Mohon tunggu...
Dan Jr
Dan Jr Mohon Tunggu... Lainnya - None

私の人生で虹にならないでください、私は黒が好きです

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Air Mata Kehormatan

2 April 2022   00:03 Diperbarui: 2 April 2022   00:14 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

dan selamanya aku akan menjadi bersalah, namun aku takkan pernah menyerah

kusimpan duka ini sendiri, demi buah hati yang tak ingin kecewa lagi

Tatapan matanya sendu, menatap pada wanita lain dihadapan yang siap sekali lagi menghakiminya. Mereka terpisah oleh sebuah meja bundar, di dalam ruang remang yang baginya tak lagi menakutkan. Tubuhnya terbalut biru mengagumkan, kepalanya bertudung menyimpan kesucian. Belum satu kata terucap dari bibirnya, air mata sudah tumpah bergelinang. Rasa bersalah menghukumnya pada titik manusia paling hina yang pernah dirasakannya.

"Saya tidak berharap orang lain untuk mempercayai saya" katanya menahan seguk duka "Apa yang pernah saya lakukan adalah sebuah kesalahan".

Ketika pertanyaan mengenai dirinya yang adalah seorang ibu, tentang kepedihan anak - anaknya, tentang beban yang diberikan pada semesta yang dahulu memujanya.

"Saya bukan ibu yang baik" dia roboh dalam tangisan, berharap tidak ada lagi kata yang menyakitkan terucap pada telinganya "anak saya pernah memukul temannya, hanya karena ingin segera bertemu saya" dia tidak berusaha menjual derita.

Derita yang sudah dirasakannya selama satu dekade dibalik tralis besi. Derita yang sudah dirasakannya ketika semua orang yang dipercaya, justru pergi perlahan meninggalakannya yang ternista. Derita yang sudah dirasakannya ketika tidak dapat menatap anak -- anak bertumbuh dengan kedua matanya.

"Demi lima sampai tiga puluh menit..." suaranya menjadi parau "... saya bukan ibu yang baik"

Kesenangan yang diterima dari sebuah kesalahan. Anak - anak bertabur kemewahan oleh uang yang membawanya pada penyesalan. Dia bertaruh, dalam kebebasan, tidak akan menyentuh sekali lagi, membuat keluarga terkorbankan.

Namun, penjara sudah membentuknya menjadi seorang wanita tangguh. Tidak lagi terkais oleh dendam yang merindukan peluh. Dalam setiap bait kata yang terucap, dia berusaha menutup rapat rahasia pembesar yang bisa saja berubah menjadi mesin pembunuh.

"Kalau bersedia, saya ingin bertemu..." katanya penuh yakin kali ini "Saya ingin mengucap maaf dan terimakasih"

Banyak nada tersirat disana. Ada gelisah yang tercurah pada mimpi itu. Tapi dalam sebuah sumpah, dia berjanji. Tidak akan menyeret orang yang menjerumuskan diri pada penghakiman dunia kali ini. Dia masih percaya, semesta akan bekerja pada sebuah kebenaran.

Sebab baginya, dunia tidak memiliki kebenaran dan keadilan. Hanya Tuhan dan semesta yang sanggup menawarkan. Bagai seorang insan yang kini terlunta dalam harapan. Dia hanya ingin menjalani sebuah baru kehidupan.

dan untukmu wanita yang masih dicemburui harapan, ingatlah ini

masa lalu seseorang bisa saja kelam, namun masa depannya selalu saja suci

Inspirasi dari :


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun