"Hmm nanti ajalah." Mira menjawab sembari mencium aroma bunga mawar.
Sebenarnya, Rambo adalah pria yang tegas. Dia selalu bisa mengambil keputusan terhadap apa yang ada di hadapan matanya. Dia juga selalu bisa mengungkapkan uneg-uneg yang ada di dalam hatinya.
Namun untuk kali ini entah kenapa. Di hadapan Mira, nyali Rambo seakan ciut untuk mengungkapkan isi hatinya. Lembek sekali nyali Rambo untuk mengungkapkan perasaannya. Kalah keras oleh roti yang sudah kadaluarsa.
Gara-gara rasa malu yang membuat nyali Rambo ciut untuk mengungkapkan perasaannya, kini Rambo hanya bisa menjadi teman Mira. Teman berkisah, sahabat untuk berkeluh kesah. Dan mungkin juga, Rambo tak bisa menyalami ayah Mira dan direstui dalam ucapan sah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H