Mungkin banyak diantara kita yang belum mengetahui, bahwa kudeta terhadap Bung Karno pada 1965, bukanlah kali pertama terjadi melibatkan Amerika. Pada 1957, ketika Bung Karno sudah menggagas politik Non - Blok, mengumpulkan negara - negara Asia - Afrika dalam sebuah konferensi yang kemudian disebut KAA (Konferensi Asia Afrika), negara adidaya itu pernah mencoba menggulingkan sang Bung Besar.
Faktanya dari sebuah film documenter berjudul "The Untold History Of United States" yang ditulis oleh Oliver Stone, Peter Kuznick, dan Matt Graham pada 2012 lalu ditemukan kisah lain. Ceritanya, Pada tahun 1957 CIA mendukung kudeta oleh perwira militer Indonesia yang tidak loyal.
Pilot - pilot seperti Allen Lawrence Pope menerbangkan pesawat milik organisasi palsu CIA bernama Civil Air Transport (CAT) yang mengebom target - target sipil dan militer di Indonesia. CIA memberi perintah agar para pilot CAT menyerang jalur pelayaran komersial, supaya kapal kargo asing tidak berlayar ke perairan Indonesia.
Tujuannya jelas, untuk melemahkan ekonomi Indonesia dan membuat pemerintahan Indonesia menjadi tidak stabil. Pengeboman udara oleh CIA, menenggelamkan beberapa kapal komersial, bom di sebuah pasar juga menewaskan beberapa warga sipil. Upaya kudeta ini akhirnya gagal, dan Presiden Amerika saat itu, Dwight Eisenhower membantah keterlibatan Amerika Serikat.
Pada 1965, upaya menggulingkan Bung Karno tampaknya menemui titik terang. Adalah peristiwa 30 Oktober 1965, dimana para perwira tinggi Republik ini terbunuh dalam sebuah operasi, menjadi pintu masuk memaksa Presiden Pertama Indonesia itu mundur dari jabatannya. Butuh waktu dua tahun bagi Amerika saat itu, untuk benar - benar melumpuhkan segala kekuatan Bung Karno yang resmi terjungkal pada 1967.
Namun, aksi yang kemdian disebut sebagai kudeta merangkak ini bisa saja gagal. Sebab Bung Karno kala itu masih memiliki sekian banyak pendukung yang setia kepadanya. Menghadapkan sang presiden dengan rakyatnya adalah taktik jitu dari Amerika Serikat, yang membuat Soekarno menyerah bahkan sebelum pertarungan benar - benar dimulai.
Demonstrasi disana - sini, menuntut pembubaran PKI, yang nyatanya tidak dapat diindahkan Bung Karno, membuat satu persatu kekuatan sang Proklamator luluh.
Kenyataannya, membuat skenario rakyat melawan pemimpinnya bukanlah terakhir kalinya dilakukan Amerika terhadap pemimpin dunia yang tidak disukainya. Sebut saja, Saddam Husein, Gaddafi, bahkan Soeharto sendiri menjadi korban.
Dalam sekejap, rezim berganti, Jendral Soeharto naik tampuk kepemimpinan nasional. PKI dibumi hanguskan, politik poros Jakarta -Pyongyang - Peking digagalkan, Indonesia kembali dibawah naungan PBB, yang sebelumnya ditinggalkan di era Soekarno dan paling fatal, Freeport berhasil menguasai Tembagapura.
Rezim Soeharto yang lebih dari tiga puluh tahun bertahta tidak luput dari ancaman Amerika Serikat. Ketika krisis ekonomi melanda Asia Tenggara pada 1997 lalu, Soeharto berencana membentuk dewan mata uang untuk menyelamatkan perekonomian saat itu.