Percakapan yang terlalu dalam, mempertemukan Adam dan Romeo pada sebuah harap tentang masa depan. Mata mereka bertemu untuk pertama kali, dalam segala arti yang tidak mampu keduanya pahami.
Entah sadar atau tidak, Romeo memberanikan diri memberikan sentuhan pada bibir Adam dengan bibirnya. Lalu, keduanya terjebak dalam beku.
"belum makan kan?" kata Adam memecah kebuntuan. Dia tidak ingin sesuatu yang lebih jauh terjadi hari ini.
Keduanya kemudian berangsur keluar dari kamar, sambil berdebat untuk sebuah santap. Adam menyerah, Romeo berkeras ingin mencoba sebuah restoran tradisional di kawasan Depok untuk melayani perutnya yang mulai kosong hanya terisi angin. Sekali lagi, mereka melintasi Jakarta menuju kota layangan itu dengan sebuah commuter line dari stasiun Pasar Minggu.
Akhirnya mereka berjalan menyusuri margonda, ditemani gerimis yang seolah ingin menambah kehangatan suasana. Setelah selesai memesan makanan, Adam yang masih belum mampu lagi merangkai kata -- kata, menatap Romeo dengan penuh tanya.
Kau adalah sebuah keindahan, apakah aku pantas untuk sekedar berharap pada sebuah tempat dihatimu?
"ngeliatin apa?" kata Romeo, mengumumkan ketidaknyamanannya.
"ehmmm..." Adam salah tingkah "nggak kok..."
Beruntung, seorang pramusaji hadir membawa makanan, menyelamatkan keadaan.
Setelah tahun lamanya,
Sekian banyak aku mengenal pria,
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!