Mohon tunggu...
Danang Hamid
Danang Hamid Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelance, father of three and coffee

Voice Over Indonesia Talent, Radio, Father of three and Black coffee

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kabar dari Nepal, Konferensi Perempuan Akar Rumput Sedunia

22 Maret 2016   21:06 Diperbarui: 23 Maret 2016   04:52 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Minggu,20 Maret 2016 saya berkesempatan untukwawancaralangsung melalui whatsapp dengan Helda Kasmi tentang pergerakan perempuan-perempuan Grass Root di Pertemuan ke-2 Perempuan Sedunia, berikut tulisan hasil wawancara saya dengan Helda Kasmi.

World confrence 2, World Confrence of Grass root Women 

Perempuan sedunia yang bekerja di akar rumput menyelenggarakan konferensi setiap lima tahun sekali, konferensi pertama berhasil diselenggrakan di Venezulela. Dan konferensi perempuan sedunia yang kedua kali ini dilaksanakan pada 13-18 Maret 2016 bertempat di Nepal Academy Hall, Kamalahadi Kathmandu, Nepal.

World confrence 2, World Confrence of Grass root Women  menyatukan perempuan yang berada di akar rumput dari berbagai negara untuk ambil bagian dalam persoalan-persoalan dunia khususnya yang menyangkut masalah perempuan seperti korban perang di Syria, perburuhan di berbagai negara, eksploitasi perempuan, perkosaan dan kekerasan terhadap perempuan serta penguatan sumber daya perempuan di negara-negara miskin dan berkembang, diantaranya melalui kegiatan workshop, kampanye dan diskusi persoalan lingkungan hidup.

[caption caption="Menolak agresi dan perang"][/caption]

Helda Kasmi dari Seruni atau Serikat Perempuan Riau, Ketua Lembaga Rumpun Perempuan dan Anak (Rupari) termasuk yang punya kesempatan untuk ambil bagian dalam konferensi perempuan  akar rumput ini.

"Akar rumput ini maksudnya terlibat langsung dengan massa perempuan, lebih kurang 40 negara, masing-masing negara ada 77 orang, sementara yang terlibat dalam semua proses acara ada lebih kurang sekitar 1300  perempuan dari berbagai negara."

Helda merasa sangat excited dan mendapatkan banyak pengalaman berharga dalam pertemuan ini

"Mengapa saya katakan merasa sangat excited  dan  penuh dengan pengalaman, karena masing-masing perempuan dari masing-masing negara itu menyampaikan kondisinya dimana di hari keempat dan kelima itu general assembly, pemaparan bagaimana kondisi perempuan di masing-masing negara, kemudian di hari terakhir general assembly yang membahas resolusi-resolusi khusus"

[caption caption="Sumber Photo spesial"]

[/caption]

Dari hasil pertemuan di konferensi ini, Helda memberikan gambaran secara umum  kondisi-kondisi perempuan di berbagai benua tidak jauh berbeda dengan kondisi para perempuan di Indonesia baik dari persoalan diskriminasi, kondisi sosial dan ketidak-adilan terhadap perempuan, misalnya di Kathmandu banyak dijumpai perempuan yang hidup dalam kemiskinan dengan kondisi lingkungan hidup yang sangat tidak baik terlihat dari rumah-rumah yang sempit, tanpa ada fasilitas hidup yang memadai, perempuan-perempuan di Kathmandu hanya mengandalkan penghasilan dari layanan pariwisata, dimana Nepal banyak didatangi wisatawan asing berkulit putih yang transit menuju pegunungan Himalaya sebagai destinasi wisata.

[caption caption="Helda Kasmi bersama para peserta Konferensi dari berbagai negara"]

[/caption]

Konferensi ini terbagi dalam dua kelompok perempuan; Partisipan dan delegasi, Helda sendiri adalah delegasi dari Indonesia yang berkesempatan hadir di World confrence 2, World Confrence of Grass root. Rangkaian acara seperti reli kampanye di hari pertama berlangsung di kota Kathmandu, sekitar 2000 perempuan turun ke jalan untuk menyuarakan perjuangan mereka yang dilatar-belakangi oleh kondisi dunia yang tidak adil dimana banyak ketimpangan yang terjadi antara negara-negara adikuasa dengan negara-negara berkembang, Imperialisme dan sistem kapitalisme saat ini telah menyengsarakan mayoritas rakyat dan kaum perempuan dan anak-anak. 

Oleh karena itu, perempuan harus bertindak untuk mengubah negerinya, Helda mengatakan bahwa para perempuan dalam pertemuan ini memiliki pandangan yang sama, misalnya mengenai negara-negara maju dengan jumlah penduduk relatif sedikit namun mengambil sumber daya alam dengan jumlah yang banyak dari negara-negara miskin dan berkembang sementara populasi di negara-negara berkembang jauh lebih banyak ketimbang negara-negara berkembang dan miskin  yang mengambil sedikit saja dari sumber daya alam mereka. Dunia terbelah antara dua jurang sosial ekonomi yang dalam, di negara adikuasa segelintir orang mengeksploitasi sumber daya dan menghisap jutaan tenaga perempuan di negara miskin dan berkembang termasuk indonesia. 

Di Hari ke-2 dan ke-3 Konferensi perempuan sedunia digelar 9 kali Workshop dengan tema yang berbeda dan pada saat  workshop yang ke-9 Helda diberikan kesempatan untuk memaparkan persoalan lingkungan hidup serta gerakan-gerakan perempuan untuk menyelamatkan bumi dan lingkungan.

"Kebetulan saya diberi kesempatan untuk berbicara mengenai kondisi asap (kebakaran lahan dan hutan), serta berbicara soal korban asap akibat monopoli koorporasi, perkebunan sawit dan ekspansi perkebunan kayu, yang mengherankan kebanyakan perempuan dari eropa tidak mengetahui kasus kabut asap dan kebakaran hutan yang terjadi di Indonesia akhir tahun 2015 lalu, mereka sangat tercengang mendengar kabar ini padahal beritanya sangat heboh di negara kita"

Sisa-sisa pasca gempa di nepal beberapa tahun lalu masih terlihat, di sebuah kota kecil bernama kurvakoor yang mengarah ke kaki gunung Himalaya suasananya dirasakan mirip kondisi di Indonesia di era 1970-an di Indonesia, sangat memprihatinkan Helda merasa seperti menonton film Bolywood jaman 70-an yang menggambarkan kondisi tidak baik, kondisi rumah sakit yang sangat parah tak bisa ia gambarkan dengan kata-kata, bahkan katanya penghasilan penduduk di distrik Rolpa pernah mencapai hanya kurang dari 100 dollar AS per tahunnya, dikarenakan kemiskinan itu, anak-anak kecil di desa tersebut tampak tidak terurus karena kurang gizi, sementara kaum perempuan di Nepal banyak yang bekerja sebagai buruh kasar, bekerja di pabrik batu bata sebagai kuli panggul dengan beban batu bata yang menumpuk di punggung mereka lebih dari 7 tumpukan batu bata, namun upah yang mereka terima sangat minim.

[caption caption="World confrence 2, World Confrence of Grass root Women "]

[/caption]

Perempuan-perempuan di Nepal termasuk para perempuan tangguh dan aktif selain mengurusi wilayah domestiknya mereka juga aktif menggerakan roda perkenomian seperti berdagang di central-central desa yang tampak seperti pasar kaget masyarakat Indonesia tempo dulu, aktif  merawat dan membersihkan tempat-tempat ibadah dan membenahi kondisi lingkungan hidup mereka pasca gempa.

"Bersyukur dong perempuan di Indonesia masih bisa hidup layak, bukan?"

Helda menjawab

"Ya, ya! saya bisa mengatakan demikian tetapi tidak menutup kemungkinan jika melihat ke pelosok-pelosok desa di Indonesia misalnya ke pedalaman Kalimantan atau Papua kondisinya akan  lebih kurang sama."

Kesamaan tersebut terlihat ketika delegasi masing-masing benua dalam beberapa tema workshop diantaranya tentang dominasi kapital negara-negara maju, imperialisme, kapitalisme dan penindasan terhadap perempuan, gerakan perempuan dan feminisme, perang dan agresi yang banyak diderita oleh perempuan-perempuan di Timur Tengah seperi Suriah atau Kurdistan, perjuangan perempuan dalam pembebasan, perempuan pekerja dan yang menarik menurut Helda kehadiran asosiasi perempuan muda usia 16-24 tahun secara antusias ikut memberikan kontribusi dalam konferensi ini mereka menyoroti masalah pekerjaan, studi dan memberikan pandangan dalam gerakan-gerakan perempuan dan politik, dalam hal ini mereka mempertanyakan bagaimanakah resolusi PBB menjawab persoalan kekerasan seksual dan kekerasan pada perempuan dalam perang yang terjadi di afganistan, Suriah, Nepal dan Pakistan. Terakhir mereka membahas perempuan yang berjuang di pedesaan & perempuan tani.

[caption caption="World confrence 2, World Confrence of Grass root Women "]

[/caption]

Kondisi cuaca di  Kathmandu pada saat konferensi ini digelar tengah musim kemarau dan berhawa dingin, dinginnya cuaca di Nepal membuat kulit terasa perih, berbeda dengan dingin di pegunungan  di Indonesia yang kondisinya relatif masih hijau, seperti diketahui bahwa lansekap di negara tersebut banyak yang gundul tanpa pepohonan, Helda membandingkan dengan bukit-bukit dan pegunungan di Indonesia tentu masih jauh lebih bagus untuk dinikmati sebagai destinasi wisata.

[caption caption="World confrence 2, World Confrence of Grass root Women "]

[/caption]

"Ketika saya berkesempatan untuk jalan-jalan ke pegunungan ternyata tidak seindah pada saat saya jalan ke bukit Lawang di sumbar."

Kebudayaan khas lokal Nepal masih sangat mencolok dan dipelihara, misalnya gaya berbusana para perempuan Nepal yang selalu menggunakan sari dan potongan rambut yang rata-rata panjang membuat mereka terlihat cantik dan fashionable, para peserta konferensi yang sebagian besar adalah perempuan Nepal memiliki kesadaran yang luar biasa untuk mengatasi persoalan mereka, hal ini dapat dilihat dalam diskusi bahwa kualitas pembicaraan mereka diluar rata-rata pembicaraan perempuan pada umumnya, mereka memiliki orientasi bahwa ada kondisi yang tidak adil, kerusakan lingkungan, ketidak-adilan dalam penguasaan sumber daya alam dan mereka ingin terlibat dalam proses perjuangan untuk merubah hal tersebut.

[caption caption="World confrence 2, World Confrence of Grass root Women "]

[/caption]

Para perempuan Nepal memiliki sejarah yang panjang terlibat dalam pergerakan dan perjuangan nasibnya hingga bisa menghancurkan sebuah monarki dimana diketahui dulu mereka memiliki raja yang dzalim terhadap rakyatnya, namun dimasa sekarang ini ada banyak harapan dari para perempuan ini termasuk pembenahan-pembenahan yang bisa menunjang roda perekonomian mereka, misalnya di bidang pariwisata menyadari tak memiliki sumber daya alam melimpah seperti Indonesia, selain menjual hawa dingin dan puncak Everest mereka. Dengan World confrence 2, World Confrence of Grass root Women  para perempuan yang berada di akar rumput berhasil memetakan persoalan dan mencari solusi untuk kehidupan yang lebih baik bagi   perempuan di berbagai dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun