Mohon tunggu...
Dan Jr
Dan Jr Mohon Tunggu... Lainnya - None

私の人生で虹にならないでください、私は黒が好きです

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Ketika Ratna Harus Minta Maaf

3 Oktober 2018   16:10 Diperbarui: 3 Oktober 2018   16:32 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengaku sebagai pencipta hoax akbar negri ini, akhirnya aktifis sekaligus kritikus Ratna Sarumpaet minta maaf atas kesalahan yang dilakukannya. 

Pada satu sisi, harus dikagumi keberanian tokoh wanita tersebut dalam melontarkan pengakuan kebohongan yang bisa dikatakan memalukan itu. Tapi, disisi lain harus dicermati arah monolog Ratna dalam konferensi pers yang baru saja dilakukannya pada 3 Oktober ini.

Ratna meminta maaf pada Prabowo.

Benar, bahwa Prabowo sudah melakukan konferensi pers menanggapi kabar salah satu pendukungnya yang babak belur digebuk massa. Benar, bahwa Sandiaga mengakui bahwa Ratna mengaku diancam agar tidak bersuara atas penganiayaan yang diterimanya. Dan benar pula bahwa akhirnya kedua tokoh yang kini menjadi sepasang penantang petahana itu terjebak dalam kebohongan Ratna. Tapi, ada yang salah!

Ratna sebagai aktor tunggal kebohongannya seharusnya sudah memahami bahwa dengan melempar isu pengeroyokan, akan dijadikan peluru politik kepada pemerintah sekarang.

Ratna seharusnya mengerti bahwa orang -- orang yang dia undang untuk melihat kondisinya akan melakukan penjelasan pada media. Bukan karena orang -- orang itu hanya menginginkannya, tapi Ratna ada figur publik.

Tidak Cuma sebagai seorang aktifis, tapi juga sebagai Ibu dan mertua selebriti papan atas negri ini. Pemberitaan mengenai Ratna mempunyai tempat sendiri dikalangan awam juga media.

Maka, seandainya pun saya menjadi seorang Ratna Sarumpaet, dan ketika saya harus berbohong, saya akan tetap meminta bagi pendengar kebohongan saya untuk tidak menyebar luaskannya.

Atau, mungkin Ratna melakukannya secara tersirat dengan perkataan dirinya mendapat ancaman. Mungkin, Sandiaga tidak mengerti bahwa yang Ratna ingin sampaikan adalah tidak perlu disebar luaskan. Tapi, nasi sudah jadi bubur.

 Ratna menjadi korban tunggal kebohongannya sendiri dan seharusnya orang -- orang yang menyebar luaskan berita bohong itu yang meminta maaf pada Ratna. Sebab, bagaimanapun mereka menggunakan penderitaan Ratna sebagai amunisi dalam meningkatkan elektabilitasnya.

Ratna Tidak Minta Maaf Pada Lawan Politik Secara Langsung

Kesalahan lain adalah, Ratna tidak secara langsung meminta maaf pada lawan politiknya yaitu pemerintah. Pihak yang paling dirugikan atas kebohongan ini tersebar. Ratna hanya meminta maaf pada "pihak -- pihak"  yang dirugikan.

Tidak menyebut satu pun elemen lawan politiknya, kepolisian atau bahkan pihak bandara di Bandung. Padahal, kepolisian dan pihak bandara kelimpungan mencari fakta atas kabar penganiayaan yang dialami Ratna.

Kepolisian bahkan harus memeriksa data di suma rumah sakit di Jawa Barat demi mendapatkan konfirmasi pasti mengenai kabar itu. Dan Ratna tidak menyebut nama mereka secara spesifik.

Alih -- alih, Ratna yang mengaku awalnya hanya ingin berbohong pada anaknya saja itu terlalu banyak menyebut nama Prabowo dalam temu media yang diadakannya. Dan menariknya lagi, entah dasar apa Ratna masih sempat bergelora mengajak orang -- orang untuk memperjuangkan Prabowo. Dirinya baru saja meminta maaf atas kesalahan diperbuatnya, tidakkah ada perasaan untuk fokus pada memperbaiki kebohongan itu terlebih dulu?

Bagaimanapun, pada akhirnya atas pengakuan Ratna, kita memahami bahwa tidak ada intimidasi yang berlangsung padanya. Dan kita sudah sepatutnya memahami pula, bahwa Ratna adalah manusia biasa yang sama seperti kita terbuka luas ruang untuk melakukan kesalahan.

Meski masih ada beberapa kejanggalan dari pengakuan heroik itu, mari kita lihat seorang Ratna Sarumpaet sebagai pribadi aktivis yang utuh. Beliau masih boleh berkarya mengemukakan pendapatnya, saling berbantah dengan lawan politiknya atas gagasan yang ada. Dan, mari jangan diperpanjang kebohongan ini. Sebab, kalau kita mengungkitnya kembali dikemudian hari, apa bedanya kita dengan Ratna Sarumpaet hari ini?

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun