Mohon tunggu...
Damarra Kartika
Damarra Kartika Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Komunikasi dengan Konsentrasi Studi Komunikasi Massa dan Digital Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Stereotype Banci dan Santri yang Menghilangkan Kemanusiaan dalam Kemasan"Lovely Man" (2011)

24 September 2020   22:57 Diperbarui: 24 September 2020   23:56 654
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 3. Salah satu adegan dalam film Lovely Man via Google. 

Di Indonesia, penayangan film ini pada awalnya dilarang karena mendapat kecaman dari Forum Pembela Islam atau FPI. Wajar ya? "Banci" dianggap menyimpang. Berlawanan dengan kultur sosial budaya dan agama di Indonesia. Terlebih lagi dalam film ini, disandingkan dengan "santri", yang dipandang sebagai orang suci. Banyak belajar soal agama, dan tentu akan menjadi bahan cemooh apabila melakukan perbuatan tercela, bahkan bila hanya sekadar berjalan dengan "banci". 

Kalau dipikir, sama-sama berat ya? Jadi banci, ada beban sosialnya, begitu pula menjadi santri. Sayangnya, beban yang ditimpakan kepada individu dengan 2 label tadi, berasal dari pikiran dan ucapan asal manusia lainnya. Salah satu kalimat plot twist favorit saya sepanjang film adalah "Jilbab kok dibuntingin.", yang terlontar dari mulut Ipuy. 

Hubungan bapak dan anak yang kompleks sekaligus sederhana dan apa adanya ini membawa saya pada pemikiran soal struktur yang salah dalam kesadaran sosial terkait "banci" dan "santri". Keduanya hanya label. Sekadar definisi yang ditempelkan berdasarkan arti harafiah. Adjie Santosoputro, seorang meditator, mengunggah suatu gambar berisi tulisan, 

".. setiap kata yang aku gunakan untuk menjelaskan rasa apel ke temanku yang belum pernah makan apel, sangat sangatlah terbatas dibanding rasa apel itu sendiri. Dia jadi benar-benar tahu gimana rasa apel hanya setelah dia sendiri yang makan apel."

Maka tidak akan menjadi tugas mudah bagi kita, menilai "rasa apel" itu, dan sembarangan melontarkannya ke orang lain. Demikian pula stereotype atau stigma yang terdapat di pikiran kita, terkait sesuatu yang berlawanan dengan nilai atau idealisme kita. Kta bahkan tidak pernah merasakan kehidupannya atau bahkan belum mendengar ceritanya. Namun, dengan mudahnya menghakimi suatu hal terlihat salah karena bertentangan dengan apa yang kita benarkan. 

Paradigma Kritis yang Mengalir Dalam 76 Menit 

Gambar 3. Salah satu adegan dalam film Lovely Man via Google. 
Gambar 3. Salah satu adegan dalam film Lovely Man via Google. 

Menurut Septiani melalui Representasi Perempuan dalam Film, paradigma kritis memiliki tujuan untuk membongkar aspek yang tersembunyi dalam realitas semu yang tampak. Kenapa harus dibongkar? Struktur atau aspek realitas semu ini sibuk dibangun dan dilanggengkan oleh kekuatan sosial, politik, budaya, ekonomi, etnik, nilai gender, agama, dan kawanannya.  

Film yang masuk dalam nominasi Film Terbaik versi Festival Film Indonesia 2012 dan meraih berbagai penghargaan di luar negeri ini ingin mengatakan bahwa "Banci is more than what you think they are.". Seperti banyak aspek yang mempengaruhi kehidupan manusia, demikian juga banyak aspek mempengaruhi transpuan dalam segala keberadaannya. Peran ayah sekaligus "banci" ternyata dapat dilaksanakan dengan sangat baik. Ipuy adalah definisi "lovely manyang mengayomi bahkan mau berkorban padahal bisa jadi malamnya dia akan mati. 

Sejalan dengan hakikat seorang santri yang juga adalah manusia. Maka bukan berarti seorang santri, yang menghabiskan sepersekian hidupnya menekuni agama, tidak diperkenankan melakukan kesalahan. 

Manusia ya manusia. Sangat berpotensi melakukan kesalahan dan dosa. Maka tugas kita bukanlah menghakimi, apalagi menebar stereotype asal tentang saudara kita.

Why The Title Loudly Pronounce “Lovely Man”? 

Ketimbang sibuk tidak melakukan apa-apa di tengah pandemi, Lovely Man (2011) akan menjadi angin segar dengan konsep videografinya yang tidak biasa. Ringan sekalian berefleksi. Berefleksi melalui banci dan santri. Ini cuplikan trailernya, boleh ditonton supaya penasaran. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun