Di Sukabumi pernah tercatat nama-nama pendongeng selain Mang Dina dan Mang Dedi seperti Mang Komar. Di Tataran Pasundan secar keseluruhan ada nama-nama pendongeng Sunda lainnya yang cukup beken seperti Mang Jaya, Wa Kepoh, Jamar (lebih ke monolog Humor, setara dengan standup comedy) dan lain-lain.
"Sebetulnya saya sudah jemu mendongeng tapi susah nang cari gantinya, siapa yang mau meneruskan jadi pendongeng Sunda? pernah ada yang ingin belajar dan datang ke saya, saya sodorin buku ceritanya dia nggak sanggup bacanya, karena kan tulisan bahasa Sunda walaupun dengan huruf latin bagi yang tidak terbiasa (baca) akan sulit, terutama membedakan baca huruf E dan E bunyinya lain, ada EU" jelasnya.
Meskipun demikian di tengah gempuran jaman yang semakin canggih dengan berbagai pilihan, dongeng Sunda masih memiliki penggemar yang tak bisa ditafikan, mereka yang lahir di tahun 70-an dan 80-an sesekali masih tak bisa ada dan selalu menanti dan mencari-cari frekuensi radio untuk mendengarkan story telling mengenai cerita Dedemit Gunung Warangas (Ki Leuksa), Ngadu Jago (Ki Leuksa), Si Buraong (K.Sukarna), Den Kelana (K.Sukarna),Galura Laut Kidul (Ki Leuksa), Si Kulup dan lain-lain.
Namun, sampai kapankah dongeng Sunda ini akan bertahan di tengah gempuran kemajuan jaman dan tanpa regenerasi pendongeng,tanpa penikmat dan tanpa perhatian berbagai pihak?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H