Setelah berada didalam kereta, Adam berharap cemas. Laju kereta itu cukup lambat, bagi Adam yang sedang dikejar waktu. Pria yang kini hanya mengenakan kaos oblong putih itu berulangkali menatap ponselnya, menanti kabar terbaru dari teman janjinya.
"Aku balik ya, ketemuannya next time aja" pesan dari orang disana menyerah, tak mau menanti lebih lama.
Adam semakin panik, kini dia keretanya sudah akan melintasi Gambir, hanya beberapa stasiun lagi untuk bisa sampai di Stasiun Kota. Adam mengabarkan.
"Aku udah naik kereta, udah di Jayakarta" jawab dari seberang sana.
Akhirnya Adam memutuskan untuk bertemu di Stasiun Juanda. Tepat ketika kereta berhenti, Adam segera berlari menuruni tangga, untuk pindah ke sisi lain stasiun.
"Aku tunggu di Juanda ya" kata Adam "gerbong berapa?"
"7" balas orang itu singkat.
Adam yang terengah akhirnya melihat sebuah kereta mendekat dari arah Stasiun Sawah besar. Berusaha bertindak senormal mungkin, Adam menghitung satu persatu gerbong kereta yang melintas dihadapannya. Pada hitungan ke enam, Adam melihat seseorang yang dia kenal, sedang berdiri didekat pintu, bersandar. Sejurus, keduanya saling berpandangan, tapi Adam berusaha mengabaikan. Kereta berhenti, pintu otomatis terbuka. Adam, masuk ke gerbong tujuh, dia tahu orang itu tidak ada disana. Atau, mungkin saja dia hendak menghindar.
Dalam ragu, Adam berjalan di gerbong kereta itu, bersamaan dengan lajunya yang melanjutkan mengantarkan penumpang pada tujuan masing -- masing.
"Romeo..." kata Adam menyapa, setelah berada didekat pria itu.
Romeo mengenakan kemeja kotak -- kotak dibalut sebuah jaket loreng, berpadu dengan celana jeans dan sepatu berwarna biru. Dipundaknya pria dengan tinggi yang sama dengan Adam itu membawa ransel hitam, nyaris tanpa isi.