Teknologi M-bio merubah kompos di Puncak Kompos
Salah satu produk teknologi tepat guna yang kini mulai dilirik oleh para petani di beberapa daerah di Indonesia adalah teknologi M-bio. M-bio merupakan cairan organik kultur campuran mikroba yang menguntungkan, antara lain berupa bakteri pelarut fosfat dan lainnya yang bisa mengurai zat padat seperti kotoran kambing, dedaunan, dedak, batang pisang, kompos dan sejenisnya sehingga menjadi jenis pupuk organik yang bisa memberikan nilai tambah bagi para petani yang membutuhkan pupuk altetnatif dan ramah lingkungan.Â
"Sebelum diaplikasikan ke tanaman kopi nanti, kita akan coba ke beberapa komoditas palawija dulu," imbuh dia, Rabu (2/10).
Dengan keuntungan tanpa melakukan proses sterilasasi tanah yang membutuhkan waktu hingga tiga tahun menuju tanah layak untuk pengembangan tanaman organik, maka Desa Bolang berkeinginan mengembangkan kopi organik.
Selain mengbangkan kopi organik, Bukit Kompos juga dikembangkan menjadi daerah tujuan wisata berbasis kopi.
Untuk menunjang hal tersebut beberapa mahasiswa Fakultas Pertanian Unsil diberi tanggung jawab mengolah Puncak Kompos di bidang pertanian diantaranya Trismoyo dan Devi yang merupakan mentor dalam workshop pembuatan pupuk organik dengan memanfaatkan teknologi m-bio.Â
Tak tanggung-tanggung beberapa proyeksi pengembangan pun dicanangkan, yaitu pengembangan komoditas kopi, stroberi dan kesesuaian lahan.
"Untuk ketiga proyeksi tadi ada keterlibatan Kang Wawan, sebetulnya bukan cuma mahasiswa pertanian saja yang kemarin hadir, ada sekitar lima belas orang dari Unsil, tigapuluh petani dari dua desa, Bolang dan KutaAgung," tegas Eko.
Jika langkah Himada memperkenalkan pupuk organik ini berhasil diterima oleh para petani di dua desa itu, secara umum di Kecamatan Dayeuhluhur, maka gerakan pupuk organik desa akan segera dilakukan untuk mengurangi ketergantungan terhadap pupuk kimia dalam mengolah lahan pertanian.
"Maklum orang desa mah, teu langsung percaya. Rek diujicoba dulu kana komoditas sayuran, nah jika ini berhasil. Baru ada gerakan bersama" pungkas Eko.
Ada banyak alasan, pupuk kimia harus dihindari untuk produktivitas pertanian, selain mengganggu unsur hara tanah yang dibutuhkan tanaman, jika dilakukan secara berlebihan, penggunaan pupuk kimia bisa menimbulkan dampak yang justru merusak kesuburan tanah itu sendiri, cacing tanah mati! padahal jika tanah masih banyak terdapat cacing adalah satu indikasi tanah tersebut masih subur.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H