Unang meyakini bahwa percepatan pertumbuhan ekonomi sangat bisa terdongkrak dari industri pariwisata karena memberikan multi efek terhadap geliat ekonomi warga sekitar,
Setali tiga uang dengan Unang, Pegiat Kopi Kopikeeran, ia menambahkan bahwa yang menjadi nilai jual diantara produk yang sama, salah satunya adalah karakter pembeda.
"Bayangkan, andai di tiap kabupaten punya kopi, betapa banyaknya persaingan di bisnis kopi ini. Kalau kita menawarkan sesuatu yang sama kalah jauh dengan mereka yang terlebih dulu punya eksistensi. Tapi, jangan pesimis! Kebutuhan kopi secara nasional saja belum benar-benar terpenuhi, penikmat kopi juga senang eksplorasi, kopi apa pum dicobanya," terang dia.Sementara itu Tata, perwakilan LH menyoroti dampak lingkungan.
Dalam paparannya ia menjelaskan adanya zonasi larangan yang patut diketahui ketika masyarakat berinteraksi dengan hutan dan pertambangan pun harus dilakukan melalui mekanisme yang tidak mengesampingkan dampak lingkungan,
"Jadi, semua ada aturannya, termasuk saya yang tidak setuju adanya penambangan pasir di wilayah kita" terang dia
Minggu siang (29/9), Tasik Otentik Kopi ini berakhir dengan makan nasi liwet bersama, menu makan siang para petani yang alakadarnya tanpa mengada-ada menjadi santapan nikmat diantara kesejukan udara Galunggung yang punya banyak cerita.
Dengan kopi petani berjaya! Lingkungan hidup terawat dan gerakan hijau kita lestarikan. Kopi menyatukan kita! Pererat kolaborasi bukan rivalitas.
Selamat Hari Kopi Dunia, 1 Oktober 20019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H