Prita memberi kabar padaku, seorang teman menghilang dari kota seminggu terakhir ini. Ibu dari Kevin itu tidak lupa mengirimkan tautan cerita tentang keberadaan kami di hutan terlarang. Kata Prita, seorang yang mendengar ceritanya menuliskan kisah itu. Tapi cerita Prita tidak selesai, lalu orang itu melanjutkannya dengan imajinasi liar yang dia miliki. Beruntung, aku dan Her masih ada didesa yang sama menunggu keadaan Fred pulih benar. Satu tangan terputus bukan kabar baik baginya, dan aku tidak bisa meninggalkan pria jerman itu sendiri begitu saja disini.
Her dan aku menemui tetua desa, menceritakan kejadian di Jakarta. Dia tepekur sejenak, lalu menatap mataku dengan cukup lama.
"kalian harus kembali kesana" katanya "persis seperti apa yang ada didalam cerita itu" lanjutnya.
"tapi... Kanaya dan Anggi sudah kembali ke Jogja, kondisi Fred tidak mungkin berjalan lagi sejauh itu" kataku "kalau Prita dan Lukman aku bisa meminta mereka untuk kembali"
"hanya itu satu -- satunya cara" jawabnya "semua yang ada di cerita itu harus kembali, memenuhi apa yang terjadi di cerita itu"
"apakah kita punya pilihan lain?" kata Her tidak sabar
"biarkan si penulis cerita itu tersesat disana, di alam yang tidak akan pernah ditemukan oleh manusia hidup"
Aku dan Her saling bertatapan, kami saling menyadari kami tidak mungkin mengorbankan satu nyawa hanya karena ketakutan saja. Kesepakatan terjadi, aku akan menghubungi Kanaya dan Anggi untuk kembali ke desa terpencil itu. Sedangkan Her akan berusaha meyakinkan Fred untuk kembali kedalam hutan. Selain itu, aku sudah meminta Prita dan Lukman untuk membawa Kevin ikut serta ketika mereka akan berada disini. Sebab semua orang harus ada.
Aku dan Her berpamitan pada tetua desa. Sebelum pergi, tetua desa memanggilku dan membisikkan sesuatu. Lalu dia membiarkan aku pergi, bersama Her yang sudah menungguku di teras rumah.
"apa katanya" Her penasaran
"tidak ada" kataku