Apartment itu terletak di Jakarta Selatan, tidak terlalu jauh dari terminal lebak bulus, hanya belasan meter dari gedung kantor tempat Adam dulu sempat bekerja. Untuk pertama kalinya setelah lima tahun, Adam kembali kesana dalam resah yang gelisah.
Berusaha dia lupakan cerita kosong tentang lalu yang menyakitkan, menumput satu persatu kekuatan yang dimilikinya, membunuh ego dan gengsi, untuk merebahkan tubuh sejenak saja didalam kamar yang tak berpenghuni selama tahunan itu.
Butuh waktu setengah jam lebih dari terminal Rambutan untuk mencapai lokasi ini. Belum lagi lima hari di perjalanan, Adam yang menumpang truk seorang kawan mendiang ayahnya untuk mengantarkannya dari Medan menuju Jakarta.
Untuk pertama kalinya pula, setelah dua tahun terjebak di kampung halaman, Adam merasa dirinya bebas dari krangkeng memuakkan. Adam menyadari, keputusannya untuk meninggalkan Alfira dan Tobias, kedua saudara kandungnya itu adalah yang terbaik.
Terkadang, kau harus kehilangan orang yang pernah begitu kau cintai untuk menemukan kehidupanmu sendiri.
Adam bahkan tidak mau repot untuk sekedar berpamitan pada kakak beradik itu. Adam akan membiarkan mereka kehilangan untuk kesekian kalinya, satu -- satunya yang diinginkan pria berusia tiga puluh tahun itu adalah, kembali menjadi dirinya sendiri. Tanpa harus melakukan ini itu, seperti orang -- orang sukai dilakukannya.
Dengan keraguan yang pasti, kartu akses kamar ditempelkan Adam pada gagang pintu apartmentnya. Berharap kartu itu sudah tidak dapat digunakan, atau apapun yang tidak mengizinkannya untuk kembali masuk kesana sebagai salah satu pemilik.
Lima tahun sebelumnya, Adam dan kekasihnya memutuskan untuk berpisah. Keduanya sepakat, sudah tidak ada jalan terbaik untuk terus melanjutkan hubungan tujuh tahun yang dijalani. Waktu itu, Ayah Adam marah besar dengan keputusan itu, begitu pula dengan orang tua dari kekasihnya itu, tidak dapat menerima keputusan yang sudah diambil.
Dan apartment ini, adalah satu -- satunya peninggalan hubungan mereka yang masih utuh. Keduanya sempat berencana menjualnya, namun selalu saja tidak ada waktu untuk sekedar mengurus jual beli dengan siapapun yang datang menawar.
Akhirnya, Adam dan mantan kekasihnya memutuskan untuk membiarkan apartmen itu kosong, dengan menyewa seseorang untuk sesekali hadir membersihkan debu -- debu yang pasti berkeliaran.