Kesamaan tersebut terlihat ketika delegasi masing-masing benua dalam beberapa tema workshop diantaranya tentang dominasi kapital negara-negara maju, imperialisme, kapitalisme dan penindasan terhadap perempuan, gerakan perempuan dan feminisme, perang dan agresi yang banyak diderita oleh perempuan-perempuan di Timur Tengah seperi Suriah atau Kurdistan, perjuangan perempuan dalam pembebasan, perempuan pekerja dan yang menarik menurut Helda kehadiran asosiasi perempuan muda usia 16-24 tahun secara antusias ikut memberikan kontribusi dalam konferensi ini mereka menyoroti masalah pekerjaan, studi dan memberikan pandangan dalam gerakan-gerakan perempuan dan politik, dalam hal ini mereka mempertanyakan bagaimanakah resolusi PBB menjawab persoalan kekerasan seksual dan kekerasan pada perempuan dalam perang yang terjadi di afganistan, Suriah, Nepal dan Pakistan. Terakhir mereka membahas perempuan yang berjuang di pedesaan & perempuan tani.
[caption caption="World confrence 2, World Confrence of Grass root Women "]
Kondisi cuaca di  Kathmandu pada saat konferensi ini digelar tengah musim kemarau dan berhawa dingin, dinginnya cuaca di Nepal membuat kulit terasa perih, berbeda dengan dingin di pegunungan  di Indonesia yang kondisinya relatif masih hijau, seperti diketahui bahwa lansekap di negara tersebut banyak yang gundul tanpa pepohonan, Helda membandingkan dengan bukit-bukit dan pegunungan di Indonesia tentu masih jauh lebih bagus untuk dinikmati sebagai destinasi wisata.
[caption caption="World confrence 2, World Confrence of Grass root Women "]
"Ketika saya berkesempatan untuk jalan-jalan ke pegunungan ternyata tidak seindah pada saat saya jalan ke bukit Lawang di sumbar."
Kebudayaan khas lokal Nepal masih sangat mencolok dan dipelihara, misalnya gaya berbusana para perempuan Nepal yang selalu menggunakan sari dan potongan rambut yang rata-rata panjang membuat mereka terlihat cantik dan fashionable, para peserta konferensi yang sebagian besar adalah perempuan Nepal memiliki kesadaran yang luar biasa untuk mengatasi persoalan mereka, hal ini dapat dilihat dalam diskusi bahwa kualitas pembicaraan mereka diluar rata-rata pembicaraan perempuan pada umumnya, mereka memiliki orientasi bahwa ada kondisi yang tidak adil, kerusakan lingkungan, ketidak-adilan dalam penguasaan sumber daya alam dan mereka ingin terlibat dalam proses perjuangan untuk merubah hal tersebut.
[caption caption="World confrence 2, World Confrence of Grass root Women "]
Para perempuan Nepal memiliki sejarah yang panjang terlibat dalam pergerakan dan perjuangan nasibnya hingga bisa menghancurkan sebuah monarki dimana diketahui dulu mereka memiliki raja yang dzalim terhadap rakyatnya, namun dimasa sekarang ini ada banyak harapan dari para perempuan ini termasuk pembenahan-pembenahan yang bisa menunjang roda perekonomian mereka, misalnya di bidang pariwisata menyadari tak memiliki sumber daya alam melimpah seperti Indonesia, selain menjual hawa dingin dan puncak Everest mereka. Dengan World confrence 2, World Confrence of Grass root Women  para perempuan yang berada di akar rumput berhasil memetakan persoalan dan mencari solusi untuk kehidupan yang lebih baik bagi  perempuan di berbagai dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H