Mohon tunggu...
Damarra Kartika
Damarra Kartika Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Komunikasi dengan Konsentrasi Studi Komunikasi Massa dan Digital Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Serunya Menulis Naskah Digital Selama Pandemi

17 Desember 2020   13:23 Diperbarui: 17 Desember 2020   13:57 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa rekan saya dalam Twitter atau Instagram mungkin bingung awalnya. Tiba-tiba saya jadi sering mengunggah tautan ke Kompasiana, meminta mereka membaca, serta berkomentar. 

Salah satu "amunisi" wajib bagi mahasiswa semester lima dengan konsentrasi Media Massa & Digital adalah PND. PND merupakan singkatan dari Penulisan Naskah Digital. Senang atau terbebani harus menulis setiap minggu? Hmm, saya ceritain yuk! 

Ekspektasi vs Realita: Ternyata Banyak Detail Lebih Penting 

PND selalu mengawali weekdays saya. Mata kuliah ini saya ikuti pada hari Senin, tepat dimulai pukul 16.00 WIB atau sesi empat. 

Saya menaruh ekspektasi bahwa mata kuliah ini akan mengajarkan banyak hal baru tentang penulisan naskah. Secara khusus mungkin secara digital, atau mungkin naskah daring. Ya sekarang semuanya daring, masa mau belajar menulis naskah koran? 

Lebih jauh dari ekspektasi, ternyata selain mempelajari tips dan trik menulis secara daring, mata kuliah ini juga mengajarkan hal dasar lain yang saya tidak ketahui sebelumnya. Kenapa hal dasar justru jauh dari ekspektasi? 

Hal dasar seperti memahami website, cara supaya tulisan daring bisa lebih dilirik audiens, dan sebagainya membuka pikiran saya. "Oh ternyata, banyak detail yang harus diperhatikan ya", gumam saya setelah beberapa minggu mengikuti kelas PND. 

Tanpa semua detail itu, tulisan kita tetap akan "kosong". Bisa jadi tidak menarik topiknya, bisa menjadi susah ditemukan audiens, bisa terlalu panjang atau membosankan, dan bisa-bisa buruk lainnya. 

Menulis Bukan Bakat, Menulis Itu Keahlian 

Sebelumnya, saya merasa tidak berbakat menulis. Tulisan saya terasa membosankan, judulnya pun kurang "seksi". Jangankan menjadi "artikel pilihan", pembacanya saja tidak seberapa. 

Beberapa tulisan saya memang belum menjadi artikel pilihan. Namun, prinsip dasar penulisan yang saya pelajari dalam PND tentu sangat membantu. Penulisan dengan paragraf singkat, memanfaatkan SEO, alur penulisan yang menarik, semua saya terapkan dalam penulisan mata kuliah ini dan yang lain melalui Kompasiana. 

Sumber: health.harvard.edu 
Sumber: health.harvard.edu 

Mas Boi mengungkapkan, "Nulis itu ya perlu latihan terus", untuk menjadi penulis handal. Pepatah lama mengatakan, practice makes perfect. Saya mulai sepakat bahwa kalimat ini bukan hanya bisa diterapkan dalam dunia olahraga. 

Mungkin menulis memang bukan bakat. Menulis itu keahlian, yang berasal dari pengasahan kemampuan. 

Setelah Ujian Tengah Semester, beberapa artikel saya baru menjadi "artikel pilihan". Sejak itu saya semakin yakin yang diungkapkan Mas Boi benar adanya. Menulis itu rangkaian yang susah, apalagi menulis digital. Namun, jika terus dilatih, maka kita akan mengetahui caranya. 

Efek Domino Mata Kuliah Penulisan Naskah Digital 

Sumber: Dean Young
Sumber: Dean Young

Memiliki akun Kompasiana dan tulisan saya dibaca banyak orang sudah menjadi fenomena buat saya. Hal lain yang saya rasa menjadi dampak dari PND adalah saya bersama dengan seorang teman masuk dalam finalis lima besar lomba Podcast REAKSI 2020.

"Kan mata kuliahnya menulis naskah digital? Kok jadi podcast? Bukannya itu ngomong?" 

Betul, podcast memang media audio. Namun, kita juga perlu cermat dalam mengemas pembahasan dalam podcast tersebut. Bagaimana memanfaatkan setiap waktu dengan alur cerita dalam podcast adalah hal kecil tapi berdampak besar. 

"Kan, bukan juara 1?" 

Betul lagi, memang belum juara. Namun, kami sungguh menerapkan prinsip penulisan untuk menyusun naskah podcast yang akan kami sampaikan. Topik yang menarik, pembahasan isu aktual, alur penulisan naskah, sehingga akhirnya hal yang kami sampaikan tidak berbelit. 

PND akan saya rindukan. Kompetisi jumlah viewers awalnya menakutkan bagi saya. Namun, saya sadar begitulah cara kita menguji diri sendiri dan tahu kemampuan kita. 

Terima kasih, Mas Boi! Ilmu, waktu, dan semangatnya akan saya rindukan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun