Tentu Anda pernah mendengar kata Gebu, bagi warga Tasikmalaya Gebu merupakan kepanjangan dari Gedung Bupati, Gebu adalah sebutan karib bagi lokasi pusat pemerintahan Kabupaten Tasikmalaya yang terletak di wilayah Kecamatan Singaparna.Â
Tak jarang area di sekitar Gebu menjadi tempat bersosialisasi bagi warga Kabupaten Tasikmalaya di saat hari libur, terutama di waktu pagi dan sore hari, beragam even pun selalu diadakan di tempat ini seperti gelaran eksibisi, festival dan kegiatan lomba.
Banyak sekali persoalan yang bisa diselesaikan tanpa merasa berat dan memberatkan, berat beban jadi enteng!
Lalu bermanfaat bagi yang membutuhkan, misalnya memberikan permodalan, santunan, membantu orang tak mampu yang hampir sekarat agar bisa berobat ke rumah sakit hingga nyawanya tertolong secara bergotong royong, dengan catatan asal mau mengaplikasikan dan kita peka pada kondisi lingkungan sekitar.
Sebagai petani penggarap mandiri kebutuhan dalam bertani kopi membutuhkan banyak variable pendukungnya, alhasil pemikiran harus dikerahkan bagaimana caranya memenuhi semua itu.
"Gerakan seribu ini muncul dari sebuah kegalauan bagaimana caranya memberdayakan diri sebelum kita memetik hasil tanaman kopi yang sebagian baru ditanam," ungkap Tatang Haeruman, petani penggarap lahan Perhutani RPH Cisayong yang juga ketua LMDH.
"Kebutuhan kita sekarang adalah tertib administrasi dulu secara kelembagaan, kita harus ke notaris karena ada perubahan LMDH, ternyata di KPH masih tercatat LMDH yang lama tapi tidak aktif, dan kita terlanjur membentuk LMDH yang sekarang.
Selanjutnya dana yang terkumpul bisa dialokasikan untuk apa saja, seperti kebutuhan bibit, pupuk, atau ada anggota yang terkena musibah atau sakit dan lain-lain," sambung Tatang  (8/9/19) menjelaskan bahwa prioritas Gebu yang kedua adalah pembenahan Pasirlandak atau Pas Land sebagai daerah tujuan wisata minat khusus.
Di Unsil sendiri Gebu sudah berjalan lebih dari satu semester, saya berharap gerakan ini menyebar kemana-mana, meski di tempat lain sebetulnya sudah terlebih dulu melakukan hal  serupa," ungkap dosen matematika FKIP Unsil ini (8/9/19), "Kebetulan saya juga sering ke Ciakar Galunggung bertemu ustadz Tatang dan kita sering berkomunikasi," sambung dia.
Dedi mengungkap awal terbentuk gerakan seribu di Unsil yang digagasnya terinspirasi dari esai mahasiswa Unsil mengenai Matematika Sedekah, penulis esai mengutip beberapa ayat dalam Al-Quran sehingga ada rumus mengenai hal itu.
"Secara teknis mahasiswa sendiri yang mengumpulkan dan menyalurkan hasilnya ke para lansia yang ada di sekitar Unsil, sementara ini alokasinya ke RW 07 dan 14 Kahuripan dan panti asuhan, kan ada istqomah tuh!Â
Senin hingga Jumat dari 400-an mahasiswa diharapkan menyisihkan seribu rupiah setiap harinya, ada kencleng, Sabtu Minggu putus, mereka sendiri menyimpannya di rumah masing-masing agar gerakan seribu sehari full satu minggu, Istiqomah!Â
Konsisten,jadi judulnya Matematika sedekah Seribu Per Hari" terang dia, dana yang terkumpul pun langsung disalurkan setiap harinya.
Di beberapa daerah  gerakan serupa memiliki istilah yang berbeda, ada yang menyingkat gerakan seribu rupiah menjadi Geser, bahkan Geserah (Baca Geser ah).
Tetapi apapun namanya prinsip sabillulungan dalam gotong royong untuk menuntaskan ragam persoalan adalah alternatif yang patut diaplikasikan dalam berbagai sendi kehidupan karena pada dasarnya masyarakat kita adalah masyarakat yang peduli satu sama lain, senang berderma tanpa paksaan dan sukarela tanpa tekanan.
Jika anda penggemar Musik Tradisional Sunda bernama Degung, Anda tentu hafal dengan sebuah lagu dari mulai intro sampai outro lagu meskipun tanpa lirik, lagu ini seringkali dibawakan dalam berbagai acara terutama hajatan dengan tradisi Sunda, begini penggalan liriknya;
Rempug jukung ngabasmi pasalingsingan. Sabilulungan, hirup sauyunan. Sabilulungan, silih pikaheman. Sabilulungan, tulung tinulungan. Sabilulungan, kukuh persatuan. Santosa, samakta. Teuneung ludeung ngajaring kawibawaan. Saihwan, Safaham. Nagri nanjung berkah sabilulungan,"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H