"Paling cepat setengah jam" Angga menjawab dengan nada getir "mobil dari desa akan sampai dalam waktu dua jam"
Anggi menatap Kanaya penuh penyesalan. Bagaimanapun, keberadaan Kanaya dihutan itu saat ini sedikit banyak karena Anggi. Anggi yang mengajak adik kelasnya itu untuk ikut berwisata ke hutan yang kata orang desa sedikit angker ini. Selain karena tertarik untuk berjalan bersama Angga, Anggi juga punya motifasi khusus. Dia harus memenuhi laman media sosialnya dengan photo -- photo menarik untuk meningkatkan jumlah pengikut dan komentar. Anggi menjalani bisnis yang sedang digandrungi banyak anak muda saat ini, yaitu menjadi selegram.
"Pah... Kevin mulai pucat sama keringat dingin" Prita, satu wanita lain yang ikut dalam perjalanan ini memanggil dari dalam bus. Aku dan Lukman suaminya bergegas untuk melihat kondisi Kevin, anak mereka. Memiliki penyakit ashma memang tidak seharusnya berada dalam posisi tertekan juga cemas. Lukman beberapa kali mencoba untuk menenangkan putra semata wayangnya itu, awalnya berhasil tapi denting waktu yang semakin lama berjalan membuat Kevin justru semakin khawatir.
Terdengar suara sepeda motor mendekati kami. Dua penjaga hutan siap mengevakuasi siapapun yang diputuskan untuk diselamatkan pertama kali. Butuh waktu bahkan untuk mempertimbangkan saja. Her bisa terkena serangan dadakan. Kanaya bisa histeris kapan saja. Kevin sudah harus segara diangkut.
"Biar Kevin dan Prita lebih dulu..." Angga akhirnya memberi keputusan. Sebagai seorang yang lebih dewasa, Her dan Kanaya setuju. Sedangkan Anggi dan Lukman sedari awal memang tidak ada masalah.
Prita naik keatas sepeda motor setelah memberi ponselnya kepada Lukman. Ponsel Prita adalah satu -- satunya yang terhubung ke Internet. Lewat ponsel Prita mereka mengirimkan lokasi kepada penjaga hutan dan penduduk desa yang akan menjemput. Lewat sambungan itu pula, Anggi bisa memberi update ke media sosialnya sepanjang perjalanan, sampai -- sampai daya ponselnya sendiri habis karenanya.
"Fred belum kembali?" Kata Lukman menyadarkan semua orang setelah kepergian Prita dan Kevin.
Angga mencoba menghubungi Fred, tapi tidak ada jawaban. Berulang kali, sampai -- sampai teleponnya sendiri yang bordering. Sebuah telepon dari penjaga pintu hutan memberi kabar bahwa hanya satu yang dapat kembali kedalam hutan. Satu lainnya harus berjaga, kalau -- kalau Kevin membutuhkan bantuan yang tidak mungkin dilakukan Prita seorang diri.
"Saya tidak bisa menghubungi Fred" Angga menyerah.
"Tadi pas kita didalam, dia bilang kalau ponselnya terjatuh" Her menyambar ucapan Angga.
Fred sebenarnya tidak terlalu dikhawatirkan sebab pria itu adalah seorang ahli biologi yang menghabiskan hamper seluruh hidupnya dialam hutan dan laboratorium. Tetap saja rombongan tidak mau kehilangan pria berusia tujuh puluh tahun itu.