampak ada yang menyesap kopi hitamnya sambil manggut-manggut lalu tertawa dan menimpali obrolan.
Jelas sudah! Apa yang tadi disebutkan di atas bahwa hebatnya nongkrong di kedai kopi terdapat isu-isu aktual yang dibahas dan melahirkan sesuatu.
Â
Nongkrong di Kedai Kopi, Tak hanya ngobrol ngalor-ngidul tentang tema-tema receh, nyatanya siapapun sudah tak segan lagi berbicara atau berdiskusi di tuang ini dengan tema yang lebih beragam bahkan lebih berat
Merujuk sejarahnya,  dalam sebuah literatur diceritakan bahwa fenomena kedai kopi hadir sebagai tempat terjadinya percakapan intelektual, ternyata  sejatinya telah terjadi sejak abad ke-17. Bahkan, percakapan-percakapan bernuansa kafein itulah yang menjadi cikal bakal terjadinya dua revolusi besar dunia, yaitu Revolusi Amerika dan Revolusi Prancis.
Seandainya saja remaja-remaja sekarang mengetahui historical kedai kopi, tak sekedar menjadikannya sebagai tongkrongan gaul dan menampakan ekssistensi diri di wilayah kolektif saja, atau jauh dari kata sekedar makan minum dan memanfaatkan fasilitas wifinya saja untuk kebutuhan game online, pasti mereka akan lebih cakap dan berpikir cerdas dalam bertingkah dan bertindak.Â
Yuk, anak-anak muda kita ngopi! Nongkrong asyik sambil ngobrolin apa yang ada dalam pikiran untuk lebih solutif.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI