"Monic..." jawab Adam dengan intonasi suara yang sama.
"Apa kabar?" Monic tidak mengizinkan waktu untuk membeku terlalu lama.
"Gagal jadi pengacara..." Adam terkekeh.
Adam dan Monic memiliki cita - cita yang sama ketika masih remaja dulu. Kedunya ingin sekali melanjutkan kuliah dibidang hukum dan menjadi pengacara. Atau untuk Monic, dia sangat menginginkan untuk menjadi seorang jaksa.
"kau?" Adam balik bertanya.
"Gagal dalam pernikahan..." Jawab Monic seolah Adam tidak mendengar kabar perceraiannya setahun sebelum hari ini.
Duplikat lukisan La Creazione di Adamo karya Michelangelo menyaksikan kedua insan itu terjebak dalam dingin saat Monic mengucapkan jawaban terakhirnya. Adam mencoba mencari kata lain untuk terbebas dari percakapan buntu yang akan membuat pertemuan ini menjadi konyol baginya.
"Ernest apa kabar?" kata Adam akhirnya mengalahkan dentang jam yang tersipu dua manusia terjebak bisu.
"Baik... sudah kelas enam SD sekarang" kata Monic menjelaskan "Kau? Masih belum menikah?"
Adam tertawa mendengar pertanyaan itu. Pertanyaan yang membuat Adam merasa Monic hanya sekedar berbasa basi saja. Bagaimanapun seluruh penduduk desa sudah mengetahui siapa Adam, dan pria itu tidak akan pernah menikah dengan wanita manapun di dunia ini.
"Kau benar - benar..." Monic ragu untuk melanjutkan ucapannya.