Mohon tunggu...
Danang Hamid
Danang Hamid Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelance, father of three and coffee

Voice Over Indonesia Talent, Radio, Father of three and Black coffee

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kedai Kopi, Ruang Diskusi & Obrolan Solutif

5 Oktober 2023   09:36 Diperbarui: 5 Oktober 2023   09:36 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Fahmi Muzaki ( Facebook Fahmi Muzaki)
Fahmi Muzaki ( Facebook Fahmi Muzaki)
"Sok, ku saya disumbang tah sakitu untuk hadiah! Sebagai awalan saja. Tinggal nanti kalian cari sponsor lainnya, bikin acara mau seperti apa teknis dan bentuknya, yang jelas kita ingin mendorong pelaku usaha di Kecamatan Sukaratu maju, kita kenali potensinya, syukur-syukur bisa mensejahterakan," kata Fahmi Muzaki, mantan Ketua Karang Taruna Kecamatan Sukaratu yang kini menjadi anggota DPRD Pergantian Antar Waktu sisa masa jabatan 2019-2024 Fraksi Golkar DPRD Kabupaten Tasikmalaya.

Nongkrong di Kedai Kopi, Tak hanya ngobrol ngalor-ngidul tentang tema-tema receh, nyatanya siapapun sudah tak segan lagi berbicara atau berdiskusi di tuang ini dengan tema yang lebih beragam bahkan lebih berat

Merujuk sejarahnya,  dalam sebuah literatur diceritakan bahwa fenomena kedai kopi hadir sebagai tempat terjadinya percakapan intelektual, ternyata  sejatinya telah terjadi sejak abad ke-17. Bahkan, percakapan-percakapan bernuansa kafein itulah yang menjadi cikal bakal terjadinya dua revolusi besar dunia, yaitu Revolusi Amerika dan Revolusi Prancis.

Kofie Huis ( Dokpri)
Kofie Huis ( Dokpri)
Semua diperkirakan berawal dari abad ke-17, tatkala minum kopi menjadi tren di kalangan masyarakat Eropa, terutama di Paris. Kedai kopi menjadi lokasi yang dipilih para pemuda untuk menghabiskan waktu berjam-jam. Voltaire, Benyamin Franklin, dan Napoleon (Bonaparte), adalah beberapa di antaranya. Ditemani masing-masing secangkir kopi, mereka tak jarang membahas tentang filosofi, hak-hak pribadi, hingga monarki, dalam percakapannya (Validnews/Laksono, 2013). 

Seandainya saja remaja-remaja sekarang mengetahui historical kedai kopi, tak sekedar menjadikannya sebagai tongkrongan gaul dan menampakan ekssistensi diri di wilayah kolektif saja, atau jauh dari kata sekedar makan minum dan memanfaatkan fasilitas wifinya saja untuk kebutuhan game online, pasti mereka akan lebih cakap dan berpikir cerdas dalam bertingkah dan bertindak. 

Yuk, anak-anak muda kita ngopi! Nongkrong asyik sambil ngobrolin apa yang ada dalam pikiran untuk lebih solutif. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun