Mohon tunggu...
Dan Jr
Dan Jr Mohon Tunggu... Lainnya - None

私の人生で虹にならないでください、私は黒が好きです

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Di Bawah Rintik Hujan

17 Maret 2022   19:12 Diperbarui: 17 Maret 2022   20:13 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Romeo dan kawan -- kawannya punya waktu tiga jam untuk keluar dari asrama. Setelah pelajaran selesai, mereka memutuskan untuk pergi rehat menghirup udara segar. Pusat perbelanjaan di Depok adalah lokasi terdekat mereka akan menghabiskan waktu. Rencananya sederhana, nonton di bioskop, makan di sebuah restoran cepat saji, lalu kembali ke asrama.

Rencana yang akan berjalan lancer bagi Romeo kalau saja dia tidak melihat Adam di pusat perbelanjaan itu, di sebuah kafe sedang membaca buku dan secangkir kopi diatas mejanya.

"kamu dimana?" kata Romeo mengirim pesan pada Adam.

Alih -- alih memberi jawaban, Adam mengirimkan photo kopinya dan novel karya Jhon Grisham yang baru saja dibelinya di toko buku tadi.

"Depok?" balas Romeo lagi.

Romeo bisa melihat Adam yang celingak celinguk memperhatikan sekitarnya. Mencari sesuatu, mencari seseorang, mencari dirinya. Telepon Romeo berdering ketika dia dan kawan -- kawannya sudah berada di tangga berjalan menuju lantai empat. Pria itu mengabaikan telepon dari Adam. Dia mengirimkan pesan, memberi kabar bahwa dia sedang berada di tempat yang sama  bersama teman -- temannya.

Adam memutuskan tidak membalas lagi, dibiarkannya pria itu bersenang -- senang sendiri. Toh bagaimanapun, rencana pertemuan mereka adalah hari sabtu nanti, dalam malam minggu yang panjang, yang memungkinkan Romeo untuk keluar dari asrama lebih lama dari sebelumnya.

Ketiga orang itu menginjakkan kaki di karpet merah bioskop. Adel, satu -- satunya perempuan dalam perjalanan keluar dari asrama kali ini, sedari tadi sudah sibuk dengan film pilihannya. Sepanjang jalan, dia mencoba membujuk dua pria bersamanya untuk menyaksikan Herjunot Ali di film terbarunya itu. Romeo dan Yuda setuju, walaupun keduanya tidak benar -- benar akan menikmati kisah romatis, terlebih film lokal.

Tiga menit sebelum akan memasuki ruangan bioskop, Romeo duduk di sofa cokelat bermain dengan ponselnya. Ketika Yuda dan Adel menyadarkan Romeo dari keasikannya, pria itu justru menatap ke arah pintu masuk. Perintah dari alam bawah sadar yang tidak dapat ditolaknya.

Adam dengan balutan kemeja hitam, berpadu dengan celana jeans berwarna biru cerah, dengan sandal jepit masuk kedalam bioskop itu. Adam segera menyadari Romeo berada di bioskop yang sama dengannya. Dia berusaha mengabaikan pria yang sedang dikepung kedua temannya itu. Mereka hanya saling bertukar pandang sepersekian detik, sebelum akhirnya memutuskan untuk tidak saling mengenal satu sama lain.

"Nonton juga?" Romeo mengirim pesan "sama siapa?"

"Sendiri" balas Adam "Lagi mau bikin review Antalogi Rasa" katanya menjelaskan.

Romeo menatap terpaku menatap Adam, kali ini cukup lama. Mereka akan berada di satu ruangan yang sama selama satu jam lebih kedepan.

Baru saja sepuluh menit film itu diputar, Adam sudah merasakan bosan. Film Indonesia bukan jenis yang bisa dinikmatinya. Adam bergegas untuk segera keluar dari ruangan yang sudah gelap itu, tidak ada rencana untuk kembali.

Romeo yang duduk tiga baris dibelakang Adam, melihat pria itu melangkah menjauh keluar dari bioskop.

"Kalian nanti pulang duluan ya..." kata Romeo pada kedua kawannya, dan melangkah membututi Adam. Yudha dan Adel hanya mengangguk, tidak sempat bertanya sebab pria itu hendak meninggalkan mereka begitu cepat. Romeo sudah menuruni tangga mendekati pintu keluar.

***

"Nggak jadi nonton" kata Romeo ketika ditemuinya Adam sudah berada di toilet, selesai mencuci tangannya.

"Lah... kamu?" Adam tidak benar -- benar terkejut melihat kehadiran Romeo "Bosen" jelasnya.

"Terus mau kemana?"

"Makan yuk" Ajak Adam.

Setelah berdiskusi tentang tempat makan mereka sore ini, Adam dan Romeo memutuskan untuk berjalan ke sebuah restoran tradisional yang terkenal dengan bumbu cabainya. Keduanya memilih untuk berjalan dari pusat perbelanjaan ke restoran itu, jaraknya hanya sekitar satu setengah kilometer.

Tapi rintik hujan membasahi perjalanan dua orang itu. Adam tanpa disadarinya, meraih tangan Romeo untuk melangkahkan kaki lebih cepat. Romeo menolak, dinikmatinya satu persatu tetesan air yang justru menghangatkan hari baginya.

"Kamu bisa sakit loh..." kata Adam protes, melihat langkah Romeo yang masih biasa aja.

"Lah, emang kamu nggak bisa?" Romeo membalas ucapan itu. "Lagian, udah didepan situ kok" katanya menunjuk pada sebuah pamplet merah penanda rumah makan itu.

Adam yang tidak mau memperpanjang perdebatan, hanya membisu. Kali ini keduanya benar -- benar melangkah dibawah hujan. Berharap waktu akan semakin lambat melintas, menghindar dari kata perpisahan.


biarkan semesta bercerita tentang kita

dibawah hujan yang menghangatkan cinta

biarkan tangan ini selamanya bersamamu

aku ingin selalu menjadi bagian terbaik untuk hidupmu

-170219-

Terkait :

  1. Not Official, Yet
  2. Kita Bukan Backpacker
  3. Would You?
  4. Dunia Daun Kelor
  5. Bertarung Dengan Kebenaran
  6. Love You, No Matter What
  7. Pertemuan Yang Pertama

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun