Setelah mengetahui latar belakang masalah, tim akhirnya melakukan sosialisasi dengan menawarkan solusi agar pakan ikan buatan kelompok pemuda kreatif ini nutrisinya bisa diserap ternak secara maksimal tanpa terurai air dan menjadi mubazir, sehingga ikan-ikan diharapkan bisa tumbuh dengan baik dan memenuhi nilai ekonomi sesuai dengan standar waktu yang diharapkan.
Setelah melakukan sosialisasi kepada masyarakat dan mendapatkan respons antusiasme luar biasa, melalui skema pengabdian yang dikelola LPPM Universitas Siliwangi akhirnya disetujui untuk melakukan penyuluhan dan pelatihan, termasuk pengadaan barang berupa mesin pembuat pelet yang bisa dimanfaatkan oleh mitra pengabdian di Desa Wanasigra melalui DIPA Universitas Siliwangi tahun anggaran 2022.
Dengan alat tersebut, mereka mempraktikkan pembuatan pelet setelah sebelumnya dilakukan pelatihan melalui tahapan fermentasi pakan setelah bahan-bahan dihaluskan dan dicampurkan dengan berbagai komposisi bahan pakan seperti dedak, sekam halus, tepung ikan, bekicot, sisa-sisa ikan tongkol di pasar dicampur menjadi satu kemudian difermentasi selama 5-6 hari, dijadikan pelet dengan mesin lalu dikeringkan.
"Alhamdulillah, hasilnya telah kita lihat bersama, kini tidak ada lagi sisa pakan di kolam yang terapung karena tidak laku, semua gercep dimakan ikan. Tinggal kita cek nanti nutrisinya di lab, jika memenuhi standar nanti bisa kita produksi besar-besaran dengan mesin yang lebih tangguh. So far, pelet ini laku sama ikan dan tadi kita hitung bersama harganya jauh lebih murah dari pada beli pelet kiloan. Dengan mesin pelet kecil ukuran 7 PK ini bisa produksi 33 kg per jam, namun kemarin di pelatihan sudah kita rekomendasikan agar maksimal per hari cukup 33 kg saja dengan kapasitas kerja 5 hari per minggu. Jadi per minggu mesin kecil ini diproyeksikan memproduksi 165 kg. Ini angka berkah, 1 itu rukun Ihsan, 6 itu rukun Iman, 5 itu rukun Islam, cocok kan yaaaa...," pungkas Eko Yulianto, anggota tim yang dikenal sebagai peneliti Etnomatematika Universitas Siliwangi sambil bergurau.
Penasihat Kelompok Pemuda Pemudi Produktif Al Fata yang diketuai oleh Rohyati, mengatakan pihaknya sangat berterima kasih atas aktivitas pengabdian kepada masyarakat dari Universitas Siliwangi ini.
"Al-Fata didirikan semata-mata untuk menampung segala ide dan keinginan para pemuda untuk mengembangkan apa yang menjadi keinginan dan berkreasi dengan ide-idenya. Saya sendiri sebagai penasihat memberi masukan untuk mereka agar selalu berkreasi dan berinovasi dalam berkegiatan. Pengabdian masyarakat ini menjadi kegiatan yang selalu dinantikan oleh kelompok pemuda Al-Fata,karena mereka bisa menimba ilmu mengenai pembuatan ternak, salah satunya. Kemampuan mereka terasah dan bertambah"terang UstadzThibyan, penasihat Al-Fata.
Untuk bisa meraih keberhasilan sebuah program membangun masyarakat di berbagai bidang, konsistensi dan komitmen serius sangat diperlukan, di mana penerapan strategi keberlanjutan tersebut terus diimplementasikan oleh tim pengabdian masyarakat Universitas Siliwangi pada seluruh proses program yang digarapnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H