aku masih mengingat saat pertama kali kau merebahkan tubuh disisiku
ketika pertama kali bibir kita bertemu
kini semua mungkin hanyalah sebuah lalu
kenangan yang mentertawakanku masih mengharapkanmu
Adam melangkahkan kaki keluar dari stasiun Pasar Minggu, berjalan menyusuri lorong kenangan yang lampau namun masih menghantui pikirannya. Dua puluh menit lamanya dia berjalan, kini sudah berhadapan dengan sebuah penginapan yang selalu akan dimasukinya dengan sebuah senyuman. Hatinya mulai bernyanyi sendu, merapalkan nada -- nada rindu, menanti untuk bisa kembali bertemu.
Masih harus menunggu setahun lagi, itupun kalau dia sudi. Pikir Adam bergumam lirih, ketika sudah berada didepan pintu kamar yang dulu pernah digunakannya untuk menghabiskan sebentar bersama, tiga tahun lalu.
Pertemuan pertama yang lebih diselimuti dingin, tidak membuat Adam dan Romeo berhenti untuk berusaha pada sebuah ingin. Keduanya mengatur jadwal untuk kali kedua, berjanji mereka akan lebih bebas berbalas kata.
Adam memilih sebuah kamar penginapan di kawasan Pasar Minggu, selain harus beristirahat dari lelahnya bekerja, pria itu menginginkan intim dalam saling berbicara. Romeo setuju, meski awalnya ragu harus menyerahkan tanda pengenalnya pada penerima tamu.
Dari dalam kamar itu, Adam akhirnya berhasil menambah puing -- puing pengetahuannya mengenai Romeo. Kisah cinta yang membawa Romeo pernah harus rela meninggalkan hidupnya di Indonesia, demi tinggal bersama di jiran Malaysia.
Namun, cerita itu tak berujung bahagia. Ketika kekasih Romeo memilih untuk menikahi seorang wanita. Nyaris saja, pria itu tak lagi ingin membuka hati untuk sebuah cinta.