Pesawat itu mendarat setengah jam lebih lama dari seharusnya. Menanti antrian landasan pacu yang digunakan, kapten membawa seratus lebih penumpangnya mengitari langit Jogja sebelum diizinkan untuk mengecup aspal bandara.
Adam dan Romeo sudah gelisah dibangku penumpang, mereka harus bergegas menuju stasiun kereta api satu jam setelah menginjakkan kaki di bandara Yogyakarta. Tapi kemungkinan itu menjadi mustahil, setelah terlambat setengah jam, mereka masih butuh sekitar empat puluh menit untuk bias sampai di stasiun. Artinya, mereka kereta yang akan mereka tumpangi sudah berangkat sebelum keduanya benar -- benar sampai di kota Yogyakarta.
"kan udah aku bilang..." kata Adam mengeluh "ngambil flight itu jangan mepet banget"
Romeo sama kesalnya, tapi dia hanya terdiam membisu. Bagaimanapun dia yang memutuskan jadwal penerbangan dan kereta api, kemarin. Romeo bisa merasakan roda pesawat yang menggilas aspal bandara, seperti hatinya yang kini dirundung rasa bersalah.
"ada bagusnya juga sih..." Adam melanjutkan perkataannya, ketika penumpang lain sudah sibuk membuka bagasi kabin, berusaha mengambil barang -- barang mereka "jadi kita bisa having fun di jogja satu malam ini" katanya lagi setelah menatap murung yang jelas terlihat di wajah Romeo.
Romeo yang duduk didekat jendela menatap Adam sangat dalam. Begitu cepat pria itu melupakan kekesalannya, atas salah yang dilakukan Romeo. Begitu mudah dia mengambil sebuah kebaikan dari kekeliruan.
"kenapa?" kata Adam.
Ruangan kabin masih dipenuhi manusia yang saling terburu -- buru ingin segera meninggalkan pesawat. Seperti mereka sedang dikejar sesuatu, entah apa, entah siapa. Adam dan Romeo seperti perjalanan biasanya, mereka dengan tenang menanti kesempatan terbaik untuk mengangkat badan dari kursi, tidak ingin ikut berdesakan dengan puluhan orang -- orang itu.
***
Sampai di daerah Malioboro pukul lima sore, membuat Adam dan Romeo kehilangan arah yang akan dituju. Romeo membuka ponselnya, berharap uang tabungan masih cukup sesuai perhitungan. Adam melangkah disebelahnya, diam -- diam memperhatikan. Bagaimanapun keduanya sudah kehilangan tiga ratus ribu lebih hari ini, sebab ketinggalan kereta.
Ada rencana yang harus dibatalkan ketika nanti sampai di Surabaya, tanah kelahiran Romeo. Terlebih malam ini mereka akan butuh satu kamar hotel untuk merebahkan tubuh, atau membeli makanan untuk mengisi perut yang sudah bernyanyi meminta segera diberi asupan.
"maaf ya..." kata Romeo kali ini "gara -- gara aku, rencananya jadi..."
"apaan sih?" Adam memotong ucapan pria itu "segala sesuatu akan mendatangkan kebaikan, santai aja" kali ini dirangkulnya pria itu yang berusaha tersenyum padanya.
Adam membawa Romeo pada sebuah kafe dipinggir jalan, bersebelahan dengan stasiun kereta api Yogyakarta.
"kita butuh makan" kata Adam mempersilakan Romeo duduk dihadapannya.
Telepon Romeo berdering, ibunya meminta kabar dari anak sulung itu soal kepulangan. Setelah menceritakan yang dialaminya di pesawat tadi, memaksanya harus mengambil perjalanan kereta keesokan harinya, Romeo mematikan telepon itu.
"ibu..." kata Romeo meski dia tahu Adam tidak butuh penjelasan "marah..." lanjutnya.
Adam tertawa kecil mendengar keluhan Romeo, ketika dua piring makanan hadir dihadapan mereka berdampingan dengan dua gelas teh manis dingin, Adam berusaha membuyarkan rasa bersalah Romeo.
"makan dulu yuk..." kata Adam mengambil sendokan pertama dari piringnya.
Setelah makanan di piring Adam habis, diambilnya salah satu ponsel dari tas selempang yang biasa dia gunakan dalam perjalanan. Membiarkan Romeo menikmati satu persatu butir nasi goreng dari piringnya, Adam fokus pada aplikasi perjalanan, mencari hotel terdekat dengan stasiun untuk mereka menginap malam ini.
"kamu ngapain?" Romeo sambil mengunyah makanan yang masih penuh di mulutnya.
"nope" Adam menggeleng. "abisin aja itu makanan" katanya lagi.
***
Jarak stasiun dengan hotel yang dipesan Adam hanya sekitar dua kilometer. Adam mengambil satu -- satunya ransel yang dibawanya bersama Romeo, menaruhnya kepundaknya sendiri. Mengajak Romeo melangkahkan kaki mendekati kawasan Tugu Yogyakarta. Jalanan tetap saja cukup ramai dari para pelancong, beberapa angkringan tempat Adam bisa menghabiskan waktu selama di Jogja dulu juga masih sibuk melayani pelanggan yang hadir disana.
"kita nginep disini ya" kata Adam setelah keduanya sampai pada hotel bintang empat, tepat berada ditengah Tugu Yogyakarta dan Stasiun Kereta Api.
Romeo menatap Adam tidak percaya, tabungannya tidak akan cukup untuk membayar kamar di hotel ini. Tapi dia menurut juga pada akhirnya, tidak mau membuat pertengkaran menyoal receh yang tak perlu diperdebatkan.
Romeo bersiap mengambil kartu debit dari dompetnya ketika Adam sudah berhadapan dengan resepsionis.
"KTP!" sergah Adam "Kartu itu buat apa?" ledeknya kini.
Adam menyerahkan KTP miliknya dan Romeo kepada resepsionis, sebelum menerima sebuah kartu elektronik, sebagai kunci kamar hotel itu.
Sampai di kamar, Adam segera merebahkan dirinya pada kasur dan mengambil remote televisi beraharap mendapatkan hiburan kali ini. Romeo, menyibukkan diri mencari pakian ganti didalam ransel yang ditelakkan Adam diatas meja.
"kamu nggak bilang kalau udah pesen hotel ini..." kata Romeo sambil mengeluarkan sebuah kaos putih dari ransel itu "padahal kan bisa ambil yang lebih murah aja sebenarnya"
"first of all, we're not backpacker" Adam menjawab "the second, I'm using my money, so don't complain that much"
"dasar... boros..." Romeo melangkahkan kakinya masuk kedalam kamar mandi.
"I'm not the one who made us missing our train"
"mau berantem..." kata Romeo berhenti didepan pintu kamar mandi, menatap Adam yang asyik memilih program televisi "sekarang?"
"ya nggaklah, masa jauh -- jauh kesini buat berantem?"
"itu tadi, apa?"
"ya maaf, udah mandi sana..." kata Adam, tidak ingin melanjutkan perdebatan setelah berhenti pada sebuah program berita di televise.
"nonton berita mulu... tua lu..." Romeo meledek
"mau mandi, apa mau dimandiin?" Adam menjadi geram.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI