Mohon tunggu...
Muhammad DamarMuslim
Muhammad DamarMuslim Mohon Tunggu... Security - Orang Sleman Asli

Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain. (HR. Ahmad, Thabrani, dan Daruqutni)

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Kustini Sri Purnomo Sebagai Echo Chambers, Karang Taruna Mengeksekusi

23 Agustus 2020   11:48 Diperbarui: 23 Agustus 2020   11:43 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sri Purnomo, Bupati Sleman, didampingi istrinya, Kustini Sri Purnono, beberapa hari yang lalu, meresmikan kepengurusan Karang Taruna Sleman. Sebuah momentum bagus untuk membahas soal ketahanan pangan di masa pandemi ini.

Pada 2018 yang lalu, Kabupaten Sleman menempati peringkat ke-11 dari peringkat dan skor Indeks Ketahanan Pangan Kabupaten. Skornya cukup tinggi, yaitu mencapai 88,49. Artinya, ketahanan di Sleman sangat baik. Namun, ketika pandemi menerpa, apakah ketahanan pangan Sleman tetap baik? Bagaimana cara mempertahankannya?

Kebiasaan netizen sekarang, ya nggak semua sih, tapi banyak, adalah terlalu mudah melakukan hal ini: antara menyalahkan situasi dan menggerutu kepada pemerintah. Ya gimana ya, saya pun begitu, ketika situasi kok rasanya makin berat belakangan ini, pemerintah yang paling enak jadi sasaran tembak.

Tapi saya nggak mau disalahkan sendirian. Ya gimana ya, ketika pandemi belum terlacak di Indonesia, pemerintah nggak serius. Ketika keadaan makin gawat, respons mereka sangat tidak memuaskan. Oleh sebab itu, segala ledekan dan kemarahan yang dialamatkan ke pemerintah jadi punya landasannya.

Namun, saya juga tahu kalau sikap kayak gitu nggak baik, pun nggak mengubah keadaan. Seperti kata-kata bijak: jangan terlalu berharap kepada negara, teruslah bekerja. Saya ingin menyarankan satu hal untuk kebaikan bersama.

Mumpung soal pilkada serentak sudah makin dekat, nggak ada salahnya memanfaatkan ketokohan untuk kebaikan bersama. Maksud saya begini. Peresmian pengurus baru Karang Taruna Sleman harus disambut dengan sebuah aksi nyata.

Ketika makin banyak warga yang mengeluh kesulitan menjual hasil kebun kecil di rumahnya, karang taruna bisa menjadi dinamo perubahan. Kan kita tahu, saat ini, makin banyak orang berkebun, kecil-kecilan, untuk konsumsi pribadi, maupun dijual untuk menghasilkan uang tambahan.

Saya rasa, akan sangat terlambat kalau menunggu kebijakan dari pemangku jabatan, misalnya Bupati Sleman, Sri Purnomo. Atau, terlalu mengharapkan gebrakan istri Bupati Sleman, Kustini Sri Purnomo. Gimana nggak lama, lha wong Pilkada Sleman saja masih Desember nanti. Kalau misalnya menang Pilkada 2020 nanti, Kustini Sri Purnomo pasti butuh waktu untuk merampungkan kebijakan baru demi ketahanan pangan Sleman. Untuk saat ini, pemuda Sleman perlu semacam siasat.

Saya mengusulkan karang taruna sebagai ujung tombak. Potensinya sangat besar di tengah pandemi sekarang ini. Apa saja yang bisa dilakukan?

Pertama, menjadikan Bupati Sleman sebagai echo chamber

Ketokohan adalah magnet atensi. Karang Taruna Sleman harus pandai memanfaatkan posisi tokoh sebagai echo chamber. Apa itu? Echo chamber adalah sebuah media untuk mengamplifikasi sebuah gagasan untuk menciptakan pengaruh yang lebih luas.

Seorang profesor New York University, Girad Lotan, memberi gambaran echo chamber:

“We construct our online profiles based on what we already know, what we’re interested in, and what we’re recommended, social networks are perfectly designed to reinforce our existing beliefs.”

Bupati Sleman, sosok yang sedang menjabat dan istrinya, Kustini Sri Purnomo, yang akan maju di Pilkada 2020 adalah echo chamber yang ideal. Keduanya bisa didekati dan diminta untuk terus “berkampanye” soal ketahanan pangan di tengah pandemi. Kalau “kampanye” yang ditawarkan positif, tentunya bakal menguntungkan mereka juga.

Karang taruna juga bisa mendekati lawan Kustini Sri Purnomo di Pilkada Sleman kelak. Namun, karena belum ada semacam “deklarasi” lawan Kustini, ya mari pepet Bupati Sleman dan Kustini Sri Purnomo dulu saja untuk dijadikan “gaung” soal ketahanan pangan. Jadi, makin banyak calon yang ikut Pilkada Sleman nanti, bakal semakin asyik untuk karang taruna menggaungkan idenya.

Minta keduanya untuk terus “berkampanye” soal kemandirian pangan. Apalagi Kustini Sri Purnomo sering mengingatkan kita untuk “nandur opo sing dipangan, mangan opo sing ditandur.” Bukankah sudah cocok dengan usaha mempertahankan indeks ketahanan pangan Kabupaten Sleman?

Karang Taruna punya potensi yang besar, misalnya mengumpulkan orang, untuk penyuluhan cara-cara menanam. Menunggu kebijakan dari Bupati Sleman, misalnya, akan terlalu lama. Dieksekusi dulu saja. Diawali. Siapa tahu Bupati Sleman dan istrinya, Kustini Sri Purnomo menyambut baik usaha tersebut dan menjadi sponsor.

Kedua, wujud nyata digital native 

Anak-anak muda yang tergabung dalam Karang Taruna adalah digital native. Sekumpulan anak muda yang terpapar perkembangan dunia digital. Bagaimana cara mewujudkan identitas itu?

Kita harus mau membuka mata, ketika dunia semakin menyusut berkat perkembangan dunia digital, masih banyak manusia di Sleman yang tidak akrab dengan dunia digital. Bahkan bukan orang tua saja. Masih banyak anak muda yang memanfaatkan media sosial sebagai media mempertahankan eksistensi diri saja. Padahal potensinya sangat besar.

Karang Taruna bisa membangun jaringan pasukan lapangan, di mana tiap-tiap kelompok bertugas mengedukasi perkembangan dunia digital. Misalnya dengan mengajari orang soal Instagram for business. Sehingga, hasil kebun pribadi di rumah bisa dipasarkan dengan lebih mudah, tidak bergantung kepada akun-akun khusus yang memang mau jualan hasil kebun.

Bakal lebih asyik kalau Karang Taruna Sleman menginisiasi sebuah website modern, interaktif, dan user friendly sebagai wadah untuk menampung hasil kebun. Yah, kita tahu semua bagaimana kualitas website pemerintah. Terlalu banyak panel dan tidak menarik. Navigasinya terlau ribet.

Hasilnya bisa dikoordinasikan dengan Bupati Sleman dan istrinya, Kustini Sri Purnomo yang akan maju di Pilkada 2020. Sekali lagi, siapa tahu, keduanya mau menjadi sponsor pergerakan nyata Karang Taruna Sleman.

Itulah 2 urun rembug dari saya untuk pemuda Sleman. Mari berdaya bersama. Obah, jangan menunggu pemerintah, untuk menjad ujung tombak kebaikan Kabupaten Sleman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun