Mohon tunggu...
Danang Hamid
Danang Hamid Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelance, father of three and coffee

Voice Over Indonesia Talent, Radio, Father of three and Black coffee

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Saat Bolang Mencetak Petani Milenial

6 Agustus 2019   20:31 Diperbarui: 9 Agustus 2019   16:22 865
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ngebolang ke Bolang

Ketika mendengar kata Bolang, yang terpikir oleh kebanyakan orang mungkin sebuah tayangan film dokumenter anak dengan rating tinggi di salah satu stasiun TV swasta, Bolang yang merupakan akronim dari Bocah Petualang ini berhasil memikat jutaan mata para pecinta film dokumenter, ringan, menghibur namun edukatif dengan memberikan wawasan pengetahuan bagi pemirsa.

Bicara Bolang, pernahkah Anda mendengar nama Desa Bolang? Jika belum, yuk! kita cari tahu,  kita nga-bolang ke Desa Bolang, sekarang.

Pada tanggal 3,4 dan 5 Agustus 2019, Akademisi Universitas Siliwangi Tasikmalaya, pegiat dan pengabdi desa, siswa unggulan SLTA di Cipasung dan pegiat kopi Tasikmalaya bersama stake holders dan perangkat desa berkumpul di interseksi antara wilayah Jawa Barat dan Jawa Tengah guna berbagi wawasan dan ilmu pengetahuan, berdiskusi dan bergotong royong di sebuah acara non-formal di Desa Bolang secara swadaya.

Bolang diambil dari nama pohon yang dulu banyak tumbuh di daerah ini, terletak di Kecamatan Dayeuhluhur yang memiliki luas wilayah lebih dari 18.000 Ha dan berada di Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah.

dok. pribadi
dok. pribadi
Secara geografis, Wilayah Desa Bolang  sangat  luas, hal ini ditandai dengan banyaknya lahan yang dijadikan perkebunan karet oleh PTP Wanasuka, waktu itu dikenal nama Lawerang, saat belum merdeka lahan-lahan tersebut dikuasai penjajah Belanda, maka istilah Kontrak atau Erpah sangat lah familiar bagi warga desa, kata Erpah kemungkinan juga berasal dari kata Eropah merujuk pada orang-orang Belanda yang berasal di Benua Eropa .

dok. pribadi
dok. pribadi
Desa Bolang merupakan daerah pegunungan yang asri, dengan topografi tanah yang naik turun, tak  jarang kita temui jurang yang terjal diantara  sawah yang berundak dibelah sungai kecil dan besar atau pertemuan lereng bukit.

Dengan sistem penataan lahan terasering seperti di Bali menjadikan Bolang memiliki pemandangan menakjubkan. Di antara hutan dan kebun warga nampak terlihat bagai puluhan tangga yang berhampar permadani hijau dan kuning di atasnya oleh tanaman padi. Sungai besar yang berbatu membelah lahan garapan atau perkampungan yang bisa jadi pertanda batas kepemilikan tanah adalah lukisan alam yang menyempurnakan panorama indah Bolang yang diapit oleh Gunung Slamet di Jawa Tengah dan Gunung Ciremai di Jawa Barat.

Letak Desa Bolang relatif lebih dekat dengan Kota Banjar, Kabupaten Ciamis dan Majalengka, Jawa Barat, bisa ditempuh dengan waktu sekira tiga jam saja dari Kota Tasikmalaya. Meski tak pernah ditemukan bangunan khusus seperti rumah panggung khas Jawa Barat letak geografis Bolang dan beberapa desa lainnya di Kecamatan Dayeuhluhur memiliki kesamaan dengan masyarakat Jawa Barat pada umumnya terutama dari segi bahasa.

Mayoritas penduduknya menggunakan Bahasa Sunda dalam kesehariannya untuk berkomunikasi antar warga, seperti ketika Kepala Desa Bolang, Rukman menyambut baik kedatangan pegiat desa berbicara dalam bahasa Sunda, tetapi tak sedikit masyarakat yang fasih menggunakan bahasa Jawa.

"Secara administrarif kita berada di wilayah Jawa (tengah), tapi sehari-hari situasinya seperti berada di wilayah Priangan, karena bahasa yang kita pakai sehari-hari itu Sunda" ungkap Karsoyo (48), warga Kampung Sukahurip (5/8/19).

dok. pribadi
dok. pribadi
Senada dengan Mang Oyo (Panggilan akrab Karsoyo), Agus Salim (28) warga Purwokerto mengatakan bahwa di sekitar daerah perbatasan Jabar dan Jateng, Bahasa Sunda cukup mendominasi, "terutama di daerah perbatasan, Cilacap memang banyak yang Sunda-an, mas," terang dia.

Mayoritas warga Desa Bolang merupakan petani  yang menggarap sawah hak milik untuk bercocok tanam padi dan holtikultura, berkebun, memanfaatkan nira untuk membuat gula aren, bahkan ada juga yang telah berhasil membudidayakan kopi jenis robusta sebagai mata pencaharian utama.

"Buat saya mah, nanam kopi sudah sangat kaharti (baca: menjanjikan/menguntungkan) ketimbang nanam yang lainnya di sini, apa lagi (dibandingkan) karet, saya ingin kopi jadi komoditas utama di Kompos" ungkap Nanda Pendul (35) petani kopi yang menggarap lahan di Bukit Kampos, Desa Bolang.

dok. pribadi
dok. pribadi
Di tanah milik desa seluas  4 hektare tersebut, Nanda telah bertahun-tahun memelihara kopi dan menikmati hasilnya, saat panen ia segera menyerahkan kopi ke Bumdes Bolang untuk diolah dan dijadikan produk unggulan desa.

 "Saya ingin lahan ini sebagian besar ditanami kopi untuk menopang tanah, terutama di bagian miring yang sangat curam agar tidak longsor dan menjadi daerah resapan air, nantinya kalau hijau kan bisa jadi destinasi wisata juga" tambah Mang Oyo yang berencana menjadikan Kampos sebagai sentra perkebunan kopi di Desa Bolang sekaligus mengolah lahan tersebut sebagai daerah tujuan wisata alam.

Hal itu bukan tanpa alasan, karena pemandangan dari Bukit Kampos memberikan panorama mempesona, Anda bisa melihat dataran rendah dari atas ketinggian baik siang ataupun malam, dan dalam kondisi cuaca cerah akan nampak Gunung Ciremai dan Selamet yang mengapit kawasan ini serta kerlap-kerlip lampu di desa dan kota di waktu malam.

Secara historis, Kampos merupakan bukit yang pernah dijadikan pos pengungsian saat kejadian DI/TII di era 60-an,

"Masyarakat sering menyebutnya dengan Kompos, maklum lidah kita ingin gampang. Bukit Kampos, adalah tanah desa yang hak pengelolaannya diserahkan kepada Bumdes Bolang," terang Mang Oyo.

dok. pribadi
dok. pribadi
Dengan begitu, Kampos memiliki historical value pasca masa perjuangan Indonesia yang perlu dicatat dalam sejarah perkembangan daerah, terutama bagi warga Kecamatan Dayeuhluhur, khususnya bagi masyarakat Desa Bolang.

"Di sini juga ada batu wayang, batu yang tak pernah mau dibuang! Jika dibuang dia akan kembali ke tempat semula," terang Sudin (39) salah satu perangkat Desa Bolang.

Menurut penuturannya dan diperkuat oleh para sesepuh Desa Bolang, di suatu waktu ada batu yang dirasa mengganggu ketika mencangkul mengahalangi permukaan tanah yang akan ditanami lalu ia membuangnya, namun keesokan harinya batu tersebut ada lagi, bentuknya mirip aksesoris pakaian pada wayang golek di bagian punggung,

"Masyarakat juga nggak pernah ada yang nanggap wayang saat hajatan atau acara apa pun, ini pantangan, makanya disebut batu wayang," pungkas Sudin, alhasil hingga kini masyarakat sekitar Bukit Kampos tak pernah ada yang menggelar pertunjukan wayang, terutama wayang golek.

dok. pribadi
dok. pribadi
Embrio-embrio Petani Milenial.

Bolang adalah desa yang damai, tentram dan ngangeni. Sopan santun warga, keramahan masyarakatnya yang tak akan pernah ditemukan di perkotaan adalah nilai lebih yang membuat Kompos bisa menjadi destinasi wisata andalan Dayeuhluhur, jangan heran jika kelak Anda mengunjungi Desa Bolang lalu  berjalan kaki di perkampungan, Anda akan selalu disapa dengan ramah dan disambut dengan senyum setiap kali berjumpa  warga desa.

dok. pribadi
dok. pribadi
Suasana desa dengan kehidupan para petani yang agraris adalah modal utamanya, dimana putra daerah yang berhasil menjadi sarjana dan atau memiliki keterampilan di bidang pertanian, sebagian telah menyadari pentingnya membangun Indonesia dari pinggiran, membangun Indonesia dari desa, semoga muncul kembali embrio-embrio petani milenial yang baru.

dok. pribadi
dok. pribadi
Pada sebuah kegiatan Forum Nusantara, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Eko Putro Sandjojo pernah menyampaikan harapan bahwa dengan pembangunan ekonomi yang sedang masif digerakkan di desa pada masa ini, plus kaidah desa damai yang bisa  ditularkan secara masif ke lebih dari 74.9500 desa, diharapkan mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan mengentaskan kemiskinan di desa-desa yang tersebar di seluruh Indonesia.

Meskipun Desa itu Indah, tetapi potret kemiskinan warganya hingga kini masih terstigma di desa-desa, hal ini perlu dikikis.

dok. pribadi
dok. pribadi
Desa Bolang memiliki potensi kekayaan alam yang cukup mendukung terciptanya peningkatan ekonomi, tinggal bagaimana mengelolanya menjadi sebuah desa yang ideal secara konsep dan realisasinya tanpa merubah tatanan yang sudah ada seperti budaya, local wisdom yang mereka miliki, potensi agraris, potensi wisata dan tentu sumber daya manusianya, didukung adanya  pemuda yang memiliki awareness dalam membangun desa.

"Ada putra daerah  yang berhasil masuk IPB dan kini hampir selesai kuliah,kang Wawan Setiawan,M.P, sebentar lagi mengantongi gelar Insinyur, saya rasa akan sangat bagus bila saat ia kembali ke sini ia tak perlu kemana-mana lagi untuk bekerja, kerahkan saja semua kemampuan dia dan kita untuk membangun Desa Bolang sehingga geliat ekonomi masyarakat lebih bergairah dan kita bisa sejajar dengan desa lain yang sudah terlebih  dulu maju," ungkap Eko Yulianto (27) , putra daerah  akademisi Unsil yang telah mengantongi gelar Doktor ini, salah satu motoris Desa Bolang ihwal perlunya kesadaran para pemuda untuk peduli pada desa, terutama di bidang pertanian.

dok. pribadi
dok. pribadi
Gerakan tani muda dasarnya mengembalikan kesadaran akan pentingnya memperhatikan kembali sektor agraris terutama di kalangan anak muda milenial  usia produktif sebagai salah satu upaya ambil bagian ketahanan pangan, seorang netizen pernah bertanya; "Memangnya jika tidak ada petani kalian mau makan apa, makanan impor?" sebuah pertanyaan sederhana namun menohok dan patut menjadi bahan pemikiran, mengingat gerakan taniu muda dan animo untuk menjadi petani di kalangan muda sangatlah minim.

Selain itu, gerakan tani muda  diharapkan bisa menstimulasi gerakan desa damai, kopi sebagai indikator  utama dengan beragam variable pendukung tren kopi generasi milenial, seperti menjamurnya kedai kopi,profesi barista, roastery, industri alat seduh kopi dan lain-lain  memanggil para pemuda untuk kembali ke desa hingga menjadi saudagar di  tanah kelahirannya sendiri yang juga perlu dibangun baik secara fisik atau non fisik.

dok. pribadi
dok. pribadi
"Harapannya, jika gerakan tani muda dilakukan di banyak desa, ketentraman dan kedamaian bisa terealisasi melalui program-program nyata, dimana generasi muda yang kembali ke desa bisa meringankan beban lengan dan bahu bapak-bapak tua yang mencangkul di sawah, beban kota menampung over populasi juga berkurang" ungkap pegiat desa.

Desa, kini merupakan sebuah isue besar ketika muncul ide membangun Indonesia dari pinggiran, karya adalah hal yang mutlak dilakukan demi terciptanya keadilan sosial dengan tidak menganak-tirikan pembangunan perdesaan dari perkotaan

img20190803185405-5d4996b1097f367269270542.jpg
img20190803185405-5d4996b1097f367269270542.jpg
"Untuk itu kami bersama Bumdes Bolang ingin menciptakan produk unggulan desa, harapannya bisa mewakili Dayeuhluhur, namun sebelum itu kami harus kerja keras, bergotong royong bersama-sama berbagai pihak termasuk pihak-pihak yang mampu membantu kami dalam mewujudkannya, kami akan banyak belajar banyak sekalipun pada anak-anak muda, bade alewoh we abdi mah ka akang-akang, maklum saya mah dari kampung," ungkap Mang Oyo, tapi ingat mang, dari kampung juga terlahir ribuan Sarjana,Doktor dan bahkan Profesor.

Kopi dan Bukit Kampos menjadi dua hal yang mulai bersinergi demi kemajuan masyarakat desa dalam mencapai tujuan bersama, yaitu peningkatan ekonomi masyarakat dan terciptanya produk unggulan yang bisa dibanggakan dalam membangun Indonesia dari pinggiran.

dok. pribadi
dok. pribadi
Seruput dulu kopinya!

dok. pribadi
dok. pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun