Anisa pun berlalu dari hadapan Reno. Pria itu termangu mendapat jawaban dari seorang wanita cantik, yang namanya pun ia tidak sempat menanyakan. Reno termenung, menatap koran yang ditinggal oleh Anisa, ia meraih koran itu, dan melihat guratan kesedihan Anisa yang terpampang nyata pada basahnya koran tersebut.
Cukup lama bagi reno untuk melamun ditempat itu, saat Dhika datang menghampiri dan mengejutkannya.
"Ngapain lo bro...?"
Reno tidak sadar kalau sedari tadi ia diperhatikan oleh Dhika, sahabatnya itu. Reno menjadi kebingungan menjawab, ia clingak - clinguk tidak jelas, hingga akhirnya Dhika meledek pria itu.
"Lo abis nawar Ratu yaaa... hahaha..."
Kata Dhika, yang membuat Reno mendelik meminta penjelasan. Akhirnya Dhika bercerita, bahwa wanita yang diajak berbicara oleh reno tadi adalah Ratu, pelacur kelas atas. Dhika memang bukanlah pria sempurna, ia terlalu sering masuk ke club malam, walaupun shalatnya tidak pernah tertinggal juga. Buat Dhika, Shalat harus jalan, tapi maksiat tidak boleh berhenti. Di club malam, Dhika sering bertemu dengan anisa, yang ia kenal sebagai ratu. Penjelasan itu membuat Reno mengerti, hingga akhirnya tersenyum simpul seperti mendapatkan cara untuk bisa mengobrol dengan wanita itu.
Keesokan harinya Reno shalat dihalaman mesjid, tempat Anisa shalat sebelumnya. Anisa yang ingin shalat disana, sedikit terkejut, tapi akhirnya ia shalat jauh dibelakang Reno, menghindari pria itu. Setelah keduanya selesai menjalani kewajiban masing - masing, Reno menghampiri Anisa.
"Masa lalu seseorang bisa saja kelam, tapi masa depannya masih putih suci, tidak perlu ukhti khawatir soal itu"
Kata Reno, setelah mendekati Anisa.
"Saya terlalu hina untuk menghadap Tuhan saya..."
Kata Anisa akhirnya berbicara, namun ia masih saja tertunduk seperti hari sebelumnya.